Mohon tunggu...
𝙔𝙖𝙢𝙞𝙣 𝙈𝙤𝙝𝙖𝙢𝙖𝙙
𝙔𝙖𝙢𝙞𝙣 𝙈𝙤𝙝𝙖𝙢𝙖𝙙 Mohon Tunggu... Guru - Ayah 3 anak, cucu seorang guru ngaji dan pemintal tali.

Guru SD yang "mengaku sebagai penulis". Saat kanak-kanak pernah tidak memiliki cita-cita. Hanya bisa menulis yang ringan-ringan belaka. Tangan kurus ini tidak kuat mengangkat yang berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Menyelipkan Literasi dalam Pembelajaran Olahraga

13 September 2024   14:14 Diperbarui: 13 September 2024   15:01 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Siswa-siswi mengikuti pelajaran olahraga (Sumber KOMPAS/JUMARTO YULIANUS)

Artikel ini merupakan catatan hasil observasi atau pengamatan pembelajaran bidang studi Penjaskes di kelas 5 di SD Negeri 1 Embung Kandong, dengan materi teknik dasar melempar bola kasti.

Pagi Kamis, 12 September 2024, saya sudah memiliki kesepakatan dengan guru penjaskes untuk melakukan observasi pembelajaran. Pelaksanaan observasi itu dilakukan sesuai dengan jadwal pelajaran yang telah disusun di kelas 5.

Di halaman siswa sudah terlihat mengenakan pakaian olah raga. Dua orang tampak mengenakan pakaian yang berbeda. Saat dikonfrimasi gurunya, mereka beralasan seragam olah raganya dicuci. Itu merupakan fenomena siswa di kampung. Kadang-kadang mereka belum menunjukkan sikap tertib berpakaian. Menjadi pemandangan biasa pada anak-anak sekolah mengenakan pakaian sekolah untuk bermain, seragam olah raga biasanya menjadi pakaian yang paling cepat lecek. Sebagian mereka menggunakan pakaian itu untuk bermain, tidur, atau pergi ke sawah.

Tampak para siswa menghampiri guru olahraga. Biasanya pelajaran olah raga menjadi aktivitas yang paling menyenangkan. Hal ini dapat dipahami mengingat pada usia sekolah dasar, anak-anak lebih cenderung bergerak secara fisik, bergerak bebas, berlari, melompat, atau berkejar-kejaran. Olahraga yang identik dengan kebebasan bergerak membuat anak-anak lebih bersemangat mengikuti pembelajaran.

Atas petunjuk guru, siswa mulai berbaris. Selanjutnya guru memeriksa kehadiran siswa. Hasilnya menunjukkan ada satu siswa yang belum bergabung. Salah seorang anak memberitahukan bahwa siswa yang belum bergabung sedang menghabiskan sarapannya.

Guru mulai menyampaikan informasi materi pelajaran tentang gerakan dasar dalam permainan bola kasti dan ada aturan yann harus diperhatikan. Guru menjelaskan bahwa dalam permainan kasti ada aturan cara berdiri, berlari, memegang, melempar, atau menangkap bola. Semua itu harus dipahami agar permainan dapat dilakukan dengan benar. 

Guru menghubungkan aturan itu dengan konteks kehidupan lain. Analogi yang digunakan adalah aturan saat berhadapan dengan orang tua, kakek, nenek, guru, atau orang yang lebih dewasa. Ada aturan atau tata krama bagaimana bersikap saat berhadapan dengan orang dewasa. Guru menguatkan bahwa, “Hidup ini disertai dengan aturan. Hidup akan kacau kalau tidak ada aturan.”

Pembelajaran inti dimulai dengan membentuk dua kelompok besar. Salah satu kelompok diminta membuat lingkaran. Kelompok satunya lagi berkumpul di tengah lingkaran. 

Untuk permainan ini guru menggunakan alat bantu berupa bola plastik kecil. Aturan mainnya, salah seorang anggota kelompok melempar bola yang dibidikkan ke arah kerumunan kelompok yang ada di tengah lingkaran. 

Siswa di tengah lingkaran memiliki dua pilihan, menangkap bola yang dilempar atau menghindar dari lemparan. Jika berhasil menangkap bola, siswa boleh melempar siswa yang membuat lingkaran. Jika siswa dalam lingkaran terkena lemparan, dia akan bergabung ke dalam siswa pelempar. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun