Mohon tunggu...
Yamin Mohamad
Yamin Mohamad Mohon Tunggu... Guru - Ayah 3 anak, cucu seorang guru ngaji dan pemintal tali.

Guru SD yang "mengaku sebagai penulis". Saat kanak-kanak pernah tidak memiliki cita-cita. Hanya bisa menulis yang ringan-ringan belaka. Tangan kurus ini tidak kuat mengangkat yang berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Masker Pasca Covid 19: Polusi Udara, Bau Mulut, dan Penularan Penyakit dari Pernapasan

14 Juni 2023   10:30 Diperbarui: 14 Juni 2023   10:33 220
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebuah studi baru menjelaskan bahwa aerosol terbentuk dari gas amonia dari pupuk dan kotoran hewan bercampur dengan gas nitrogen oksida dan sulfat dari polusi pipa knalpot mobil. Aerosol bisa masuk ke melaljui pernapasan yang dapat menyebabkan penyakit jantung atau paru-paru. Diperkirakan polusi partikel halus udara itu menyebabkan lebih dari 3 juta kematian setiap tahun di seluruh dunia. (Sumber VOA Indonesia)

Fakta polusi udara di atas membuat penggunaan masker setidaknya mengurangi dampak pencemaran udara pada kesehatan manusia. Penggunaan masker pasca COVID-19 ada baiknya menjadi sebuah kebiasaan dengan kondisi udara global yang makin awut-awutan. Covid 19 boleh jadi bukan lagi ancaman tetapi polusi udara akibat aktivitas manusia menjadi ancaman lain yang patut diperhitungkan.

Penggunaan masker dalam konteks interaksi sehari-hari juga penting dijadikan pertimbangan. Salah satunya untuk meredam bau mulut yang kerap tidak kita sadari.

Penyebab bau mulut itu sendiri, dikutip dari halodoc, dipicu penyakit radang gusi, diabetes, hingga asam lambung kronis. Gigi berlubang juga dapat menimbulkan bau mulut yang tidak sedap. Lubang gigi yang sulit dibersihkan diduga menjadi ladang subur perkembangan bakteri sehingga dapat mempengaruhi bau pernapasan.

Kita tentu pernah berdekatan dengan seseorang yang memiliki bau pernapasan yang membuat kita tidak nyaman. Bau mulut mungkin terkesan sepele tetapi hal ini dapat membuat orang lain merasa terganggu saat kita berdekatan. 

Tidak semua orang menyadari adanya masalah pada bau mulutnya sendiri. Setidaknya penggunaan masker dapat membantu meredam menyebarnya bau pernapasan saat kita berdekatan dengan orang lain. 

Terakhir, setiap orang juga memiliki kemungkinan penyakit pernapasan yang dapat menular kepada sesama saat kita berinteraksi. Dengan menggunakan masker kita dapat meminimlisir resiko yang menularkan penyakit pernapasan atau menghindari penularan dari orang lain.

Tradisi penggunaan masker pasca Covid-19 tetap diperlukan untuk mengurangi dampak polusi udara, mencegah penyebaran bau mulut kepada orang lain, dan menghindari penularan penyakit melalui pernapasan.

Penggunaan masker tentu bukan satu-satunya cara untuk mengurangi dampak kesehatan akibat polusi yang terus menerus meningkat. Dalam hal ini, diperlukan upaya besar yang memerlukan keterlibatan pemerintah sebagai pemegang kebijakan, praktisi lingkungan, lembaga terkait, dan tentu kesadaran setiap orang untuk menjaga lingkungan yang sehat dan nyaman.

Lombok Timur, 14 Juni 2023

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun