Mohon tunggu...
Yamin Mohamad
Yamin Mohamad Mohon Tunggu... Guru - Ayah 3 anak, cucu seorang guru ngaji dan pemintal tali.

Guru SD yang "mengaku sebagai penulis". Saat kanak-kanak pernah tidak memiliki cita-cita. Hanya bisa menulis yang ringan-ringan belaka. Tangan kurus ini tidak kuat mengangkat yang berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Bagaimana Asesmen Pembelajaran Membangun Growth Mindset?

20 Oktober 2023   00:11 Diperbarui: 31 Oktober 2023   22:23 984
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kondisi ini mendorong guru untuk memberikan waktu yang cukup kepada setiap peserta didik agar dapat mengeksplorasi dan memahami pelajaran. Sangat tidak mungkin bagi guru untuk memaksa semua peserta didik agar mencapai kompetensi yang diharapkan dalam rentang waktu yang sama. 

Guru harus percaya bahwa tidak ada murid yang tidak bisa berkembang. Anak-anak hanya memerlukan waktu yang cukup untuk belajar dan memperbaiki kesalahannya. Hal ini tentu saja membutuhkan pendampingan guru secara optimal.

3. Ekspektasi Positif Guru tentang Kemampuan Siswa

Seorang guru sejatinya harus menanamkan ekspektasi positif tentang peserta didiknya. Hal ini dipercaya akan dapat mempengaruhi performa murid. Ekspektasi positif berarti adanya pikiran dan harapan yang baik seorang guru tentang peserta didiknya. 

Saat mendapati hasil asesmen pembelajaran yang tidak memadai, guru harus memiliki cara pandang yang positif bahwa peserta didik dapat memperbaiki kesalahannya. Guru harus percaya bahwa peserta didik memiliki potensi untuk berkembang. 

Guru harus memilki harapan bahwa dalam diri peserta didik bersemayam motivasi yang kuat untuk belajar, memiliki kemampuan mengembangkan cara berpikir kritis, dapat menjadi pribadi yang mandiri, dan berbagai sikap positif lainnya.

Adanya ekspektasi positif akan mendorong guru memberikan rangsangan positif kepada peserta didik yang mengalami kegagalan untuk memperbaiki dan mengembangkan diri. 

Rangsangan positif tersebut dapat berupa dukungan, umpan balik yang membangun, penghargaan atas keberagaman, pengakuan atas usaha yang dilakukan peserta didik, dan berbagai stimulus yang membuat peserta didik termotivasi untuk berkembang. 

Semua rangsangan tersebut dapat dirancang melalui layanan pembelajaran yang menyenangkan. Semakin banyak kesempatan dan rangsangan positif yang diberikan kepada peserta didik akan semakin kuat pemahaman, penalaran, dan kemampuan yang akan mereka kuasai. Hal ini akan memungkinkan terbentuknya growth mindset.

4. Membangun Budaya refleksi dan umpan balik

Salah satu upaya membangun pola pikir berkembang adalah budaya refleksi. Refleksi menjadi bagian penting dari proses pembelajaran. Lebih-lebih saat seorang peserta didik mendapatkan hasil asesmen yang tidak memuaskan. Di sinilah guru hendaknya membiasakan peserta didik untuk melakukan refleksi. 

Refleksi peserta didik terhadap asesmen pembelajaran adalah proses di mana siswa mempertimbangkan dan mengevaluasi pengalaman mereka dalam proses penilaian atau asesmen yang dilakukan selama pembelajaran. Refleksi menjadi satu langkah penting dalam pengembangan keterampilan belajar dan pemahaman diri. 

Refleksi juga memberikan kesempatan peserta didik untuk membangun kesadaran, kejujuran, dan pikiran kritis bahwa ada satu atau lebih kesalahan yang harus diperbaiki. Ini akan memicu motivasi internal peserta didik untuk terus belajar dan mengembangkan diri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun