Mohon tunggu...
Yamin Mohamad
Yamin Mohamad Mohon Tunggu... Guru - Ayah 3 anak, cucu seorang guru ngaji dan pemintal tali.

Guru SD yang "mengaku sebagai penulis". Saat kanak-kanak pernah tidak memiliki cita-cita. Hanya bisa menulis yang ringan-ringan belaka. Tangan kurus ini tidak kuat mengangkat yang berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Empati Sang Guru terhadap Siswa

7 Agustus 2024   00:36 Diperbarui: 7 Agustus 2024   07:51 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam keseharian di satuan pendidikan, empati itu dapat ditunjukkan pada berbagai situasi. Empati dalam dunia pendidikan menjadi sebuah keterampilan yang istimewa karena menyerupai keterampilan para bijak bestari.

1. Empati dalam Interaksi Sehari-hari.

Empati dalam interaksi sehari-hari (di luar kegiatan belajar) menjadi semacam tuntutan bagi guru. Empati itu dapat ditunjukkan melalui banyak hal, antara lain, saat ngobrol sebaiknya mendengarkan siswa saat berbicara dengan penuh perhatian. 

Saat berhadapan dengan siswa, sangat penting bagi guru menunjukkan bahasa tubuh yang ramah dan terbuka, seperti tersenyum, mengangguk untuk menyetujui sesuatu yang tengah mereka sampaikan atau ceritakan, tidak menyela pembicaraan mereka, dan menjaga kontak mata. Ini merupakan pilihan sederhana yang seringkali sulit diterapkan.

Empati juga dapat dilakukan dengan menyebut atau memanggil nama yang merepesentasikan keramahan, rasa sayang, atau menimbulkan semacam kedekatan hubungan antara guru dan siswa.

Selebihnya empati dapat ditunjukkan dengan menanyakan kabar yang menyangkut kehidupan pribadi dan keluarga dan tentang pembelajaran mereka. 

Bertanya saat melihat siswa terlihat murung atau tertawa merupakan bentuk empati yang perlu dibiasakan. Ini penting untuk memahami permasalahan yang mereka hadapi. Tertawa tidak selalu menunjukkan kebahagiaan. Seseorang bisa saja tertawa karena melihat masalah temannya sebagai sebuah lelucon. Ini bagian dari kesulitan dalam proses interaksi sosial di sekolah. Untuk itulah guru hadir untuk menunjukkan empati atas kesulitan-kesulitan tersebut. 

2. Empati dalam Pembelajaran

Jika empati dimaknai sebagai sikap memahami orang lain, maka empati guru dalam proses pembelajaran sejatinya ditekankan agar memahami kemampuan dan kebutuhan belajar siswa.Guru seyogyanya dapat mengakomodasi perbedaan gaya, kebutuhan, dan kecepatan belajar siswa melalui pendekatan pembelajaran yang kini populer dengan istilah pembelajaran berdiferensiasi. Satu hal yang penting, dengan memahami kemampuan dan kebutuhan siswa, guru tetap harus memiliki ekspektasi bahwa siswa mampu mencapai hasil belajar terbaik. 

Empati guru juga dapat ditunjukkan dengan memberikan kesempatan atau waktu yang cukup kepada setiap siswa untuk mempelajari materi pelajaran. Adanya perbedaan kecepatan belajar merupakan alasan mendasar sehingga setiap siswa membutuhkan waktu yang berbeda dalam mempelajari sebuah materi pelajaran.

Wujud empati yang penting bagi seorang guru adalah menciptakan aktivitas pembelajaran dan suasana kelas yang inklusif. Ini mengacu kepada sebuah situasi dimana semua siswa merasa dapat diterima dan dihargai dalam perbedaan latar belakang status sosial, ekonomi, budaya, dan berbagai atribut lainnya.

Penting untuk diingat bahwa hak mendapatkan empati tidak saja bagi anak-anak yang mengalami kesulitan belajar. Siswa yang telah berhasil mencapai tujuan pembelajaran juga layak mendapatkannya. Tidak saja ikut merasakan kesedihan, empati juga dapat ditunjukkan dengan ikut berbahagia atas keberhasilan siswa. Kebahagiaan tersebut dapat dilakukan dengan memberikan pujian atau apresiasi sederhana.

3. Empati dalam Mengatasi Permasalahan

Beberapa waktu yang lalu, seorang siswa di sekolah saya hampir putus sekolah karena satu dan lain hal. Ini bagian dari tantangan yang dihadapi guru. Sekitar satu bulan siswa tersebut tidak masuk sekolah. Selama itu pula, pihak sekolah (guru dan kepala sekolah) melakukan kunjungan sebagai upaya agar siswa yang bersangkutan kembali ke sekolah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun