Intensitas kesedihan itu berpotensi mengalami peningkatan setelah seseorang menjalani liburan panjang. Saat kembali ke rumah, kita lalu menyadari betapa menjemukannya ketika memulai rutinitas kerja dan hidup normal jika dibandingkan dengan aktivitas saat berlibur. Perasaan sedih pasca liburan dapat menyebabkan kelelahan dan kehilangan nafsu makan.
Dalam beberapa kasus, kita tidak jarang dibebani perasaan nostalgia liburan yang membuat kita mengalami semacam depresi. Sebagaimana dikutip dari Alodokter, jet lag menjadi salah satu gangguan psikologis dimana kita diserang rasa kantuk pada siang hari dan kesulitan memejamkan mata ketika malam menjelang setelah menempuh perjalanan panjang.
Dalam kasus yang saya alami, munculnya kecemasan dan kesedihan pasca liburan mungkin bukan tergolong post holiday blues karena liburan dilalui dengan menyelesaikan tumpukan pekerjaan. Saya memang tidak melakukan perjalanan untuk mengisi liburan. Namun, saya memastikan bahwa ada rasa ketidakpuasan dan (mungkin) kesedihan karena saya tidak dapat menyelesaikan sebagian pekerjaan secara utuh selama liburan. Kesedihan, ketidakpuasan, atau penyesalan tetap saja merupakan bagian emosi negatif yang perlu diatasi agar tidak berlarut-larut.
Meyakinkan diri bahwa semuanya dapat diselesaikan
Saya selalu percaya bahwa setiap pekerjaan akan dapat diselesaikan. Ini merupakan cara pandang dan sikap utama yang memungkinkan kita menghadapi situasi seperti di atas. Keyakinan itu akan mempertebal rasa percaya diri sehingga kecemasan dapat dikurangi.
Rasa percaya diri akan memupuk sikap tenang menghadapi permasalahan paling rumit sekalipun, termasuk pekerjaan. Kecemasan, sebaliknya, membuat kita mengalami kesulitan berkonsentrasi atau memfokuskan pikiran dalam menyelesaikan setiap permasalahan.
Bertemu dengan rekan sejawat
Kecemasan itu muncul saat kita berjalan sendiri dan kehilangan solusi dalam menghadapi tumpukan pekerjaan. Untuk menghilangkan kecemasan, saya sering memilih bertemu rekan sejawat yang memang sedang berhadapan dengan permasalahan serupa. Dengan mereka saya bisa bertukar pikiran dan berbagi pengalaman.
Bertemu dengan rekan sejawat biasanya selalu ada jalan keluar--memungkinkan kita saling memberi motivasi, dukungan, dan semangat. Bertemu dengan rekan sejawat dapat mengurangi kecemasan dan membangkitkan rasa percaya diri.
Ngobrol dengan tetangga
Kita tidak dapat menghindari pikiran suntuk saat berhadapan dengan tumpukan pekerjaan. Hal ini membuat kita merasa hidup sendiri dan kesepian. Biasanya saya berusaha mengusir kesepian itu dengan ngobrol bersama tetangga.
Mungkin tetangga tidak dapat membantu menyelesaikan pekerjaan tetapi dengan bertemu mereka dapat mencairkan bekunya kesendirian dan kesepian yang kita rasakan saat bekerja. Kita memerlukan suasana santai, membutuhkan banyolan, atau sekadar gosip murahan yang melegakan pikiran dan perasaan.
Melakukan aktivitas di luar ruangan
Kita semua sepakat bahwa mempekerjakan pikiran secara terus menerus dapat menimbulkan keletihan fisik dan mental. Oleh karena itu, pikiran perlu diistirahatkan sementara.
Jika sudah merasa lelah berhadapan dengan layar laptop, saya biasanya akan beranjak dari tempat duduk dan memilih keluar ruangan dan menghela udara ruang terbuka. Menatap bebunga di halaman atau menyaksikan kaki si kecil bungsu berjuang menjangkau pedal saat mengendarai sepeda kakaknya dapat memulihkan kinerja pikiran yang letih.