Artikel ini sebenarnya hasil liputan seorang mahasiswa KKN Universitas Mataram yang dipusatkan di Desa Pengembur, Kecamatan Pujut Lombok Tengah. Aurel, nama mahasiswa itu, meminta saya menulis kegiatan panen perdana ujicoba penanaman padi Gamagora 7 di Desa Pengembur, Kecamatan Pujut, Lombok Tengah. Aurel yang tengah mengikuti kegiatan KKN menghubungi saya via whatsapp dan menawarkan materi artikel dengan melampirkan garis besar. Saya pikir tidak ada salahnya menerima tawaran itu.
Gamagora 7 (Gajah Mada Gogo Rancah 7) adalah sebuah varietas padi hasil penelitian Fakultas Pertanian Universitas Gajah Mada yang diluncurkan melalui SK Pelepasan Kementerian Pertanian pada 28 Maret 2023 . Padi ini merupakan varietas ke tiga yang diluncurkan UGM.
Penanaman padi Gamagora yang dilakukan di Desa Pengembur merupakan penanaman ujicoba yang melibatkan Bank Indonesia, Pemerintah Daerah Kabupaten Lombok Tengah, dan Remaja Tani Desa Pengembur. Uji coba ini ditandai dengan penanaman perdana (kickoff) di Nusa Tenggara Barat tanggal 16 Mei 2024 silam. Pelibatan remaja tani Desa Pengembur merupakan langkah penting bagi pemerintah untuk mendorong keterlibatan anak-anak muda di dunia pertanian.
Kepala BI NTB, Berry Arifsyah Harahap, meyakini bahwa tanaman padi varietas Gamagora 7 memiliki keistimewaan yang spesifik. Varietas ini disebut-sebut sebagai tanaman amphibi karena cukup tahan terhadap perubahan iklim. Padi ini dipercaya dapat tumbuh tidak saja pada daerah dengan air yang melimpah tetapi juga pada lahan tadah hujan atau daerah kritis. Desa Pengembur dipandang tepat sebagai lokasi ujicoba karena petani setempat hanya mengandalkan curahan hujan untuk menanam padi.
Keunggulan lainnya, hasil panen Gamagora 7 dapat mencapai margin yang lebih besar dari jenis padi lainya. Gamagora 7 mampu menghasilkan produksi padi lebih maksimal. Dibandingkan dengan rumpun padi yang dihasilkan varietas Inpari, misalnya, Gamagora 7 dapat memiliki rumpun dua kali lebih banyak. Perkiraan hasil gamagora 7 dapat bisa mencapai 8-10 ton padi untuk setiap hektar. Hal ini tentu dapat meningkatkan produktivitas dan berdampak pada kesejahteraan petani. .
Padi varietas Gamagora 7 juga memiliki masa tanam yang lebih singkat. Tanaman ini hanya membutuhkan waktu sekitar 73 hari untuk dipanen. Usia tanam ini lebih singkat dibandingkan padi jenis lain yang bisa mencapai lebih dari 100 hari.
Asisten II Setda Kabupaten Lombok Tengah H. Lendek Jayadi, dengan penuh keyakinan menyebutkan bahwa tanaman padi varietas Gamagora tidak saja unggul secara kuantitas tetapi juga kualitas. Dengan biaya produksi yang rendah akan memungkinkan harga berasnya juga dapat terjangkau dengan kualitas sangat premium.
Sebagai sebuah hasil inovasi, perawatan padi varietas Gamagora 7 menggunakan teknik perawatan semi organik. Ini bagian dari upaya secara perlahan menuju pendekatan pertanian yang lebih ramah lingkungan. Teknik tersebut membuat biaya produksi dapat ditekan karena petani dapat memanfaatkan pupuk organik yang dihasilkan sendiri oleh petani.
Untuk memenuhi keperluan pupuk organik, kelompok tani setempat memproduksi sendiri dengan bahan-bahan yang ada di lingkungan sekitar. (Informasi selengkapnya dapat dibaca di sini).
Mengenang kembali kejayaan NTB dengan padi Gogo Rancah
Gamagora 7 mengingatkan saya dengan capaian produksi padi di Nusa Tenggara Barat saat era Orde baru. Empat dekade yang lalu pada masa Gubernur NTB ke 3, Gatot Suherman, daerah ini pernah mengalami surplus beras melalui program Gogo Rancah (Gora). Keberhasilan itu membuat NTB mendapatkan julukan Bumi Gora.