Mohon tunggu...
𝙔𝙖𝙢𝙞𝙣 𝙈𝙤𝙝𝙖𝙢𝙖𝙙
𝙔𝙖𝙢𝙞𝙣 𝙈𝙤𝙝𝙖𝙢𝙖𝙙 Mohon Tunggu... Guru - Ayah 3 anak, cucu seorang guru ngaji dan pemintal tali.

Guru SD yang "mengaku sebagai penulis". Saat kanak-kanak pernah tidak memiliki cita-cita. Hanya bisa menulis yang ringan-ringan belaka. Tangan kurus ini tidak kuat mengangkat yang berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

4 Alasan Mengapa Harus Menulis

29 Oktober 2023   17:19 Diperbarui: 29 Oktober 2023   17:25 356
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi aktivitas menulis (Sumber gambar: Freepik.com)

Menulis merupakan kegiatan menuangkan pikiran, perasaan, dan pengalaman. Melalui tulisan kita dapat menumpahkan pikiran-pikiran kusut, mengurai kegelisahan, atau menggambarkan kecamuk perasaan yang tidak menentu. Dengan tulisan kita dapat membuat narasi tentang ketenangan, "meramaikan" damainya kesenyapan, atau bercerita tentang sebuah momentum paling berkesan yang membuat sepotong perubahan paling berarti dalam kehidupan kita.

Menulis merupakan cara kita berbagi, menyebarkan kebaikan, dan mewariskan ilmu pengetahuan. Dengan tulisan kita melanggengkan nilai-nilai sosial, budaya, moral, dan nilai-nilai kemanusiaan kita. Menulis adalah cara kita mempersuasi orang lain tentang idealisme, cara pandang, dan pikiran-pikiran yang  kita yakini kebenarannya.

Hari ini kita mengenal pemikir besar di masa lampau melalui tulisan-tulisan yang mereka wariskan. Sebut saja para pemikir Yunani kuno dari abad ke 4 sebelum masehi, seperti, Plato, Socrates, dan Aristoteles. 

Ada ajaran Buddha, beberapa abad SM, yang menempatkan Nirwana sebagai sebuah kondisi saat seorang Buddhis telah memiliki pemikiran yang jernih, terbebas dari segala sifat buruk dan kegelapan batin. (Sumber: Binus)

Sang Buddha memang tidak menulisnya tetapi berabad-abad setelah hembusan nafas terakhirnya, petuahnya tentang kebajikan ditulis dan dibukukan pengikutnya untuk menjaga kemurnian ajarannya.

Para penganut Marxisme tentu sangat familiar dan mengimani keyakinan Karl Marx tentang "agama adalah candu masyarakat". Saya hanya sedikit paham tentang pemikiran yang didasari materialisme itu. Namun, satu hal yang jelas bahwa pikiran Marx tersebar setelah dia menuliskannya.

Ada Injil yang menjadi pondasi kehidupan umat Kristiani yang ditulis antara 30-60 tahun setelah wafatnya Yesus. {sumber Alkitab

Al-Qur'an yang diyakini sebagai wahyu Allah SWT diturunkan kepada Muhammad SAW, awalnya ditulis dengan media pelepah kurma, permukaan batu cadas, dan tulang-tulang unta yang terserak. Pada masa kekhalifahan, serakan Al-Qur'aun itu kemudian ditranformasi menjadi mushaf seperti yang dikenal umat Islam saat ini.

Dua kitab agama besar itu tetap bertahan selama berabad-abad karena ditulis dan dibukukan.

Contoh di atas hanya sebagian kecil dari hamparan kenyataan bagaimana tulisan itu mempengaruhi peradaban dari waktu ke waktu. Kita mungkin tidak dapat menjangkau kemampuan berfikir Plato, Sokrates, Atau Aristoteles. 

Mustahil pula rasanya mensejajarkan diri dengan Karl Marx untuk memberi warna pada peradaban dunia.

Kita juga tidak dapat menyamai Sidharta Buddha Gautama, Yesus, atau Muhammad SAW untuk menyebarkan kebajikan ke berbagai belahan bumi dan menembus waktu dalam sejarah.

Namun, memilih untuk menulis akan memungkinkan kita mengembangkan beberapa hal positif. Menulis, setidaknya sebagai sebuah hobi, dapat menjadi instrumen untuk membangun nilai-nilai positif dalam diri seseorang.

Mengasah kreativitas

Menulis merupakan aktivitas yang melibatkan kerja fisik, pikiran, dan perasaan. Saat menulis, jemari kita memainkan pena di atas kertas atau terbang di atas keyboard laptop untuk menyusun kata dan kalimat. Ini bagian dari kerja fisik. 

Saat jemari bekerja, menulis tidak dapat dilepaskan dari aktivitas imajiner; sebuah kerja mental yang berupaya membentuk semacam gambaran tertentu yang tidak pernah kita alami sebelumnya. Imaginer (imajinasi) mendasari hadirnya pikiran-pikiran kreatif atau kreativitas.

Kreativitas dalam menulis bisa terletak pada gaya bahasa, sudut pandang, teknik deskripsi dan narasi yang unik. Ketika melihat sebuah masalah dari sudut pandang tertentu, kita sibuk mencari pengandaian dari pengalaman dan peristiwa sehari-hari. 

Ketika membaca tulisan Kompasianer yang tayang setiap hari, kita akan menemukan kreativitas dengan gaya penulisan yang berbeda. Gaya penulisan itu bisa dipengaruhi oleh kebiasaan berbahasa di lingkungannya, sumber bacaan, dan latar belakang pendidikan atau profesi. 

Ada Kompasianer yang menulis sebuah isu dengan menyelipkan celetukan humor tetapi tidak meninggalkan esensi masalah yang dibahas dalam tulisannya. Ada yang memiliki gaya penulisan serius tetapi tetap menyajikan bacaan yang menyenangkan. Semua ekspresi bahasa itu merupakan produk yang melibatkan sebuah energi kreatif.

Terbiasa Berpikir Kritis

Menulis membantu kita mengembangkan kebiasaan berfikir kritis. Menulis bukan saja tentang menyampaikan pesan, menyebarkan informasi, atau menjelaskan sesuatu kepada pembaca. 

Saat sedang menulis, kita tidak terbebas dari subjektivitas. Setiap tulisan selalu mengandung opini dan pendapat pribadi. 

Ketika kita menyampaikan sesuatu yang bersifat subyektif, kita akan berfikir secara  kritis untuk menyertakan argumen yang logis dan bukti yang relevan agar dapat mendukung opini atau pendapat itu.

Sumber informasi merupakan bagian penting dalam menulis. Namun tidak semua sumber dapat dipercaya. Di era informasi saat ini kita kerap tidak dapat membedakan antara hoax dan fakta. Hal ini membutuhkan sikap kritis agar kita tidak terjebak dalam kesalahan menyampaikan informasi. Ini penting untuk mengklarifikasi kebenaran informasi yang kita gunakan.

Kemampuan berpikir kritis memungkinkan kita mengelompokkan informasi berguna dan tidak berguna. Ini akan membantu kita mengidentifikasi bias atau kelemahan dalam sumber-sumber tersebut. 

Menjadi Lebih Bijaksana

Bijaksana dalam KBBI berarti selalu menggunakan akal budi atau pengetahuan dan pengalaman dalam mengambil tindakan. Seseorang yang bijaksana lebih memilih bertindak rasional daripada emosional. 

Bijaksana juga berarti selalu mempertimbangkan dengan matang untuk memutuskan dan melakukan sebuah tindakan. Orang yang bijaksana biasanya menjauhi sikap gegabah dan tergesa-gesa.

