Mohon tunggu...
𝙔𝙖𝙢𝙞𝙣 𝙈𝙤𝙝𝙖𝙢𝙖𝙙
𝙔𝙖𝙢𝙞𝙣 𝙈𝙤𝙝𝙖𝙢𝙖𝙙 Mohon Tunggu... Guru - Ayah 3 anak, cucu seorang guru ngaji dan pemintal tali.

Guru SD yang "mengaku sebagai penulis". Saat kanak-kanak pernah tidak memiliki cita-cita. Hanya bisa menulis yang ringan-ringan belaka. Tangan kurus ini tidak kuat mengangkat yang berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Lelansuk, Real Food dari Lombok

8 Oktober 2024   21:07 Diperbarui: 9 Oktober 2024   14:24 254
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setiap daerah di Indonesia memiliki makanan tradisional yang khas. Ini merupakan kekayaan kuliner sekaligus keragaman budaya pangan yang dimiliki masyarakat Nusantara tercinta. 

Salah satu makanan khas tradisional Sasak dikenal dengan nama "lasuk". Pada beberapa daerah di Lombok menyebutnya "lansuk". Beberapa tempat lain diucapkan dengan memberikan afiksasi berupa morfem sisipan sehingga menjadi "lelansuk".

Lansuk atau lelansuk pada dasarnya semacam acar yang dibuat dengan bahan utama kacang panjang. Lelansuk secara keseluruhan terdiri dari bahan makanan yang disajikan dalam kondisi mentah.

Makanan ini termasuk jenis lauk yang disajikan sebagai makanan pengiring yang menyertai nasi saat makan sehari-hari atau saat bekerja di sawah.

Untuk membuat lelansuk, selain kacang panjang, bahan lain yang digunakan terdiri dari tanaman bumbu berupa cabai rawit, bawang merah, bawang putih, terasi, garam, gula, dan jeruk nipis.

Alat yang dibutuhkan untuk membuat lelansuk tidak banyak dan menggunakan peralatan sederhana berupa pisau, cobek dan ulekannya

Kacang panjang, sebagai bahan utama, harus masih muda karena lelansuk tergolong lalapan atau makanan yang disajikan dalam kondisi mentah. Tekstur kacang panjang muda umumnya terasa renyah dan kriuk-kriuk sehingga enak dimakan mentah-mentah.

Di kampung saya biasanya kacang panjang ditanam di pematang sawah. Penanaman dilakukan di dekat pohon tertentu. Pohon itu berfungsi sebagai media rambat kacang panjang yang tumbuh membelit. Sebagai media rambat pengganti, para petani menggunakan bilah bambu yang ditancapkan di dekat tanaman kacang panjang.

Ada juga yang menanamnya secara tumpang sari bersama tanaman lain, seperti jagung cabai, singkong, atau tanaman hortikultura lainnya.

Saya ingat betul masa kanak-kanak yang tumbuh besar di kampung dan main di persawahan. Saat main bersama teman-teman, tanpa meminta izin dari pemilik sawah, saya suka memetik kacang panjang yang masih muda untuk dilalap di tempat. 

Untuk membuat lelansuk, kacang panjang yang dipilih diupayakan yang baru dipetik sehingga masih segar. Kata ibu-ibu kacang panjang yang sudah layu sudah kehilangan rasa manis.

Agar bersih kacang panjang sebaiknya dicuci dulu dengan air, disarankan menggunakan air mengalir. Dilansir dari www.klikdokter.com, sangat dianjurkan untuk mencuci sayur dengan menggunakan air bersih yang mengalir, bukan melakukan perendaman  dalam wadah berisi air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mencuci sayur, buah-buahan, dan bahan makanan lain dengan air mengalir akan dapat mengurangi kotoran, kuman, dan residu pestisida yang tersisa di permukaannya sampai 75-80%.

Kacang panjang yang telah dicuci diiris kecil-kecil menggunakan pisau yang telah disiapkan. Irisannya setebal sekitar setengah sampai satu sentimeter. Irisannya bisa menyerong atau tegak lurus. 

Sebenarnya prosedur yang biasa saya lihat (bukan standar), pembuatan lelansuk diawali dengan mengolah bumbunya. Cabe, terasi, dan garam disatukan dan ditempatkan ke dalam cobek lalu diulek sampai halus. Sekedar mengingatkan, terasi merupakan satu-satunya bahan lelansuk yang dibakar. Katanya untuk memberikan aroma bumbu yang lebih menggoda.

Menurut para ibu-ibu ahli lelansuk menghaluskan bumbu dengan cobek akan menghasilkan cita rasa yang berbeda dibandingkan dengan blender. Maka dihimbau tidak menggunakan penghalus elektrik itu.

Tahapan berikutnya memasukkan tomat yang juga diulek sampai halus. Sebelum tomat dihaluskan disarankan untuk dipotong-potong agar tomat tidak memercikan cairanya kalau diulek dalam keadaan utuh.

Tahap berikutnya memasukkan bawang merah dan bawang putih yang telah dikupas dan dipotong kecil-kecil. Potongan bawang merah itu diulek lagi bersama bumbu yang sudah ada dan diaduk sampai rata. Untuk menghasilkan aroma dan rasa yang lebih sensasional siram dengab perasan jeruk nipis atau limau. Konon untuk mengurangi rasa pedas ada yang menambahkan sedikit gula. 

Bumbu sudah siap. Saatnya memindahkan irisan kacang panjang ke dalam cobak. Masih menurut ibu-ibu, lelansuk sebaiknya disajikan bersama cobeknya. Alasannya lagi-lagi soal rasa. Lelansuk siap disantap bersama nasi. Kalau ada panggang ayam atau ikan bakar akan jadi lebih yahud.

Sebenarnya saya tidak bisa membuat lelansuk. Resep ini hanya berdasarkan pengamatan saya terhadap ibu-ibu yang biasa membuat lelansuk. 

Lelansuk sering dianggap versi lain dari beberok. Keduanya sama-sama berbahan mentah dan memiliki kemiripan berdasarkan bumbunya. Perbedaannya terletak pada bahan utamanya. Jika lelansuk dibuat dengan kacang panjang (antap: Sasak) beberok dibuat dengan bahan mentimun atau terung. Kadang-kadang ibu-ibu juga berimprovisasi menggunakan mangga muda untuk membuat beberok.

Apakah lelansuk termasuk real food? Dikutip dari medicastore.com, real food adalah makanan yang paling mendekati bentuk dan keadaan aslinya tanpa banyak perubahan. Real food diandaikan sebagai makanan yang tidak mengalami proses pengolahan makanan berlebihan, tidak ditambahkan zat-zat kimia, dan kaya dengan nutrisi. Berdasarkan pengertian ini, maka secara umum makanan tradisional Nusantara merupakan makanan yang paling mendekati ciri-ciri real food, termasuk lelansuk.

Lelansuk saat ini dapat ditemukan di berbagai warung makan untuk melengkapi menu makanan yang ditawarkan. Jadi kalau berkunjung ke Lombok lelansuk dapat ditemukan dengan mudah.

Lombok Timur, 08 Oktober 2024

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun