Mohon tunggu...
Yamin Mohamad
Yamin Mohamad Mohon Tunggu... Guru - Ayah 3 anak, cucu seorang guru ngaji dan pemintal tali.

Guru SD yang "mengaku sebagai penulis". Saat kanak-kanak pernah tidak memiliki cita-cita. Hanya bisa menulis yang ringan-ringan belaka. Tangan kurus ini tidak kuat mengangkat yang berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Ini Cara Efektif Meningkatkan Kemampuan Literasi di Sekolah

3 April 2024   13:39 Diperbarui: 9 April 2024   00:00 1018
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kemampuan literasi dipercaya sebagai kemampuan dasar yang dibutuhkan seorang individu dalam dalam mengembangkan keterampilan lainnya. Dilansir dari laman Direktorat Sekolah Dasar Kemdikbud Ristek, keterampilan literasi diandaikan sebagai keterampilan seseorang untuk menerima, mengolah, serta menyampaikan kembali informasi yang diterimanya. 

Dalam konteks literasi di Indonesia, rendahnya kemampuan literasi dan numerasi merupakan salah satu isu pendidikan yang tengah menjadi perhatian berbagai pihak. 

Masih dari sumber yang sama, Indonesia saat ini dianggap tengah mengalami krisis literasi. Dengan mengutip pernyataan sastrawan Taufik Ismail, bangsa Indonesia saat ini dalam kondisi "Rabun Membaca dan Lumpuh Menulis".

Kemal Seno melalui blog Kompas Muda, membuat kesimpulan tajam bahwa rabun membaca dan lumpuh menulis merupakan dua penyakit yang berhubungan satu sama lain. Rabun membaca, dapat diartikan sebagai malas membaca, mengakibatkan kelumpuhan untuk menuangkan ide secara tertulis. 

Membaca dalam hal ini, bukan sekadar melafalkan kata demi kata atau membunyikan rangkaian kalimat dalam sebuah tulisan secara lisan. Membaca adalah sebuah proses pemahaman terhadap sebuah informasi, menganalisis kelebihan dan kelemahannya, memaknai pesan tersurat maupun tersirat, dan menyampaikan kembali informasi tersebut secara lisan maupun tertulis. 

Selebihnya informasi yang bermanfaat dapat dijadikan rujukan untuk mengambil tindakan atau sikap tertentu dan menganulir informasi yang negatif atau informasi yang bersifat hoaks.

Kehadiran teknologi informasi sejauh ini telah membuat kita dikepung oleh begitu banyak informasi melalui media digital. Kepungan informasi tersebut membuat kita gelisah, marah, tertekan, dan amat mengganggu kondisi psikologis kita. Hal ini disebabkan oleh rendahnya kemampuan kita untuk memilah dan memilih informasi yang berkembang.

Kasus korupsi timah yang membuat kerugian negara hingga mencapi 271 trilyun rupiah merupakan contoh nyata dari betapa parahnya kemampuan kita menerima informasi. 

Akibat kasus itu dua nama selebritis Indonesia, Sandra Dewi dan Dewi Sandra, menjadi dua publik figur yang sering dipertukarkan sebagai bagian dari pusaran korupsi besar tersebut. Rendahnya kecakapan literasi itu membuat begitu marah melampiaskannya secara membabi-buta kepada orang yang tidak bersalah. 

Belajar dari kasus tersebut wajar bangsa besar ini ditempatkan sebagai negara yang memiliki tingkat literasi yang sangat rendah. Kecenderungan kita sejauh ini adalah menerima secara bulat-bulat informasi yang beredar lalu demikian cepat mengambil kesimpulan tanpa pertimbangan yang jernih. 

Ini harus menjadi bahan refleksi kolektif kita secara nasional agar berusaha meningkatkan kemampuan literasi sejak dini.

Diskusi tentang peningkatan literasi sekolah kelompok 3, 27 Maret 2024, Kegiatan fasilitasi dan advokasi penguatan satuan pendidikan program sekolah (Dokumentasi pribadi)
Diskusi tentang peningkatan literasi sekolah kelompok 3, 27 Maret 2024, Kegiatan fasilitasi dan advokasi penguatan satuan pendidikan program sekolah (Dokumentasi pribadi)

Peluncuran kurikulum merdeka seharusnya disambut positif dalam rangka memacu kemampuan literasi peserta didik sejak awal. Kehadiran Kurikulum Merdeka dipercaya sebagai solusi dalam mengakselerasi budaya literasi yang dalam rangka mewujudkan kemampuan literasi secara nasional. 

Hal cukup masuk akal mengingat sekolah merupakan institusi yang diberikan tanggung jawab terdepan dalam meningkatkan kemampuan literasi melalui proses pembelajaran.

Perkenankan saya mengutip pernyataan kalimat puitis dari sastrawan ternama Indonesia, Joko Pinurbo. Katanya, "Jika masa kecilmu kau habiskan dengan membaca, niscaya kepalamu akan bermandikan kata-kata." (Sumber artikel Riduan Situmorang pada laman Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Kemdikbud Ristek)

Pernyataan Joko Pinurbo tersebut mengisyaratkan bahwa masa kecil atau masa muda adalah masa-masa di mana seseorang menjalani hari-hari dalam dalam dunia pendidikan. Hal berarti bahwa institusi pendidikan memiliki tanggung jawab yang tidak ringan dalam meningkatkan keterampilan literasi generasi bangsa sejak dini. 

Inilah yang menjadi salah salah satu topik bahasan dalam kegiatan fasilitasi dan advokasi penguatan kapasitas satuan pendidikan di Hotel Millenium Sirih Jakarta Pusat tanggal 25-28 Maret 2024 lalu.

Bagaimana meningkatkan kemampuan literasi di sekolah? 

Pertanyaan ini menjadi pertanyaan mendasar dalam kegiatan tersebut. 140 peserta yang dibagi ke dalam 8 kelompok itu diminta mendiskusikan dan berbagi praktek baik dalam peningkatan kemampuan literasi siswa.

Secara umum, berdasarkan pengalaman di sekolah masing-masing semua hasil diskusi tersebut dipadatkan dalam tips sederhana berikut yang dapat ditempuh dalam rangka meningkatkan kemampuan literasi peserta didik di sekolah.

  • Kegiatan literasi di kelas

Kegiatan literasi kelas umumnya ditempuh dengan membuat kegiatan membaca 10--15 menit sebelum pembelajaran dimulai atau waktu yang disepakati. Hal ini merupakan langkah awal untuk membangun sikap, semangat, dan budaya baca setiap siswa.

Pembiasaan kegiatan ini diharapkan dapat membentuk sikap dan budaya membaca pada peserta didik. Pola pelaksanaan kegiatan ini tentu saja disesuaikan dengan fase perkembangan siswa. 

Pada kelas-kelas awal, misalnya, di kelas 1 sekolah dasar, lebih ditekankan pada kemampuan pengenalan huruf atau kata, dan kalimat. Demikian juga dengaN kelas 2 atau 3, dan seterusnya. Kompetensi Literasi disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik. 

  • Menonton video dan menceritakan kembali

Jika mengacu kepada pengertian literasi sebagai kemampuan menerima dan mengolah informasi, literasi bukan hanya mencakup proses membaca tetapi juga mendengarkan dan mengolah informasi lalu menceritakan kembali. 

Informasi yang dimaksud bukan saja informasi yang diperoleh melalui kegiatan membaca tetapi juga melalui kegiatan mendengar, menonton, dan mengamati sebuah obyek lalu menyampaikan kembali.

Salah satu kebiasaan anak-anak yang dibesarkan dalam dunia digital yaitu menonton video pendek yang tersebar di berbagai media sosial. Kebiasaan ini dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kemampuan literasi di sekolah. 

Kehadiran sumber belajar berupa video yang melimpah memungkinkan peserta didik menonton video yang sesuai dengan fase dan kebutuhan peserta didik. Menonton tentu bukan saja sekadar menonton video secara sembarang namun tetapi harus dibawah kontrol orang dewasa (orang tua dan guru).

Kegiatan menonton video dapat dilakukan pada saat tertentu secara rutin dan terjadwal. Selanjutnya siswa dapat ditugaskan untuk menceritakannya kembali dengan bahasa masing-masing baik secara lisan maupun tertulis. Hal ini diyakini dapat meningkatkan kemampuan literasi peserta didik jika dilakukan secara konsisten.

Keluarga merupakan lembaga pendidikan paling primordial di samping sekolah. Keluarga adalah madrasah atau sekolah pertama seorang anak. Keluarga, dalam hal ini orangtua, merupakan guru utama seorang anak.

Peran keluarga (orangtua) sebagai lembaga pendidikan utama sangat berperan penting dalam membangun budaya dan keterampilan literasi. Hal sederhana yang dapat dilakukan adalah membaca bersama keluarga. Hal ini membutuhkan kerjasama guru (sekolah) dan orangtua. 

Kebiasaan membaca bersama keluarga akan memungkinkan anak-anak tumbuh dalam lingkungan keluarga yang mencintai literasi. Jika kembali kepada pengaruh lingkungan dalam perkembangan pribadi seseorang, kebiasaan ini dapat berpengaruh terhadap kemampuan, perilaku, dan sikap literasi seseorang di masa depan. Dengan demikian keterlibatan keluarga dalam pengembangan kemampuan literasi tidak dapat diabaikan.

Namun demikian, beberapa peserta merasa agak sulit melakukan pendekatan ini karena sangat tergantung kepada latar belakang pendidikan orang tua dan lingkungan yang mendukung.

Peserta yang lahir dan tumbuh dengan latar belakang pendidikan yang rendah atau katakan saja tidak dapat membaca tentu saja akan mengalami kendala dalam melaksanakan kegiatan membaca bersama keluarga.

  • Asesmen sumatif menggunakan soal yang mendekati AKM

Salah satu dimensi dalam rapor pendidikan yang menggambarkan kondisi sebuah satuan pendidikan adalah dimensi literasi. Dimensi ini diperoleh dari salah satu pendekatan Asesmen Nasional (AN) yaitu Asesmen Kompetisi Minimum (AKM).

Dikutip dari laman ditsmp.kemdikbud, salah satu bentuk AKM adalah asesmen literasi. Asesmen ini bertujuan untuk mengukur kemampuan memahami, menggunakan, mengevaluasi, dan merefleksikan berbagai jenis teks. 

Soal-soal asesmen tersebut dirancang dengan orientasi untuk mengukur kemampuan peserta didik menganalisis dan menyelesaikan masalah dengan menggunakan kemampuan kritisnya.

Sejauh ini penyusunan soal asesmen pembelajaran kurang memperhatikan soal-soal yang menantang. Soal asesmen pembelajaran kerap dianggap tidak melatih kemampuan berpikir kritis peserta didik. Dengan menggunakan soal-soal AKM dalam penilaian sumatif, diyakini akan menstimulus kemampuan literasi peserta didik. 

Oleh karena itu penilaian hasil belajar siswa sebaiknya menggunakan soal-soal yang disusun berdasarkan orientasi AKM. Sehubungan dengan hal tersebut, guru harus dibekali dengan kemampuan merancang instrumen yang berbasis AKM.

  • Pelatihan dan motivasi guru untuk berinovasi dari kepala sekolah

Guru adalah motor penggerak dalam pengembangan kemampuan literasi. Peran guru ini menuntut guru harus dapat mengembangkan keterampilan literasi. Ilmu pengetahuan dan teknologi, perubahan sosial dan budaya, menuntut guru harus terus meningkatkan kapasitas literasinya.

Pentingnya peningkatan kapasitas literasi guru menuntut kehadiran sekolah untuk memfasilitasi guru dengan pelatihan yang memungkinkan mereka dapat mengembangkan diri. 

Kepala sekolah pada saat yang sama, harus mampu mendorong guru dan warga sekolah dapat secara mandiri mengembangkan diri, terutama menuju semangat pembelajar sepanjang hayat.

  • Peningkatan peran guru melalui komunitas belajar

Komunitas belajar atau kombel merupakan wadah yang memberikan kesempatan kepada guru dan tenaga kependidikan untuk berdiskusi dan berbagi pengalaman tentang praktek baik pegembangan literasi di sekolah masing-masing. 

Medium komunitas belajar dapat dalam lingkup sekolah, antar sekolah, atau komunitas belajar dalam platform merdeka mengajar.

Peningkatan peran guru dalam komunitas belajar tidak saja memberikan kesempatan antar guru untuk saling berbagi ide dan pengalaman dalam pengembangan literasi di sekolah. 

Akan tetapi, melalui kombel guru dapat saling memotivasi dan saling menyemangati, dan saling mendukung dalam rangka menjaga dan membangun konsistensi peningkatan kemampuan literasi pada peserta didik. 

  • Apresiasi kompetisi untuk guru

Guru merupakan profesi yang membutuhkan pengakuan atau penghargaan dari orang lain. Hal ini akan memberikan rasa bangga dan menumbuhkan semangat untuk melakukan inovasi dan pengembangan kegiatan literasi, khususnya, dan pengembangan pembelajaran pada umummnya.

Apresiasi tersebut dapat diberikan melalui kompetisi guru berprestasi, guru inovatif, terfavorit, atau kategori lain yang bersifat positif. Apresiasi ini diyakini dapat menumbuhkan motivasi diri guru untuk mengembangkan diri, melaksanakan tugas dan fungsi pembelajaran secara maksimal.

Sekolah dapat menggunakan pendekatan ini sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. Pemberian apresiasi tersebut tidak harus sesuatu yang secara material bernilai tinggi atau mahal. Penghargaan dapat diberikan berupa sesuatu yang sederhana dan tidak membutuhkan biaya yang tinggi.

Penghargaan bukan semata-mata diukur secara kebendaan. Penghargaan dapat menjadi begitu bernilai melalui selembar sertifikat.

Lombok Timur, 03 April 2024

Keterangan

Referensi utama artikel berdasarkan hasil diskusi hari ke 3 Kegiatan fasilitasi dan advokasi penguatan satuan pendidikan Sekolah Penggerak angakatn I (25-28 Maret 2024) di Hotel Millenium Sirih jakarta Pusat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun