Brotowali, di daerah tertentu juga dikenal dengan nama bratawali. Di kampung saya (Lombok) dinamakan kancawali. Tanaman ini merupakan tanaman yang memiliki rasa pahit yang menyengat. Rasa pahitnya bisa sampai ke ubun-ubun.
Mereka yang mereka yang sedang mengkonsumsi tanaman ini bisa dipastikan memperlihatkan ekspresi wajah jelek. Mulut akan mengerucut, mata membeliak, alis mengerut, hingga leher menegang seakan dalam kerongkongannya sedang melintas sebuah truck raksasa dengan muatan yang melebihi kapasitas. Orang yang tidak terbiasa dengan rasa pahit bisa muntah-muntah. Pokoknya wajah tampan dan cantik akan jelek.
Tanaman yang termasuk dalam famili menispermaceae ini mampu bertahan hidup di daerah yang kering dan panas. Kemampuan itu membuat brotowali dapat tumbuh dengan baik apabila ditanam di lingkungan dengan penyinaran matahari yang penuh.
Brotowali tersebar luas di beberapa negara Asia Tenggara yang meliputi Indonesia Vietnam, Filipina, Malaysia, dan Thailand. Selain itu, ia juga tersebar di wilayah Indo Cina, Semenanjung Malaya, dan masih banyak lagi. Di Indonesia sendiri, tanaman herbal ini banyak ditemukan di Jawa, Bali, dan Ambon. (sumber lindungihutan.com)
Tanaman Brotowali--nama Latinnya tinospora cordifolia--biasa tumbuh liar di antara semak-semak. Brotowali dapat ditanam dengan menggunakan stek. Tanaman dengan rasa tidak menyenangkan ini juga dapat dikembangbiakkan dengan menanam bijinya. Kebanyakan orang lebih sering menanam dengan menggunakan stek. Sebagian orang menanam brotowali dalam pot atau polybag sebagai tanaman hias di halaman rumah.
Di kampung saya dulu brotowali sering digunakan sebagai tanaman pembatas ladang atau pekarangan. Sekarang brotowali jarang saya temukan.
Tanaman perdu pemanjat ini memiliki batang dengan diameter kecil seukuran jari kelingking. Batangnya berbentuk bulat dan membentuk banyak cabang. Sekujur permukaan batangnya memiliki ciri khas dengan benjol-benjol acak dan rapat. Batang brotowali berwarna hijau dan menyimpan banyak air.
Brotowali memiliki daun tunggal. Bentuknya mirip daun sirih, menyerupai jantung, dan cenderung runcing di bagian ujung. Tepi daun brotowali berbentuk rata dengan bagian pangkal memiliki lekukan. Permukaan daunnya berwarna hijau muda. Jenis tulang daun Brotowali termasuk pertulangan daun menjari. Tangkai daun cenderung menebal pada pangkal dan ujungnya.
Di kampung saya, brotowali digunakan ibu-ibu yang ingin berhenti menyusui balitanya jika dipandang anak-anak itu tidak memerlukan lagi air susu ibu. Caranya dengan mengoleskan cairan brotowali pada payudara. Rasa pahit itu membuat anak-anak akan berhenti menyusui.
Sebagai sebuah cerita lelucon, ada juga ibu-ibu yang ingin berhenti menyusui bapak-bapak dengan tanaman itu. Namun, tidak pernah ada yang berhasil.
Di balik rasanya yang "pahit dan menyakitkan", brotowali merupakan tanaman obat. Brotowali dipercaya memiliki khasiat yang dapat bermanfaat bagi kesehatan dan mengobati penyakit. Dilansir dari halodoc.com, setidaknya tercatat enam manfaat Brotowali, yaitu, menurunkan gula darah, mencegah alergi, meningkatkan daya tubuh, meredakan peradangan, melawan bakteri dan jamur penyebab infeksi, dan menjaga kesehatan tulang.
Sumber lainnya menyebutkan bahwa Brotowali juga memiliki khasiat sebagai antiseptik pada kudis, koreng, atau luka. Tanaman ini diyakini dapat meghindari risiko kanker.
Pada umumnya penggunaan brotowali sebagai obat dapat dikonsumsi dengan meminum air rebusan daunnya. Sedangkan untuk mengobati penyakit kulit dapat digunakan dengan menempel daun yang sudah dilembutkan.
Namun demikian, perlu juga diketahui bahwa ada efek samping yang dapat timbul jika dikonsumsi tanpa aturan yang disarankan. Oleh karena itu, sebelum digunakan penting untuk mencari informasi bagaimana penggunaan brotowali sebagai obat.
Lombok Timur, 19 September 2024
Sumber
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H