Beberapa hari yang lalu saya bertemu seorang teman di sebuah kegiatan rapat. Lama tak jumpa, kami berbasa basi. Sebut saja Pak Rudi.
"Apa kabar, Pak Rudi?" saya mulai menyapa.
"Alhamdulillah sehat," Pak Rudi menimpali sapaan saya dengan senyum.
Ada kegembiaraan dalam pertemuan itu. Kami saling berbagi cerita. Pada dasarnya, hubungan kami tidak terputus begitu saja. Kami masih terhubung melalui jejaring media sosial. Kami masih suka saling membaca status dan saling berkomentar maupun reaksi tertentu pada banyak status.
Tapi begitulah, Namanya juga dunia virtual. Kesan pertemuan dalam dunia nyata dibandingkan dunia virtual akan terasa berbeda. Bertatap muka langsung akan memberikan pengalaman perjumpaan yang lebih berkesan tinimbang melakukan kontak secara daring.
"Luar biasa, Pak." katanya di sela-sela obrolan.
Ini jelas sebuah kalimat pujian. Karena dalam obrolan itu kami berdua saya menduga pujian itu untuk saya. Pujian tentang apa?
"Bagaimana? Luar biasa apanya?" saya penasaran.
"Pak Yamin luar biasa?"
"Apanya yang luar biasa?"