Mohon tunggu...
𝙔𝙖𝙢𝙞𝙣 𝙈𝙤𝙝𝙖𝙢𝙖𝙙
𝙔𝙖𝙢𝙞𝙣 𝙈𝙤𝙝𝙖𝙢𝙖𝙙 Mohon Tunggu... Guru - Ayah 3 anak, cucu seorang guru ngaji dan pemintal tali.

Guru SD yang "mengaku sebagai penulis". Saat kanak-kanak pernah tidak memiliki cita-cita. Hanya bisa menulis yang ringan-ringan belaka. Tangan kurus ini tidak kuat mengangkat yang berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Kurikulum Merdeka, Opini, dan Pilihan Implementasi

29 Agustus 2023   01:10 Diperbarui: 29 Agustus 2023   01:22 1031
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Kurikulum Merdeka (sumber: Wikipedia)

Dalam 1-2 tahun belakangan ini, kurikulum merdeka tengah menjadi buah bibir dalam dunia pendidikan. Pemberlakuan kurikulum merdeka seakan meriuhkan langit pendidikan kita.

Kurikulum merdeka dikenal juga dengan istilah kurikulum prototipe atau Kurikulum Operasional Satuan Pendidikan (KOSP). Kurikulum merdeka untuk pertama kali diterapkan pada 2.500 satuan pendidikan yang dipercaya untuk melaksanakan program sekolah penggerak

Melalui seleksi yang dilaksanakan secara langsung oleh Kemendikbud Ristek, sekolah penggerak dipercaya sebagai pilot projek dalam penerapan kurikulum merdeka yang mulai berlaku pada tahun pelajaran 2021/2022. 

Penerapan ini dilakukan secara bertahap pada kelas 1 dan 4 jenjang SD, kelas 7 pada jenjang SMP, dan kelas 10 pada jenjang SMA. Pada tahun pelajaran berikutnya (2022/2023), implementasi kurikulum merdeka diperluas pada kelas 2, 5, 8, dan 11. Selanjutnya pada tahun ke 3 (2023/2024) mulai diberlakukan secara keseluruhan pada semua kelas di sekolah penggerak.

Penyebaran pemahaman kurikulum merdeka terus dilakukan. Kemendikbud Ristek sendiri melakukan berbagai upaya untuk mensukseskan implementasi kurikulum merdeka. Dilansir dari laman Kurikulum Merdeka, Kemendikbud Ristek memberikan enam fasilitas dukungan implementasi yang terdiri dari Platform Merdeka Mengajar, Komunitas Belajar, Narasumber Berbagi Praktik Baik, Seri Webinar, Mitra Pembangunan, dan Pusat Layanan Bantuan

Pada sekolah penggerak implementasi kurikulum merdeka secara rutin mendapatkan intervensi melalui lokakarya, penguatan komite pembelajaran, dan kegiatan Pokja Manajemen Organisasi (PMO). 

Pokja ini merupakan kelompok yang bertanggung jawab dalam melakukan monitoring, mengevaluasi, merefleksi, dan mendiskusikan, serta mengawal kegiatan sekolah penggerak, terutama dalam penerapan pembelajaran kurikulum merdeka.

Pada saat yang sama, para guru sejak awal penerapannya menyambut kurikulum merdeka dengan bertanya-tanya, mengikuti sosialisasi, webinar, pelatihan, dan berbagai kegiatan serupa. Sebagian lagi menunjukkan sikap santai melihat kehadiran perubahan kurikulum.

Sebagai "pemain utama" dalam pembelajaran, para guru yang memiliki sikap tanggap berusaha menguliti muatan apa saja yang ada di dalam kurikulum merdeka. Mereka berusaha melakukan eksplorasi melalui berbagai sumber belajar yang tersedia, baik secara luring dan daring. Sebagian lagi yang sudah memiliki pemahaman menunjukkan produktivitas dengan membuat konten pembelajaran paradigma baru sebagai ruh kurikulum merdeka.

Opini tentang Kurikulum Merdeka

Sri Hartati, Guru SMA Negeri 12 Semarang, sebagaimana dikutip dari tribunjateng.com, memberikan tanggapan positif dari perspektif guru tentang kurikulum merdeka. Menurutnya, kurikulum merdeka memberikan keleluasaan bagi guru untuk menggunakan berbagai perangkat ajar sesuai kebutuhan dan karakteristik peserta didik.

Melalui laman Liputan6, Taqdiraa, seorang guru Bahasa Indonesia, menuliskan bahwa kurikulum merdeka tidak saja sebagai wujud kemerdekaan belajar, tetapi juga kemerdekaan dalam berbudaya

Melalui kurikulum merdeka, siswa sangat diharapkan memiliki keleluasaan dan kemerdekaan untuk mengenal nilai-nilai budaya dan kearifan lokal yang diintegrasikan melalui proses pembelajaran dan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5).

Tidak hanya guru, sejumlah pihak memberikan perhatian kepada penerapan kurikulum merdeka. Ramadhan, Peneliti Arus Survei Indonesia dan CEO Indonesia Millennial Progressif Forum, memberikan respon yang positif karena kurikulum merdeka dipandang memberikan kebebasan kepada siswa untuk mengikuti proses pembelajaran sesuai dengan yang diminatinya. (Sumber Media Indonesia)

Pada saat yang sama, Ramadhan juga menyimpan kekhawatiran karena adanya kesan ganti menteri ganti kurikulum. Dia berharap suksesi politik tahun 2024 nanti tidak membuat adanya perubahan kebijakan kurikulum.

Selalu ada analisis yang melahirkan persepsi atas kelebihan dan kelemahan setiap perubahan. Hal ini juga terjadi pada kurikulum merdeka. Tidak semua pihak memandang positif kehadiran kurikulum merdeka secara keseluruhan. 

Irwan P. Ratu Bangsawan, misalnya, melalui Harian Banyuasin, tidak saja melihat dari sisi keunggulan kurikulum merdeka, tetapi juga kelemahan. Salah satu kekhawatirannya adalah akan memicu kecenderungan siswa hanya mengenal kearifan lokal semata dan mengabaikan keragaman budaya nasional. 

Anggapan di atas bisa saja muncul karena pemahaman yang kurang utuh tentang kurikulum merdeka. Kurikulum merdeka bukanlah semata-mata berorientasi kepada lingkungan terdekat saja, seperti, lingkungan alam, sosial, dan budaya lokal. Penggunaan lingkungan lokal hanya berperan sebagai acuan awal untuk memahami sebuah konsep atau ilmu pengetahuan tertentu. 

Artinya, prinsip pembelajaran dalam kurikulum merdeka bersifat kontekstual, dimulai dari hal-hal faktual dan konkret. Ini menjadi ciri pembelajaran kontekstual. Pembelajaran dilakukan berdasarkan hal-hal yang menjadi bagian dari pengalaman sehari-hari dalam interaksi peserta didik dengan lingkungan terdekatnya.

Sebagai ilustrasi, ketika peserta didik yang tinggal di daerah pegunungan mempelajari tentang konsep makhluk hidup guru, tidak mungkin akan menggunakan tumbuhan mangrove yang tumbuh di pesisir pantai sebagai sumber pembelajaran. Anak-anak pantai pun demikian, ketika belajar tentang hewan, tentu mereka menjadikan binatang laut sebagai sumber belajarnya. Inilah gambaran pola pembelajaran yang mendasari Kurikulum Merdeka, sebagaimana prinsip pembelajaran paling mendasar.

Pilihan Implementasi Kurikulum Merdeka

Penerapan kurikulum merdeka dilakukan dengan pendekatan bertahap dan berdasarkan kesiapan satuan pendidikan. Kesiapan paling penting dalam implementasi kurikulum merdeka adalah kesiapan sumber daya yang ada, terutama kesiapan pendidik dan tenaga kependidikan dalam penerapannya. Di luar program sekolah penggerak, satuan pendidikan diberikan kesempatan menerapkan kurikulum merdeka sesuai dengan kondisi sekolah masing-masing. 

Kurikulum merdeka sebagai sebuah perubahan membutuhkan proses dan waktu untuk diimplementasikan secara optimal. Tidak saja dalam implementasi, tetapi pada tahap tataran teori masih memerlukan upaya penyebaran pemahaman yang lebih serius.

Di sinilah tantangan yang harus dijawab oleh para pendidik kita. Diperlukan kemampuan untuk mengejawantahkan kurikulum merdeka ke dalam aksi pembelajaran di ruang kelas. Guru tidak sekadar memahami pada tatanan konsep melainkan juga, tidak kalah pentingnya, aktualisasi kurikulum dalam pembelajaran di ruang kelas.

Kondisi ini menjadi pertimbangan Kemendikbud Ristek memberikan keleluasaan kepada satuan pendidikan dalam implementasi kurikulum merdeka. Kemendikbud Ristek memberikan kebebasan untuk menentukan pilihan berdasarkan angket kesiapan IKM. 

Angket pendataan dirancang sedemikian rupa untuk diisi oleh guru dan tenaga kependidikan pada satuan pendidikan. Angket dibuat dengan konsep tidak ada pilihan yang paling benar. Kemendikbud Ristek mengeluarkan angket untuk mengukur kesiapan sekolah sebagai dasar untuk menentukan pilihan implementasi yang paling sesuai. Kesiapan tersebut menyangkut pemahaman dan kemampuan guru dan tenaga kependidikan untuk menggunakan kurikulum merdeka dalam pembelajaran. Artinya semakin siap sumber daya sekolah semakin efektif implementasi kurikulum merdeka yang akan dilaksanakan di satuan pendidikan.

Pada laman Kemendikbud Ristek dijelaskan bahwa berdasarkan kesiapan, implementasi kurikulum merdeka pada satuan pendidikan dapat memilih salah satu dari tiga pilihan, yaitu, mandiri belajar, mandiri berubah, dan mandiri berbagi.

1. Pilihan kesatu, Mandiri Belajar

Pilihan ini tidak menuntut satuan pendidikan untuk menerapkan kurikulum merdeka secara utuh. Kepala sekolah dan guru disarankan untuk mengadopsi bagian tertentu dari kurikulum merdeka, khusus pada kelas tersebut di atas. Sekolah dapat menerapkan bagian tertentu kurikulum merdeka, tanpa mengganti kurikulum satuan pendidikan yang sedang diterapkan pada satuan pendidikan PAUD, kelas 1, 4, 7, dan 10.

Dengan pilihan ini, sekolah tetap menggunakan kurikulum sebelumnya. Namun, pembelajaran dirancang dengan mempertimbangkan lima prinsip pembelajaran asesemen dalam kurikulum merdeka. Guru masih menggunakan silabus atau RPP dengan catatan bahwa di dalamnya tercermin prinsip-prinsip pembelajaran yang mempertimbangkan kebutuhan capaian belajar murid, membangun kapasitas belajar murid menjadi pembelajar sepanjang hayat, mendukung perkembangan kognitif dan karakter murid, menyesuaikan konteks kehidupan murid, dan mengarah pada masa depan yang berkelanjutan.

2. Pilihan kedua, Mandiri Berubah

Mandiri berubah merupakan pilihan ke dua. Pilihan ini memberikan kesempatan kepada satuan pendidikan untuk menerapkan kurikulum merdeka dengan menggunakan perangkat ajar yang sudah disediakan pada satuan pendidikan PAUD, kelas 1, 4, 7, dan 10.

Pada pilihan ini, sekolah menerapkan kurikulum tanpa membuat perangkat ajar. Kemdikbud Ristek menyediakan perangkat ajar berupa tujuan pembelajaran, alur tujuan pembelajaran, dan modul ajar yang dapat digunakan oleh sekolah. Perangkat ajar ini dapat diperoleh melalui berbagai sumber digital, seperti, Platform Merdeka Mengajar (PMM) atau datadikdasmen.com. Saat ini perangkat ajar sudah dapat dengan mudah diperoleh secara digital.

3. Pilihan ketiga Mandiri Berbagi

Pilihan mandiri berbagi artinya sekolah dapat menerapkan kurikulum merdeka dengan mengembangkan sendiri berbagai perangkat ajar pada satuan pendidikan PAUD, kelas 1, 4, 7 dan 10.

Sekolah yang memiliki kesiapan sumber daya dapat melakukan implementasi kurikulum prototipe atau kurikulum merdeka dengan membuat perencanaan pembelajaran secara mandiri. Guru juga dapat melakukan modifikasi bahan ajar yang tersedia dengan melakukan penyesuaian terhadap karakteristik peserta didik di satuan pendidikan masing-masing.

Dengan pilihan mandiri berbagi sekolah dapat berbagi praktek baik kepada sekolah lain yang memilih IKM mandiri belajar dan mandiri berubah. Artinya, sekolah disarankan untuk melakukan pengimbasan kurikulum merdeka kepada sekolah lain.

Balai Guru Penggerak NTB, 29 Agustus 2023 

Referensi: 1, 2, 3, 4

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun