Mohon tunggu...
Yamin Mohamad
Yamin Mohamad Mohon Tunggu... Guru - Ayah 3 anak, cucu seorang guru ngaji dan pemintal tali.

Guru SD yang "mengaku sebagai penulis". Saat kanak-kanak pernah tidak memiliki cita-cita. Hanya bisa menulis yang ringan-ringan belaka. Tangan kurus ini tidak kuat mengangkat yang berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ini Penyebab Pengendara Mengabaikan Traffic Light

10 Juni 2023   10:28 Diperbarui: 10 Juni 2023   19:18 320
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kemarin, hari sudah senja ketika saya keluar rumah untuk memperbaiki handphone yang bermasalah. Sekitar 15 menit perjalanan dengan kecepatan kendaraan sekitar 40-50 km perjam saya sudah tiba di tempat layanan jasa servis gadget. Beberapa kali menggunakan jasa servis di tempat itu, saya selalu menemukan anteran pelanggan yang ramai. Situasi ini disebabkan oleh pelayanannya yang memuaskan. 

Karena layanan servis itu belum buka saya pulang dan berniat kembali lagi setelah shalat maghrib. Namun maghrib hanya tinggal hitungan menit. Saya urungkan untuk pulang dan mampir di rumah teman untuk numpang shalat maghrib.

Saat sore sampai isya', seperti biasa lalu lintas di jalanan penghubung Lombok Timur dan Kota Mataram itu lumayan ramai. Mobil dan sepeda motor berseliweran memenuhi jalanan. Sebagian besar kendaraan pribadi. Sebagian lagi kendaraan umum, angkutan umum, dan pengangkut barang.

Setelah shalat maghrib saya kembali ke tempat layanan servis handphone. Menjelang sebuah simpang empat, traffic light menunjukkan lampu warna merah. Artinya, saya dan pengendara lain harus berhenti untuk memberikan kesempatan kepada pengendara dari arah lain melintasi persimpangan itu. Saya menarik tuas rem motor matic yang saya kendarai untuk menghentikan kendaraan. Motor berhenti sempurna.

Tidak hanya saya, di belakang saya ada barisan panjang kendaraan lain juga berhenti. Semua kendaraan yang berhenti dapat dipastikan dikemudikan oleh pengendara yang memiliki kesadaran tertib berlalu lintas. Berhenti jika lampu merah menyala.

Namun, tidak semua pengendara memiliki kesadaran dan kepatuhan dalam mentaati peraturan. Seorang pengendara sepeda motor melaju menembus lampu merah tanpa peduli. Dengan gestur tubuh yang angkuh, pemotor itu melaju menembus malam. Aksi pengendara itu diikuti oleh sejumlah pengendara sepeda motor lain. Satu, dua, tiga, empat pemotor melakukan aksi yang sama, melanggar lampu merah. Padahal kondisi jalanan cukup ramai.

Pemandangan serupa menjadi pemandangan rutin di lampu merah itu. Setiap hari, saat melintas di persimpangan itu saya selalu melihat adanya pengendara melakukan aksi tidak terpuji, tetap melaju walapun lampu tarffic light tengah merah saga. 

Beberapa bulan lalu, sopir yang membawa saya untuk mengantar ayah berobat ke sebuah rumah sakit dengan nada yang sangat geram memaki seorang pengemudi mobil yang datang dari arah yang berlawanan. Pengemudi itu dengan santai mengambil jalur kanan saat lampu sedang menunjukkan warna merah. Rupanya dia berniat menerobos lampu merah. Sementara mobil yang saya tumpangi dan kendaraan lain bergerak maju karena traffic light memberikan lampu hijau.

Perilaku berkendara seperti di atas kerap ditemukan di jalanan luar kota. Melanggar lampu merah merupakan hal yang biasa dan menjadi pemandangan sehari-hari. Jangankan jalanan sedang sepi, saat lalu lintas sedang ramaipun banyak pengendara kerap kali menunjukkan ketidaksabarannya untuk berhenti sejenak sampai lampu traffic light berwarna hijau. 

Maka, walaupun jalanan tengah lengang jangan coba-coba berkendara tanpa melihat ke kiri atau ke kanan saat melintas di persimpangan yang dilengkapi dengan traffic light. Selalu ada kemungkinan pengendara nekat menerobos lampu merah tanpa memperhatikan pengendara dari arah lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun