Mohon tunggu...
𝙔𝙖𝙢𝙞𝙣 𝙈𝙤𝙝𝙖𝙢𝙖𝙙
𝙔𝙖𝙢𝙞𝙣 𝙈𝙤𝙝𝙖𝙢𝙖𝙙 Mohon Tunggu... Guru - Ayah 3 anak, cucu seorang guru ngaji dan pemintal tali.

Guru SD yang "mengaku sebagai penulis". Saat kanak-kanak pernah tidak memiliki cita-cita. Hanya bisa menulis yang ringan-ringan belaka. Tangan kurus ini tidak kuat mengangkat yang berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Karnaval Budaya dan Momentum Berjalan Kaki Massal

3 September 2024   15:11 Diperbarui: 4 September 2024   13:46 482
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hidup ini makin terasa tergesa-gesa saja. Kita seakan dikejar sesuatu dari belakang. Atau ada semacam objek yang begitu jauh di depan mata yang membuat kita harus berlari secepat mungkin agar dapat menggapainya. Sayangnya kecepatan kita yang terbatas membuat kita memilih berkendara daripada berlari atau berjalan. Dengan bantuan putaran mesin, kita seakan ingin melesat dengan kecepatan paling maksimal di atas punggung jalan. Seiring perkembangan gaya hidup kebiasaan berjalan kaki berubah menjadi kebiasaan berkendara.

Karnaval Budaya

Tabuh alat musik gendang beleq terdengar menggema dari tengah terminal. Sekelompok pemain gendang beleq dengan penuh semangat memainkan alat musik masing-masing. Mereka seolah tidak merasakan terpaan panas matahari yang menjerang kulit siang itu.

Permainan musik gendang beleq tersebut merupakan bagian dari kegiatan karnaval sebagai bagian dari peringatan memeriahkan HUT RI ke 79 tahun 2024. 

Gendang beleq dikenal sebagai seni musik tradisional masyarakat Sasak paling populer. Disebut gendang beleq (gendang besar: Sasak) karena alat musik paling menonjol berupa gendang berukuran besar. Penabuh gendang biasanya berada di posisi paling depan dalam barisan pemain pengusung berbagai alat musik pendukung gendang beleq. Alat musik itu berupa cemprang, rincik, petuk (gong berukuran kecil), gong, dan seruling.

Di depan gendang beleq ada pengusung sepasang jaran praja menari mengikuti alunan musik penuh semangat dari para penabuh. Setiap jaran praja diusung empat laki-laki dengan pakaian tradisional Sasak. Dengan beban jaran di pundaknya, pengusung atau pemikul itu melangkah pelan tetapi penuh energi seolah tidak ada beban di pundaknya.

Di atas punggung salah satu jaran praja tampak duduk menunggang Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Lombok Timur sambil tersenyum dan melambaikan tangan kepada orang-orang di sekelilingnya.

Di atas punggung jaran lainnya seorang perempuan juga duduk sambil memegang leher jaran. Kedua penunggang bergerak melenggok dan mengangguk mengikuti gerakan penari pengusung jaran. Kedua penunggang jaran itu mengenakan pakaian adat Sasak. 

Jaran praja merupakan kuda-kudaan yang terbuat dari kayu. Jaran ini dikenal sebagai salah satu instrumen dalam kegiatan adat dan budaya masyarakat Sasak. Dulu jaran praja digunakan untuk mengusung sepasang pengantin yang sedang nyongkolan

Tradisi nyongkolan merupakan salah satu ritual perkawinan dalam masyarakat Sasak untuk mengarak pasangan pengantin dari rumah mempelai laki-laki ke rumah mempelai perempuan. Nyongkolan, dalam istilah lain disebut nyombe, merupakan kunjungan pertama pasangan pengantin ke rumah orang tua dan keluarga pihak perempuan setelah menjalani beberapa proses pernikahan. Nyongkolan pada dasarnya bertujuan untuk menyampaikan kepada masyarakat luas bahwa si A dan si B telah resmi menjadi pasangan suami istri yang sah.

Di samping untuk mengarak pengantin, jaran praja juga digunakan untuk mengarak anak-anak yang akan disunat atau dikhitan. Sebelum disunat anak-anak itu diarak keliling kampung untuk menyenangkan hatinya agar tidak takut menghadapi pisau sunat. Arak-arakan itu biasanya diiringi musik tradisional Sasak gendang beleq.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun