Selepas berburu takjil dan shalat Maghrib di Masjid Istiqlal, saya bersama tiga teman lainnya dari Lombok Timur kembali ke hotel yang telah dipesan secara online. Saya menyebut kembali ke hotel karena siangnya kami sempat mampir ke hotel tersebut hanya untuk check-in dan menitipkan barang bawaan.
Kami tiba dan masuk hotel sekitar pukul sepuluh malam. Salah seorang teman saya mengkonfirmasi kedatangan kami ke pihak hotel di ruang lobi. Saya sendiri duduk menunggu di salah kursi yang tersedia.
Di tengah ruang lobi ada meja berukuran sekitar 1x3 meter. Meja itu dikelilingi beberapa kursi. Satu meja lagi diletakkan menempel di salah satu dinding lobi.
Di atas meja itu terlihat sejumlah majalah. Tampaknya sengaja disediakan untuk pengunjung yang suka membaca. Lampu yang terletak di sudut meja menyebarkan cahaya lembut kekuningan selaras dengan warna dinding hotel.
Sebuah cermin ukuran cukup besar dengan bingkai melingkar tergantung di dinding. Lebih atas lagi pada dinding yang sama, hampir mepet dengan langit-langit hotel, terpasang sebuah mesin AC yang membuat suhu dingin di ruang lobi itu terasa menusuk kulit. Hawa dingin itu juga membuat flu dan batuk saya serasa makin menjadi.
Dua lampu lampion hotel bergayut di plafon menyebarkan cahaya ke seluruh ruangan. Pancaran cahayanya sama dengan cahaya lampu meja. Di belakang saya berdiri sebuah sekat yang memisahkan ruang lobi dengan ruangan lainnya. Pada sisi atas sekat berbentuk kotak-kotak itu tertulis nama hotel dengan ukuran huruf yang cukup besar.
Beberapa saat kemudian proses konfirmasi selesai. Selanjutnya kami masuk ke kamar masing-masing sesuai pesanan. Saya penasaran dengan desain kamar hotel kapsul karena saat check-in saya hanya sampai di lobi. Barang bawaan pun dititip ke petugas hotel.
Saya mengikuti arahan petugas hotel untuk naik ke lantai dua. Dengan bekal cardlock yang diberikan resepsionis, saya menuju kamar sesuai nomor yang tertera pada kunci kartu di tangan saya.
Ada beberapa ruangan yang saya lihat di lantai dua itu. Setidaknya terdapat tiga kamar penginapan dan sebuah musalah. Di depan kamar tersedia sebuah sofa yang dilengkapi meja.
Dengan cardlock, saya membuka pintu dan masuk kamar. Sejenak saya tertegun melihat pemandangan di dalamnya. Ruangan itu semacam kamar komunal atau kamar bersama yang disediakan untuk sejumlah tamu.