"Mau yang dicampur telur atau ayam?"
"Telur."
"Telurnya ada dua pilihan. Telur ayam atau telur itik?"
"Telur apa saja. Asal jangan telur dinosaurus."
Pelayan itu tertawa ngakak.
"Memang kami tidak menyediakan telur dinosaurus, Pak," katanya masih ngakak.
"Mau yang pedas atau biasa?" Lanjutnya.
Giliran saya mulai kesal dengan deretan pertanyaannya. Banyak sekali. Macam polisi sedang melakukan interogasi.
"Biasa," saya pilih biasa karena lidah saya tidak cukup kuat menahan rasa pedas. Umumnya orang Lombok sangat akrab dengan rasa pedas. Saya sendiri tidak tahan dengan keterlibatan banyak cabai.
Saya pikir itu pertanyaan terakhir dan saya balik badan untuk mengambil tempat duduk.
"Maaf Pak. Telurnya digoreng atau dimasak?" pelayan itu bertanya lagi sebelum saya benar-benar membalikkan badan untuk mengambil tempat duduk. Kali ini saya mulai meluapkan kekesalan saya. Bibir saya mulai bergetar menahan kesal.