Setidaknya secara pribadi, saya meyakini bahwa menulis memungkinkan seseorang membentuk dirinya menjadi pribadi yang bijaksana. Mengapa? 

Menulis itu menyampaikan pesan kepada orang lain. Ini menuntut kita menyusun pesan secara cermat dan bertanggung jawab. Untuk itu kita akan berupaya melibatkan pengetahuan dan pengalaman kita dalam membuat sebuah tulisan. 

Kita akan menghindari sikap asal jeplak. Jika mengingat bahwa tulisan yang kita susun akan dibaca orang lain atau banyak orang, kita akan berupaya menyertakan informasi yang akurat, argumen yang logis, dan yang penting diksi yang santun dan bermartabat.

Sikap bijaksana juga ditunjukkan oleh kebiasaan melakukan refleksi saat menulis. Refleksi itu bisa dengan merenungkan kembali pengalaman dan peristiwa yang pernah kita jalani. Kita akan berupaya memahami diri kita sendiri, mengidentifikasi pengetahuan dalam sistem kognisi kita, membandingkan pola pemikiran kita dengan orang lain, dan merenungkan kembali tindakan yang pernah kita lakukan.

Menulis juga mengharuskan kita belajar membangun logika. Ini akan membuat kita menjadi lebih bijaksana. Saat menulis sebuah topik, kita memerlukan argumen yang kuat agar pikiran kita dapat diterima oleh pembaca. Jika diandaikan menulis itu upaya menjual ide, maka kita harus meyakinkan orang lain dengan menyertakan argumen yang logis dan diterima orang lain.

O, ya. Menulis tentang pengalaman, terutama kesalahan atau kegagalan, dapat membantu seseorang belajar dari pengalaman tersebut. Ini merupakan bagian penting dalam proses menjadi lebih bijaksana.

Meningkatkan kemampuan komunikasi

Menulis merupakan salah satu bentuk komunikasi di samping berbicara. Setiap orang memiliki kemampuan komunikasi yang berbeda-beda. Kemampuan interaktif ini tidak saja menyangkut komunikasi secara umum melainkan juga bentuk komunikasi yang digunakan, berbicara atau menulis.

Ada yang dapat berkomunikasi secara lisan dengan baik tetapi kurang mampu menyampaikan pesan secara tertulis. Sebaliknya, seseorang dapat menulis dengan baik tetapi kurang terampil berbicara, apalagi jika harus tampil di depan publik.

Saya sendiri lebih suka menulis daripada berbicara. Saya memilih menggunakan kata "suka" daripada kata "mampu" karena saya merasa kemampuan menulis saya tidak terlalu mumpuni. Pada saat yang sama, saya juga memiliki kemampuan berbicara yang tidak terlalu mengagumkan. Saya cenderung grogi jika berbicara apalagi harus dihadapkan dengan tatapan banyak pasangan mata.

Bagi saya pribadi, menulis rasanya lebih nyaman dalam berkomunikasi. Ini karena saya memiliki kesempatan untuk mengkomunikasikan pikiran melalui proses yang lebih santai atau rileks. Tidak ada tatapan mata yang mengganggu atau tidak ada pertanyaan mendadak yang harus saya respon. 

Menulis membuat saya memiliki waktu yang lebih leluasa dalam menyusun pesan secara lebih terstruktur dan terarah. Ingatan kita tentang sebuah topik jauh lebih kuat ketika kita menyusunnya dalam sebuah tulisan. Ini sangat membantu kita mengkomunikasikan topik tersebut secara lisan. Menulis mempengaruhi kemampuan berbicara.

Kompasiana memberikan kita kesempatan berekspresi melalui tulisan. 15 tahun kompasiana memberikan kesempatan kepada Kompasianer untuk menempa diri menjadi pribadi yang bertanggung jawab. Terima kasih Kompasiana.

Lombok Timur, 29 Oktober 2023

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun