Artikel ini merupakan bagian ke 2 dari catatan supervisi pembelajaran sebelumnya. Kali ini sasarannya guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam, di SD tempat saya bertugas.
Sesuai jadwal yang telah disepakati, supervisi pelaksanaan pembelajaran dilakukan di kelas 1. Pengamatan secara langsung atau observasi terhadap pelaksanaan pembelajaran merupakan metode yang paling sering digunakan dalam supervisi.
Bel berdentang tanda masuk kelas. Anak-anak berbaris sesuai dengan kelasnya dipimpin oleh ketua kelas masing-masing.
Saya berdiri di depan pintu ruang kelas 1 sembari melihat anak-anak berbaris. Sama dengan siswa lainnya, bocah-bocah kelas 1 terlihat berbaris dan masuk dengan tertib ke dalam kelas dipimpin oleh salah seorang siswa.
Hal yang berbeda saat mereka berbaris, tampak pemimpin memeriksa jemari teman-temannya. Setiap siswa yang akan masuk kelas menyodorkan tangannya kepada pemimpin.
Beberapa siswa terlihat mendapatkan tepukan ringan pada punggung tangan. Rupanya penerima tepukan tangan itu berkuku kotor.
Beberapa saat setelah halaman sekolah lengang, bersama guru Agama Islam saya masuk kelas. Saya mengambil tempat duduk di antara siswa, berbaur bersama anak-anak yang masih sulit diatur.
Perilaku anak-anak itu tentu wajar karena pada fase ini mereka memiliki perhatian yang labil. Satu-satunya senjata yang diperlukan guru kelas 1 adalah sikap sabar.
Guru mengawali kegiatan dengan mengajak siswa berdoa. Untuk melengkapi kegiatan awal, guru berbasa-basi dengan memeriksa kehadiran siswa.
Selanjutnya guru menyampaikan informasi tentang topik pembelajaran kepada siswa, yaitu, "membiasakan diri membaca basmalah".