Mohon tunggu...
𝙔𝙖𝙢𝙞𝙣 𝙈𝙤𝙝𝙖𝙢𝙖𝙙
𝙔𝙖𝙢𝙞𝙣 𝙈𝙤𝙝𝙖𝙢𝙖𝙙 Mohon Tunggu... Guru - Ayah 3 anak, cucu seorang guru ngaji dan pemintal tali.

Guru SD yang "mengaku sebagai penulis". Saat kanak-kanak pernah tidak memiliki cita-cita. Hanya bisa menulis yang ringan-ringan belaka. Tangan kurus ini tidak kuat mengangkat yang berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Fufufafa, Argumentum ad Hominem dan Pornografi dalam Platform X

2 September 2024   19:12 Diperbarui: 2 September 2024   21:48 179
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di samping argumentum ad hominem, trending topik fufufafa juga disematkan pada unggahan-unggahan yang berbau pornografi. Terlihat banyak sekali konten menghiasi platform X dalam bentuk kata-kata, gambar dan video berbau ketelanjangan tanpa filter sama sekali.

Konten pornografi pada platform X tidak saja mendompleng pada trending topik fufufafa tetapi juga pada hampir setiap trending topik yang ada. Pornografi pada platform ini tampaknya sudah demikian terbuka dan terlihat sangat masiv.

Maraknya konten pornografi pada platform X tidak lepas dari kebijakan Elon Musk, pemilik platform X, yang memperbolehkan pengguna X untuk mengunggah  konten yang berbau ketelanjangan dan seksual.

Kebijakan platform X yang didasarkan atas aspek estetik ini disertai dengan dua syarat. Pertama, konten tidak boleh ditempatkan di lokasi mencolok, seperti gambar profil dan spanduk. Lokasi mencolok merupakan titik yang cepat ditemukan

Kedua, pengguna juga harus menandai konten sebagai NSFW (Not Safe For Work). Ini bertujuan agar pengguna dapat menyembunyikan konten secara default dan hanya bisa dilihat oleh pengguna yang memilih untuk melihatnya. Selain itu, pengguna juga harus berusia minimal 18 tahun untuk dapat melihat konten NSFW. 

Kebijakan Elon Musk didasarkan kepada anggapan bahwa orang dewasa memiliki otonomi untuk melihat dan membuat konten orang dewasa sebagai sebuah keyakinan, keinginan, dan pengalaman mereka sendiri, termasuk dalam hal ini konten seksualitas.

Sebagai pengecualian, kebijakan ini tidak berlaku untuk konten yang memicu eksploitasi, pemerkosaan, objektivitas, kekerasan atau pelecehan seksual terhadap anak di bawah umur, dan perilaku tidak senonoh. Kebijakan platform tersebut berlaku untuk semua konten dewasa, baik yang dibuat oleh AI, fotografi, atau animasi. 

Namun demikian, kebijakan Elon Musk tersebut ternyata tidak cukup efektif untuk meminimliasir pornografi pada platform X. Hal ini dibuktikan oleh Direktorat Tindak Pidana Siber (Dittipidsiber) Bareskrim Polri. Hasil penyelidikan menunjukkan bahwa terdapat transaksi yang mencapai nominal Rp 9 miliar dalam kasus bisnis prostitusi anak yang dijual menjadi pekerja seks komersial (PSK) melalui media sosial. Salah satu media sosial itu adalah X, termasuk telegram. (Sumber mediaindonesia.com 23/7/2024).

Platform media sosial memang dapat menjadi ruang yang memberikan kebebasan berpendapat dan berekspresi. Kebebasan berpendapat tanpa melibatkan logika komunikasi semisal argumentum ad hominem sangat dekat dengan prilaku bullying dan diskriminasi. Atas dasar kebebasan berpendapat dan efektivitas politik strategi ini menjadi sebuah kebiasaan yang dianggap sebagai hal yang wajar.

Pada saat yang sama narasi seksual atas alasan otonomi orang dewasa dan estetika dalam berbagai rupa atas alasan estetika dan otonomi kedewasaan berpeluang disalahgunakan untuk memenuhi kebutuhan sesaat dan periferal.

Sumber bacaan:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun