Pagi itu sebagaimana biasa siswa berbaris di halaman sekolah. Saya berdiri di depan barisan dan menyampaikan beberapa hal. Salah satunya tentang pelarangan sekolah untuk melakukan perpisahan atau perayaan kelulusan dengan kegiatan tour.
Pelarangan itu dikeluarkan Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Lombok Timur. Pelarangan yang disebarkan melalui edaran pesan WhatsApp dan media massa itu dikeluarkan karena berkembangnya berbagai opini liar yang melebar ke mana-mana tentang dunia pendidikan setelah kecelakaan bus study tour yang menewaskan sejumlah siswa.
Di akhir tahun biasanya siswa yang akan tamat di sebuah sekolah pada berbagai jenjang dikenal adanya tradisi acara pelepasan atau penamatan.
Hal yang sama juga menjadi acara rutin di sekolah saya. Sejak awal tahun pelajaran siswa kelas 6 di sekolah saya memang sudah berencana merayakan kelulusannya dengan tour, pelesir. Pelesir tentu saja hanya ke sekitar tempat-tempat wisata lokal yang ada di pulau Lombok.
Setelah diskusi dengan dan saran dari wali kelasnya, anak-anak itu kemudian bersepakat menyisihkan uang jajannya selama setahun. Tidak banyak, antara 500 sampai 1000 rupiah setiap hari. Itupun tidak setiap hari dan tidak semua siswa dapat menyisihkan uangnya.
Uang yang disisihkan itu tidak ditabung bank atau lembaga keuangan yang melayani simpan pinjam. Anak-anak itu menabung di sekolah. Atas saran dan kontrol wali kelasnya, tabungan itu dikelola oleh siswa sendiri.
Pengelola keuangan ditugaskan kepada pengurus kelas (ketua, sekretaris, dan bendahara). Pengurus kelas menampung uang tabungan tersebut dan secara teliti mencatat tabungan yang diterima. Jumlah keuangan yang masuk dilaporkan pengurus secara rutin setiap akhir pekan.
Untuk memotivasi siswanya wali kelas juga ikut menabung. Metode ini ternyata membuat anak-anak itu terdorong menyisihkan uang jajannya.
Keberadaan tabungan tersebut juga membantu siswa membiayai beberapa keperluan pembelajaran saat sekolah kehabisan dana. Dana tabungan yang digunakan itu bersifat pinjaman dan dikembalikan oleh sekolah jika dana BOS telah dicairkan.
Di akhir tahun jumlah uang yang terkumpul cukup banyak bagi anak-anak yang relatif berasal keluarga kurang mampu. Kisaran hasil tabungan itu antara 200 sampai 300 ribuan. Dengan uang sebesar itu cukuplah untuk biaya transportasi perjalanan tour keliling Lombok. Itupun sudah dapat makan dan biaya tiket masuk ke tempat-tempat wisata yang dituju.
Sayangnya tabungan itu tidak dapat digunakan untuk membiayai tour karena adanya pelarangan. Ada kekecewaan tergambar di wajah anak-anak itu.
Terlepas dari pelarangan itu, ada beberapa pembelajaran positif dari kegiatan menabung yang dilakukan siswa.
Menumbuhkan kemampuan numerasi
Kegiatan menabung yang dilakukan siswa kelas 6 itu setidaknya dapat menjadi praktik baik pembelajaran numerasi.
Numerasi diartikan sebagai kemampuan seseorang menggunakan pengetahuan matematika dan konsep angka untuk memecahkan permasalahan sehari-hari.
Menabung memungkinkan siswa dapat mengembangkan kemampuan dasar aritmatika. Sebagai ilustrasi, siswa akan secara rutin menghitung jumlah tabungan secara berkala saat menambahkan atau mengambil dan membelanjakan uangnya.
Jika menabung dilakukan secara konsisten dengan nilai tabungan yang relatif sama setiap hari siswa akan berusaha memprediksi atau memperkirakan jumlah tabungannya dalam jangka waktu tertentu. Hal ini akan memungkinkan siswa mengembangkan keterampilan numerasi yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari.
Melatih keterampilan literasi finansial
Keterampilan finansial atau keuangan merupakan kemampuan seseorang untuk memahami dan mengelola keuangan pribadi secara efektif. Keterampilan ini mencakup berbagai pengetahuan dan keterampilan yang membantu seseorang membuat keputusan finansial yang bijaksana.
Dalam pemahaman saya, keterampilan finansial memiliki hubungan yang erat dengan kemampuan seseorang untuk menetapkan rencana keuangan, menentukan kebutuhan jangka panjang maupun jangka pendek, dan memilih pengeluaran prioritas.
Menabung merupakan salah satu cara yang memungkinkan siswa belajar mengelola finansial secara sehat.
Seperti yang dilakukan siswa di atas, sebelum menabung mereka menetapkan tujuan tertentu. Tujuan itu membuat mereka terdorong untuk tidak menghabiskan uang jajan mereka.
Menabung bukan tentang berapa besar uang yang dapat dikumpulkan tetapi menyangkut kemampuan siswa mengatur keuangan mereka. Pada saat yang sama siswa dapat mengukur dan mengendalikan keinginan mereka untuk melakukan pembelanjaan terhadap hal-hal yang tidak perlu.
Mengembangkan sikap bertanggung jawab
Pembelajaran lain yang melalui kegiatan menabung dengan pola di atas adalah menumbuhkan tanggung jawab siswa dalam pengelolaan keuangan.
Pengelolaan uang tabungan secara mandiri oleh siswa akan memberikan kesempatan kepada mereka untuk menerapkan prinsip dasar tanggung jawab. Siswa pengurus kelas memiliki kesempatan belajar menunjukkan tanggung jawab melalui transparansi keuangan kelas yang mereka kelola. Pengelola juga akan berusaha menjamin keamanan tabungan sebagai bentuk tanggung jawab atas kepercayaan yang diberikan.
Demikian juga siswa lainnya, mereka bertanggung jawab secara pribadi terhadap pengelolaan uang jajan mereka dengan konsisten mengarahkan pengeluaran untuk menabung dan membeli jajan saat di sekolah.
Substansi menabung tidaklah terletak pada berapa besar hasil tabungan yang dapat dikumpulkan dalam rentang waktu tertentu. Membiasakan menabung sejak dini akan memberikan bekal kepada anak-anak untuk mempersiapkan diri menghadapi masa depan saat tidak lagi bisa produktif.
Lombok Timur, 26 Mei 2024
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H