Mohon tunggu...
𝙔𝙖𝙢𝙞𝙣 𝙈𝙤𝙝𝙖𝙢𝙖𝙙
𝙔𝙖𝙢𝙞𝙣 𝙈𝙤𝙝𝙖𝙢𝙖𝙙 Mohon Tunggu... Guru - Ayah 3 anak, cucu seorang guru ngaji dan pemintal tali.

Guru SD yang "mengaku sebagai penulis". Saat kanak-kanak pernah tidak memiliki cita-cita. Hanya bisa menulis yang ringan-ringan belaka. Tangan kurus ini tidak kuat mengangkat yang berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Rumah Adat Desa Beleq, Sembalun Lawang, Bukti Sejarah Abad Ke-13

24 September 2024   22:41 Diperbarui: 25 September 2024   06:36 289
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Rumah Adat Desa Beleq, Desa Sembalun Lawang Kecamatan Sembalun Lombok Timur, NTB (Sumber Dokumen Pribadi)

Sembalun tidak saja dikenal memiliki keindahan bukit-bukitnya yang menjulang, pesona serakan petak sawah yang mengagumkan, hutannya yang lebat, dan hasil pertanian yang melimpah. Sembalun juga menyimpan peradaban masa lampau. Daerah wisata ini tetap mengendapkan sisa sejarah yang dimulai sejak ratusan tahun yang lalu. Sembalun bukan hanya tentang panorama alam tetapi juga tentang landskap budaya dan peradaban sebagai bagian dari sejarah Nusantara yang telah berusia berabad-abad lamanya.

Rumah Adat Beleq Sembalun merupakan salah satu bukti sejarah yang masih terjaga walaupun terlihat ringkih. Rumah tradisional itu terletak di Desa Beleq, Desa Sembalun Lawang, Kecamatan Sembalun. Lokasi rumah adat Desa Beleq terletak di tempat yang agak tersembunyi tetapi masih dapat diakses dengan kendaraan sepeda motor atau roda empat. 

Dari Kantor Desa Sembalun Lawang Rumah Adat Desa Beleq itu berjarak sekitar 1,3 km. Untuk mengakses rumah adat tersebut pengunjung akan melewati jalan tanah yang menembus pemukiman penduduka dan kebun bambu. Kumpulan bambu itu terdiri dari sejumlah besar rumpun yang terpisah. Keberadaan kebun bambu itu membuat tempat di sekitarnya terasa teduh dan udara lebih sejuk.

Desa Beleq merupakan desa adat yang terletak di lembah Pergasingan. Desa tertua di Sembalun ini diapit oleh Bukit Selong dan Bukit Pergasingan. Di belakang area rumah adat tersedia sebuah tangga jika ingin naik ke lereng Bukit Selong. 

Dari lereng itu sejauh mata memandang terlihat hamparan hijau petak sawah miliki penduduk dengan latar bukit Pergasingan. Bukit Selong menjadi salah satu obyek wisata yang ramai dikunjungi wisatawan karena menyajikan pemandangan alam yang menakjubkan.

Tepat di kaki Bukit Selong itulah keberadaan Rumah Adat Desa Beleq yang dipercaya telah berusia ratusan tahun. Rumah adat tak berpenghuni itu dikelilingi dengan tembok pembatas. Saya memperkirakan luas lahan tempat rumah adat itu berdiri berkisar 25-30 are.

Tampak ada enam bangunan rumah adat di area itu. Bangunan rumah adat itu terdiri dari dua blok. Setiap blok terdiri dari tiga bangunan rumah. 

Beberapa sumber menyebutkan bahwa pada dasarnya ada tujuh bangunan rumah adat di tempat ini. Salah satu rumah adat hanya menyisakan pondasi sedangkan bangunannya sudah rata dengan tanah.

Sejumlah informasi menyebutkan bahwa Desa Beleq merupakan sebuah perkampungan awal yang menjadi cikal bakal penduduk Sembalun. Sejarah ini bermula sejak pertengahan abad ke 13. 

Dilansir dari detik.com, saat terjadi erupsi gunung Samalas pada tahun 1.257 M, masyarakat setempat melakukan eksodus menuju daerah lain untuk menyelamatkan diri dan keluarganya. 

Erupsi Gunung Samalas atau sekarang disebut dengan Gunung Rinjani, diduga merupakan letusan terbesar di dunia yang pernah terjadi dalam 7.000 tahun terakhir. Skala letusan Gunung Rinjani saat itu hampir sama dengan letusan Gunung Tambora 1815 dan Gunung Krakatau 1883. Dua gunung ini konon pasca erupsinya bahkan telah memicu tsunami. (theconversation.com).

Pasca erupsi kerinduan tujuh kepala keluarga mendorong mereka kembali ke Sembalun untuk mulai kehidupan baru. Ketika kondisi dirasakan sudah aman, mereka mulai menata kehidupan dan membangun kembali rumah yang telah porak poranda akibat letusan Gunung Rinjani. 

Lokasi pembangunan tujuh rumah itu kini dinamakan Desa Beleq, yang berarti Desa Besar, atau Desa Induk. Mereka dipercaya sebagai nenek moyang penduduk Sembalun. (sumber radarlombok.co.id)

Kembalinya 7 keluarga itu ke Sembalun dianggap sebagai episode kedua sejarah masyarakat Sembalun dengan Desa Beleq sebagai cikal bakalnya. Episode pertama merupakan masa sebelum erupsi Samalas.

Desa Beleq tidaklah mengacu pada pemerintahan desa secara administratif tetapi sebagai desa adat semata. Secara administratif Desa Beleq menjadi bagian dari wilayah Desa Sembalun Lawang, Kecamatan Sembalun, Lombok Timur.

Rumah adat Desa Beleq sama dengan rumah adat pada umumnya yang ada di Lombok. Konstruksi bangunannya terbuat dari bahan alam. Hanya saja rumah adat Desa Blek memiliki lantai yang lebih tinggi hingga mencapai 1 meter. Ini bertujuan untuk menghindari masuknya binatang buas masuk ke dalam rumah. Untuk masuk ke dalam rumah setiap rumah memiliki tangga tepat di depan pintu yang juga terbuat dari tanah liat.

Semua rumah adat itu dibangun menghadap utara. Hal ini memungkinkan sinar matahari pagi dan sore hari dapat menyelinap melalui celah yang ada di dindingnya.

Bahan lantainya juga dibuat dengan adukan tanah liat. Sebagaimana kebiasaan masyarakat Sasak masa lampau, permukaan lantai rumah dilumuri dengan kotoran sapi yang diyakini bermanfaat untuk mencegah masuknya nyamuk dan serangga lain.

Tiang rumah adat menggunakan empat buah balok kayu yang berfungsi sebagai penopang. Dinding rumah adat terbuat dari anyaman bambu. Atap rumah adat itu berbentuk limas. Rangka atap dibuat dengan bahan bambu dan ilalang sebagai pelindung.

Bagian depan rumah terdapat semacam teras dengan lantai yang lebih rendah daripada lantai utama rumah adat. Teras dan ruangan rumah dihubungkan dengan empat anak tangga. 

Di area itu juga sebenarnya terdapat bangunan lumbung. Dapat dipastikan bahwa lumbung itu berfungsi sebagai tempat menyimpan berbagai hasil pertanian. 

Sayang lumbung itu sudah tidak terlihat. Saat saya berkunjung (21/09/2024), bangunan yang berfungsi sebagai penyimpanan hasil pertanian itu tidak tampak. Kemungkinan lumbung itu sudah rubuh karena tidak terawat.

Rumah adat Desa Beleq Sembalun tampaknya tidak begitu mendapatkan perhatian. Beberapa bagian atapnya terlihat luruh. Beberapa pagar pembatas juga sudah mulai rusak. Lumbung yang tidak lagi berdiri dan runtuhnya salah satu bangunan rumah adat seolah ingin menegaskan bahwa sejarah masyarakat Sembalun makin ringkih. Diperlukan kepedulian semua pihak untuk mempertahankan situs penting ini agar tetap berfungsi sebagai prasasti sejarah masyarakat setempat.

Lombok Timur, 24 September 2024

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun