Melihat kasus Bima, dampak kritik melalui platform media sosial sangat luar biasa. Kehadiran media sosial tidak semata-mata berfungsi sebagai media komunikasi antar individu.
Di balik kasus Bima, instrumen media sosial ternyata menjadi jalur yang cukup ampuh untuk menyampaikan pendapat dalam rangka membela kepentingan umum. Paling tidak disebabkan oleh dua hal.
Pertama, kritik itu lebih cepat sampai kepada sasaran. Hal ini akan mempercepat respon atau tanggapan yang bersangkutan.
Kedua, kritik tentang kepentingan publik yang disampaikan melalui media sosial akan lebih cepat mendapatkan dukungan dari netizen. Netizen akan hadir bagai sekumpulan lebah yang marah karena ada yang mengganggu sarangnya. Netizen menjadi semacam kekuatan yang mampu menghasilkan timbal balik yang diharapkan.
Sebagaimana dilansir dari Suara.com, efek kritik Bima membuat beberapa ruas jalan di Lampung segera diaspal. Pada saat yang sama, kritik Bima juga membuat KPK mencurigai adanya korupsi di daerah tersebut sebagaimana dilansir dari surabaya.tribunnews.com.
Pesan penting dari kasus Bima bahwa media sosial dapat menjadi ruang yang cukup efektif bagi setiap orang untuk menyampaikan uneg-unegnya tentang kebijakan pemerintah.
Satu hal yang patut dicatat adalah kritik harus disertai dengan fakta atau data yang akurat. Hal ini penting agar tidak menjadi bumerang dan tidak terjerat dalam jebakan undang-undang ITE.
Lombok Timur, 20 April 2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H