Berhari-hari 2-3 orang guru mempercantik lingkungan sekolah. Hal itu dilakukan selepas sekolah. Mereka, guru-guru muda yang dibantu dua orang rekan nongkrongnya, mulai bekerja sekitar pukul 14 hingga 17 sore.
Mereka mengecat sekolah pada beberapa bagian teras dan taman sekolah. Pengerjaannya baru saja rampung sehingga belum ditanami. Bukan sekadar pengecatan, mereka berusaha mendesainnya dengan sejumlah teks dan gambar edukatif. Mereka mencoba berekspresi dengan menuangkan idenya untuk menata lingkungan (eksterior) sekolah berbasis literasi.
Di depan ruang guru, sisi miring teras tertulis identitas sekolah, tepatnya nama gugus depan sekolah dan nama sanggar. Identitas tersebut sengaja ditempatkan pada posisi itu dengan pertimbangan lebih cepat terbaca karena terletak di tempat yang terbuka.
Sebuah lukisan dahan pepohonan membentang di permukaan miring teras lainnya. Ilustrasi sebutir telur, seekor ulat, kepompong, dan kupu-kupu bertengger secara berurutan di atas dahan itu. Ini bertujuan untuk mempermudah pemahaman siswa dalam belajar siklus kehidupan khususnya metamorfosis pada serangga tertentu.
Pada sisi teras yang berbeda terdapat lukisan yang menggambarkan sirkulasi terjadinya hujan. Gambar itu memungkinkan peserta didik mengamati secara mandiri peristiwa alam. Mereka dapat belajar dengan media visual itu tentang proses terjadinya penguapan air dan pengembunan sampai keterlibatan kekuatan gravitasi yang membuat luruhnya titik air di angkasa. Mereka diharapkan dapat menyimpulkan bahwa demikianlah proses terjadinya hujan.
Ada gambar rambu-rambu lalu lintas pada bagian yang berbeda. Simbol-simbol itu memungkinkan siswa secara mandiri belajar tentang tata tertib lalu lintas sebagai bekal mereka dalam berlalu lintas.
Sejumlah simbol lainnya berhubungan dengan numerasi berupa satuan panjang, operasi bilangan, tanda operasi, dan beberapa ikon numeratif lainnya.
Perkembangan dunia digital membawa peserta didik pada pengetahuan tentang ikon-ikon digital yang sering tampak di layar smartphone mainan mereka. Ini pun menjadi salah satu tema yang menghiasi salah satu sisi teras. Setidaknya peserta didik yang sebagian merupakan generasi alpha di sekolah saya dapat menghubungkan pengalaman digital mereka dengan ikon yang terpajang di sekolah.
Apa yang dilakukan untuk menata halaman itu tidak saja bertujuan untuk meningkatkan keindahan lingkungan sekolah tetapi juga sebagai media pembelajaran dalam rangka peningkatan minat dan kemampuan literasi siswa.
Pembahasan tentang pengembangan literasi pada dasarnya melibatkan aspek yang cukup kompleks. Pengembangannya tidak saja sekadar penyediaan buku bacaan atau ketersediaan ruang perpustakaan yang nyaman. Setiap sudut lingkungan di sekolah dapat menjadi sumber literasi dan media pembelajaran.