Mohon tunggu...
𝙔𝙖𝙢𝙞𝙣 𝙈𝙤𝙝𝙖𝙢𝙖𝙙
𝙔𝙖𝙢𝙞𝙣 𝙈𝙤𝙝𝙖𝙢𝙖𝙙 Mohon Tunggu... Guru - Ayah 3 anak, cucu seorang guru ngaji dan pemintal tali.

Guru SD yang "mengaku sebagai penulis". Saat kanak-kanak pernah tidak memiliki cita-cita. Hanya bisa menulis yang ringan-ringan belaka. Tangan kurus ini tidak kuat mengangkat yang berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Supervisi Pelaksanaan Pembelajaran (Catatan 4)

13 November 2023   09:41 Diperbarui: 13 November 2023   11:15 508
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Permainan ular tangga yang memungkinkan siswa belajar bilangan dengan cara yang menyenagkan (Sumber gambar Canva)

Saya mengambil tempat duduk di sudut belakang ruang kelas 1. Kehadiran saya di ruangan itu untuk memenuhi jadwal supervisi pembelajaran yang telah disepakati bersama. Dan artikel ini merupakan catatan hasil supervisi ke 4.

Waktu sudah memasuki jam ke 3 berdasarkan jadwal pelajaran. Matahari di ujung musim panas tahun ini mulai menyengat di luar kelas. Sebagian sengatan itu menyelinap masuk melalui pintu, jendela, dan ventilasi ruangan. Untung ada rimbun pepohonan di belakang sekolah. Setidaknya itu mengurangi suasana gerah.

Situasi kelas cukup riuh oleh siswa. Siswa kelas 1 SD memang demikian, masih berada pada fase perkembangan yang sulit diatur. Tiga orang bocah laki-laki terlihat berkejar-kejaran sambil baku lempar dengan kertas. Suara kakinya menghentak lantai. Seorang siswa lainnya tampak masuk ke kolong meja mengambil sesuatu. Seorang siswa perempuan berdiri di pintu ruang kelas sambil mempermainkan daun pintu.

Siswa laki-laki lainnya menyeret-nyeret kursi plastik milik teman perempuannya. Sadar kursinya dirampas, perempuan kecil itu berusaha mempertahankan tempat duduk itu sampai mendapatkan kembali apa yang dianggap miliknya.

Seorang siswa bermain mengitari tiang penyangga bambu yang menopang balok tarik. Balok kayu yang membentang di tengah ruangan.

Kondisi ruang kelas itu memang sudah tidak cukup layak untuk dijadikan ruang belajar. Lapisan tembok ruangan sudah mengelupas di sana sini membentuk lukisan yang tidak dapat dimaknai. Sejumlah retakan di dindingnya semakin membesar bagai paruh bayi burung yang menganga tengah menanti asupan makanan dari induknya. 

Plafon anyaman bambu penutup langit-langit ruangan, lambat tapi pasti, terus melapuk lalu luruh satu demi satu dari hari ke hari. Di berbagai tempat banyak sekolah memperlihatkan kondisi serupa. Namun sekolah hanya boleh melakukan perbaikan ringan. Urusan yang berat menjadi tanggung jawab pemerintah.

Mari kembali ke observasi pelaksanaan pembelajaran. Sebelum mulai belajar guru berupaya menenangkan siswa. Beberapa saat berlalu riuh kelas sudah dapat dikendalikan lebih cepat dari yang saya bayangkan. 

Memasuki jam ke 3 guru tidak perlu memeriksa kehadiran siswa karena sudah dilakukan di awal. Karena pergantian mata pelajaran, guru meminta siswa mengumpulkan buku pelajaran sebelumnya lalu membagikan buku pelajaran sesuai dengan mata pelajaran yang akan dipelajari.

Apa yang dilakukan guru hanya mengalihkan perhatian siswa dari mata pelajaran sebelumnya ke mata pelajaran selanjutnya. Proses transisi ini dilakukan dengan bernyanyi dan tepuk tangan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun