Mohon tunggu...
𝙔𝙖𝙢𝙞𝙣 𝙈𝙤𝙝𝙖𝙢𝙖𝙙
𝙔𝙖𝙢𝙞𝙣 𝙈𝙤𝙝𝙖𝙢𝙖𝙙 Mohon Tunggu... Guru - Ayah 3 anak, cucu seorang guru ngaji dan pemintal tali.

Guru SD yang "mengaku sebagai penulis". Saat kanak-kanak pernah tidak memiliki cita-cita. Hanya bisa menulis yang ringan-ringan belaka. Tangan kurus ini tidak kuat mengangkat yang berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kerja... Kerja... Kerja...! Kencan... kencan... Kencan...!

5 Mei 2023   22:06 Diperbarui: 5 Mei 2023   22:12 432
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar Canva for Edu

Kerja... Kerja... Kerja...! Itulah jargon para elite negeri untuk memacu kehidupan yang lebih baik. Memang tanpa kerja apalah kita. Bekerja menjadi satu-satunya cara bertahan hidup dalam kehidupan masa kini yang makin penuh dengan persaingan. Kita bukan lagi masyarakat primitif yang hidup di hutan-hutan dan mendapatkan makanan dengan mudah. Kita harus bekerja untuk sepiring nasi. Tidak ada hidup yang ongkang-ongkang kaki lalu mendapat jatah makanan atau pakaian dan tempat tinggal.

Tujuan orang bekerja secara umum adalah untuk mencapai kebutuhan dasarnya yaitu makanan, pakaian, dan tempat tinggal. Dalam perkembangan dari masa ke masa kebutuhan manusia makin hari makin kompleks. Kebutuhan itu tidak saja berkutat pada kebutuhan pangan, sandang, dan papan sebagaimana pelajaran ilmu-ilmu sosial di masa lampau. Kini orang kebutuhan dasar itu berkembang kepada ranah pendidikan, kesehatan, rasa aman dan sebagainya. Tujuan orang bekerja  sangat bervariasi tergantung pada motivasi setiap individu.

Secara umum setiap orang bekerja untuk mendapatkan penghasilan. Ini menjadi tujuan utama. Hasil kerja (biasanya uang) yang diperoleh dari pekerjaan digunakan untuk memenuhi kebutuhan dasar. Hal ini menjadi tujuan para buruh, petani, pedagang, karyawan perusahaan, pegawai pemerintah, sampai pemimpin tertinggi sebuah negeri.

Dewasa ini, di samping untuk memenuhi kebutuhan dasar, seseorang juga bekerja untuk meningkatkan keterampilan dan pengalaman. Ini merupakani motivasi banyak orang dalam rangka membuka peluang karir yang lebih baik di masa depan. Mereka bekerja tidak semata-mata karena penghasilan tetapi juga didorong oleh kecenderungan pengakuan atas prestasi kerja yang dapat memberikan kesempatan yang lebih terbuka pada peningkatan karirnya.

Sejumlah orang juga bekerja dengan tujuan meningkatkan kualitas hidup. Artinya seseorang bekerja dengan tujuan agar dapat memberikan manfaat kesejahteraan mental bagi dirinya sendiri. Bekerja menjadi semacam hiburan untuk mendapatkan kepuasan pribadi. Sebagai contoh, menulis merupakan salah satu pekerjaan yang dilakoni banyak orang tanpa berpikir mendapatkan keuntungan finansial. Menulis seringkali dilakukan untuk bersenang-senang. Sebagian besar kompasianer melakukan kegiatan menulis hanya berorientasi pada kebutuhan untuk memenuhi kepuasan jiwa dan perasaan. Sejumlah pekerja seni juga bekerja bukan berorientasi materi tetapi lebih pada kebutuhan untuk berekspresi yang membuat mereka mendapatkan kepuasan tertentu. Banyak orang bekerja dengan tujuan untuk melakukan hal-hal yang mereka sukai atau mengejar minat yang lebih tinggi.

Di samping memuaskan minat pribadi, sejumlah orang juga bekerja dengan tujuan dapat memberikan kontribusi positif kepada masyarakat dan lingkungan sekitarnya. Mereka yang memiliki orientasi kerja seperti ini biasanya bergelut di bidang kesehatan, sosial, pendidikan, atau lingkungan. Mereka seringkali menyebut dirinya sebagai relawan.

Di kampung, misalnya, sebagian besar guru ngaji melakukan pekerjaannya karena semata-mata ingin memberikan manfaat kepada orang lain. Contoh lainnya yaitu para aktivis lingkungan yang bergerak menyelamatkan lingkungan. Mereka akan mengalami kepuasan tertentu ketika berhasil menjaga atau menyelamatkan lingkungan hutan, laut, atau lingkungan alam lainnya. Masih banyak lagi jenis pekerjaan yang lebih menitikberatkan pada hasil kerja yang memberikan kebermanfaatan kepada sesama.

Terlepas dari tujuan kerja di atas, kita semua adalah pekerja. Hanya saja ada yang menjadi pekerja untuk diri sendiri atau menjadi pekerja yang mengabdi kepada orang lain atau sebuah institusi.

Tidak semua orang bekerja sepanjang waktu lalu mengabaikan orang lain, seperti, anak, istri, orang tua, dan keluarga. Bagi pekerja yang masih lajang sampai melupakan gadis-nya sampai lupa kencan.

Saya tumbuh dan besar di kampung sehingga saya hanya dapat bercerita tentang kehidupan kampung dengan berbagai aspek kehidupan yang menyertainya. Sebagian warga kampung merupakan pekerja sektor informal sebagai petani dan peternak. Sebagian lagi bekerja sebagai tukang bangunan, buruh tani pedagang kecil dengan berdagang keliling atau membuka kios kecil. Sejumlah warga lainnya menghidupi keluarganya dengan berdagang hewan ternak seperti sapi, kerbau, dan kambing.

Anak-anak muda kampung yang tidak melanjutkan sekolah atau tidak kuliah cenderung merantau ke luar daerah atau menjadi pekerja migran. Pada saatnya sebagian mereka akan pulang kampung lalu berkeluarga, beranak pinak dan menua di kampung halaman. Sebagian lagi tidak pulang karena menemukan kehidupan yang lebih mapan. Mereka menetap dan membentuk keluarga di rantau.

Pekerjaan warga kampung umumnya tidak mengenal hari libur. Mereka juga tidak mengenal kerja lembur. Mereka masih memiliki kesempatan yang cukup banyak untuk kumpul bersama anak, istri, dan anggota keluarga lainnya. Pekerja yang belum menikah juga masih memiliki waktu yang cukup luang untuk kencan dengan gadisnya.

Namun demikian beberapa cara yang dapat ditempuh untuk menyeimbangkan aktivitas kerja dan keluarga atau pasangan 

Pertama, Tetapkan prioritas yang jelas. Kita perlu memahami apa yang paling penting bagi diri kita dan keluarga. Ini membantu kita untuk menetapkan prioritas dalam pekerjaan dan juga mengatur jadwal yang tepat.

Ke dua, membuat jadwal yang efektif yang memungkinkan kita untuk meluangkan waktu bersama keluarga dan pasangan. Sebisa mungkin untuk menghindari pekerjaan di luar jam kerja yang telah ditetapkan. Hal ini dapat membantu untuk menghindari pekerjaan yang mengusik waktu bersama keluarga dan pasangan.

Ke tiga, membangun komunikasi dengan pasangan atau keluarga.  Bicarakan dengan pasangan atau keluarga tentang jadwal Anda dan upayakan untuk selalu menepati janji yang telah dibuat.

Ke empat, pergunakan waktu yang efektif selama bersama keluarga atau pasangan. Matikan telepon atau laptop saat bersama keluarga atau pasangan. Hal ini membantu Anda untuk fokus pada kegiatan yang sedang Anda lakukan dan memaksimalkan waktu yang tersedia.

Ke lima, perlakukan diri sendiri dengan lebih lunak. Jangan memaksakan diri melakukan semua hal dengan kemampuan yang terbatas. Setiap orang memerlukan waktu untuk bersantai dan mengisi ulang energi.

Ke enam, luangkan waktu yang cukup untuk tidur dan istirahat agar dapat mengembalikan energi yang telah terkuras selama bekerja dan beraktivitas bersama keluarga.

Satu hal yang penting, jangan berharap untuk melakukan semuanya dengan sempurna lalu menyalahkan diri sendiri jika tidak bisa melakukan semua hal.

Lombok timur, 05 Mei 2023

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun