Mohon tunggu...
𝙔𝙖𝙢𝙞𝙣 𝙈𝙤𝙝𝙖𝙢𝙖𝙙
𝙔𝙖𝙢𝙞𝙣 𝙈𝙤𝙝𝙖𝙢𝙖𝙙 Mohon Tunggu... Guru - Ayah 3 anak, cucu seorang guru ngaji dan pemintal tali.

Guru SD yang "mengaku sebagai penulis". Saat kanak-kanak pernah tidak memiliki cita-cita. Hanya bisa menulis yang ringan-ringan belaka. Tangan kurus ini tidak kuat mengangkat yang berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Ramadhan dan Petasan

23 Maret 2024   23:49 Diperbarui: 24 Maret 2024   00:11 698
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi petasan (Sumber SHUTTERSTOCK Via Kompas)

Sejumlah anak-anak berkerumun di bawah terpaan sinar lampu jalan di sekitar perigi tempat pemandian umum. Pemandangan itu mewarnai suasana di kampung saya saban malam antara waktu maghrib dan isya.

Anak-anak itu merupakan kumpulan bocah-bocah umur lima sampai belasan tahun yang yang menikmati keriangan bulan suci. Keriangan mereka adalah ledakan petasan.

Anak bungsu saya yang baru lima tahunan membuat saya harus berbaur dengan anak-anak itu. Saya harus mengawasinya untuk menjaga hal-hal yang bisa saja terjadi di luar dugaan, seperti, terkena api, 

Mereka memilih berkumpul meledakkan petasannya di tempat ini karena agak jauh dari pemukiman. Suara petasannya tidak mengganggu warga kampung.

"Dar! Dor! Dar! Dor!"

Suara petasan bersahut-sahutan di tangan-tangan mungil itu. Mereka begitu riang mendengar dan menyaksikan letupan-letupan yang mereka produksi. Sebagian berjingkrak, sebagian lagi tertawa bahagia.

Beberapa orang hanya menonton. Beberapa lainnya memainkan petasan sumbu berukuran kecil yang dilempar setelah disulut api. Satu dua orang menggunakan petasan dengan efek letupan yang lebih besar.

Sebagian lagi menggunakan meriam karbit dengan memanfaatkan kaleng. Untuk membuatnya mereka hanya membutuhkan kaleng sprayer cat bekas, sebongkah karbit seukuran ibu jari orang dewasa, dan korek api. Mereka membuatnya sendiri. Mulut kaleng dibuang dan dibiarkan terbuka. Bagian bawahnya diberikan lubang kecil dengan paku.

Cara kerja petasan kaleng itu sangat sederhana. Untuk memicu ledakan, karbit dimasukkan ke dalam kaleng. Mereka lalu mengocoknya berkali-kali. Makin lama dikocok rupanya makin tinggi letupan yang bisa dihasilkan. 

Setelah dikocok mereka lalu menyulut lubang kecil di bagian bawah kaleng dengan korek api yang sudah disiapkan. Untuk memberikan efek suara yang lebih tinggi mereka menambahkan ujung kaleng dengan botol atau tabung lain yang lebih besar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun