Mohon tunggu...
𝙔𝙖𝙢𝙞𝙣 𝙈𝙤𝙝𝙖𝙢𝙖𝙙
𝙔𝙖𝙢𝙞𝙣 𝙈𝙤𝙝𝙖𝙢𝙖𝙙 Mohon Tunggu... Guru - Ayah 3 anak, cucu seorang guru ngaji dan pemintal tali.

Guru SD yang "mengaku sebagai penulis". Saat kanak-kanak pernah tidak memiliki cita-cita. Hanya bisa menulis yang ringan-ringan belaka. Tangan kurus ini tidak kuat mengangkat yang berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Supervisi Pelaksanaan Pembelajaran (Catatan 5)

15 November 2023   10:27 Diperbarui: 22 November 2023   01:25 553
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pembahasan dalam artikel ini merupakan catatan ke 5 hasil supervisi pembelajaran. Kali ini sasarannya guru mata pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan (PJOK)

Pagi itu, dengan seragam olahraga birunya, siswa kelas 2 berbaris mengikuti aba-aba guru olahraga. Bocah-bocah SD itu tampak bersemangat. 

Bagi mereka, olahraga menjadi salah satu mata pelajaran paling menyenangkan. Olahraga memungkinkan siswa bergerak bebas, berlari, melompat, tertawa, dan bersorak. Olahraga adalah keriangan, kegembiraan, persaingan, terutama untuk anak-anak yang cenderung aktif. Olahraga adalah ekspresi gerak dan kebebasan.

Pagi itu saya duduk di sisi lapangan dekat tiang bendera untuk melakukan observasi terhadap pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan guru olahraga.

Guru membariskan siswa. Dalam posisi itu, guru melakukan pemeriksaan terhadap kehadiran siswa. Salah seorang siswa ternyata yang tidak hadir tanpa keterangan. Guru mengingatkan siswa agar memberikan informasi jika berhalangan.

Guru berpesan agar siswa mencari temannya untuk memastikan penyebab yang bersangkutan tidak masuk sekolah. Ini sebuah pesan yang cukup bijak dalam menumbuhkan sikap sosial.

Sebelum pembelajaran inti guru melakukan kegiatan pra-pembelajaran. Tahapan ini merupakan kegiatan yang memiliki peran penting dalam pembelajaran. Pra-pembelajaran dapat diandaikan sebagai pintu masuk bagi guru dan siswa memasuki pembelajaran utama. 

Berdasarkan pengamatan saya guru berupaya untuk melakukan kegiatan pra-pembelajaran yang melibatkan aspek pengalaman dengan beberapa pertanyaan ringan dan sederhana.

"Anak-anak sudah sarapan?"
"Sarapan apa hari ini?"

Pada tahap ini guru mengajukan pertanyaan pemantik untuk masuk ke topik pembelajaran. Pertanyaan itu menyangkut pengetahuan awal siswa tentang cara menjaga kesehatan. Pemahaman awal ini menjadi dasar guru untuk menyampaikan topik pembelajaran hari itu, yaitu, "Aktivitas Kebugaran Jasmani". Topik ini bertujuan untuk memperkenalkan gerakan fisik dalam rangka menjaga kesehatan fisik dan mental melalui olahraga.

Kegiatan pembelajaran selanjutnya dilakukan dengan gerakan pemanasan. Secara keseluruhan gerakan pemanasan merupakan gerakan nonlokomotor atau gerakan tanpa berpindah tempat. 

Pada gerakan nonlokomotor, gerakan hanya melibatkan sebagian anggota tubuh saja, seperti, gerakan kepala, tangan, pinggang, atau kaki. Gerakan ini terdiri dari gerakan gerakan memutar, mengayun, membungkuk, menekuk, dan meliuk. (Muhajir, dkk: 2022)

Pada tahap ini guru memberikan petunjuk beberapa gerakan sambil menghitung. Selanjutnya satu demi satu gerakan pemanasan dilakukan siswa. Pada setiap jenis gerakan, guru meminta siswa secara bergiliran memandu gerakan dengan menghitung.

Beberapa menit berlalu, pembelajaran mulai masuk ke tahap inti atau kegiatan utama. Guru mulai dengan sebuah permainan sederhana. Anak-anak menyanyi dalam sebuah lingkaran besar yang terdiri dari semua siswa. Lagu itu dinyanyikan bersama-sama. Setiap siswa memegang bahu teman di depannya sambil bergerak membuat lompatan kecil dengan satu kaki kiri dan kanan secara bergantian. 

Mari bersama sama hey hey
Buat lingkar lingkaran hey hey
Mari bersama sama hey hey
Buat lingkaran hey hey

"Buat lingkaran lima!" Guru berseru di akhir lagu.

Mendengar perintah itu, siswa bergegas berkumpul membentuk kelompok lingkaran kecil yang terdiri dari 5 orang. Guru mengulang beberapa kali permainan tersebut dengan perintah membentuk kelompok yang terdiri dari anggota yang berbeda-beda pada setiap permainan.

Permainan ini menjadi sebuah permainan yang menarik karena melatih konsentrasi siswa. Dalam permainan ini siswa harus fokus untuk memastikan jumlah anggota kelompok yang tergabung dalam kelompok baru sesuai petunjuk.

Di samping melatih fokus, secara tim permainan ini juga melatih kerja sama antar individu dengan cepat untuk menentukan jumlah anggota kelompok. Permainan yang melibatkan bilangan ini juga sekaligus membekali siswa dengan kecakapan numerasi karena setiap kelompok harus terdiri dari sejumlah anggota berdasarkan perintah di akhir lagu.

Secara sosial, siswa juga dilatih untuk menerima siapa saja menjadi bagian dari anggota kelompok. Ini penting karena selalu ada potensi dimana seseorang tidak menerima orang lain menjadi anggota dalam kelompoknya. Sikap tidak menerima kehadiran orang lain dalam sebuah kelompok selalu berpotensi menjangkiti setiap orang, baik anak-anak maupun dewasa.

Setelah permainan, guru mengajak siswa melakukan gerakan melatih keseimbangan dan otot. Siswa diminta duduk berselonjor dengan tangan disilangkan ke perut dan mengangkat kaki hingga setara dengan kepala. Secara umum titik tumpu utama terletak pada bokong. 

Saya melihat gerakan yang dilakukan semacam "leg raise", sebuah gerakan mengangkat kaki dalam posisi duduk. Gerakan ini bermanfaat mengencangkan, memperkuat otot-otot di perut dan kaki, memperkuat paha belakang, otot betis, dan bokong. Gerakan ini juga membantu meningkatkan fokus dan perhatian. (sumber  timenownews.com)

Kegiatan selanjutnya guru mengajak siswa melatih kekuatan otot dan melatih keseimbangan. Untuk gerakan melatih kekuatan otot, guru memanfaatkan tembok halaman sekolah. Siswa melakukan gerakan dorong ke arah dinding selama beberapa hitungan. Siswa melakukannya secara berpasang-pasangan.

Dikutip dari detik.com manfaat gerakan mendorong tembok ini adalah melatih kekuatan otot lengan, kaki, dan bahu, membantu untuk tetap fokus, hingga meningkatkan fleksibilitas tubuh.

Rangkaian terakhir dari pembelajaran olah raga yang diikuti siswa adalah lomba lari pendek dengan berjinjit atau berlari dengan ujung kaki. Aktivitas terakhir ini tampak memberikan kegembiraan kepada siswa. Mereka terlihat begitu bersemangat berlari mengandalkan ujung kaki sampai tiba di garis finish.

Dilansir dari Tempo.com, gerakan lokomotor dengan berlari sambil berjinjit ini dapat melatih kekuatan otot betis dan paha. Gerakan ini juga dipercaya dapat meningkatkan meningkatkan stabilitas dan keseimbangan karena memerlukan koordinasi yang lebih baik antara otot-otot kaki dan inti tubuh. 

Secara keseluruhan proses pembelajaran berlangsung cukup menyenangkan. Guru telah berupaya menyesuaikan aktivitas olahraga dengan fase perkembangan siswa. Gerakan mendorong tembok, leg raise, dan lari sambil berjinjit terlihat tidak terlalu berat dan melelahkan.

Lombok Timur, 15 November 2023

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun