"Ini?" saya memperlihatkan uang itu.
"Ya, Pak. Itu uangnya." beberapa siswa lainnya membenarkan secara serempak.
"Makanya, kalau bawa uang disimpan baik-baik biar tidak jatuh," saya berpesan sambil mengembalikan uang itu setelah beberapa anak memberikan kesaksian.
Tidak hanya sekali, peristiwa serupa kerap terjadi. Beberapa kali anak-anak menemukan uang dan menyerahkannya kepada guru-guru mereka untuk diumumkan siapa yang kehilangan uang. Uang itu tidak banyak, antara 2 sampai 5 ribu.
Bagi sebagian orang mungkin peristiwa serupa dianggap hal yang sepele. Akan tetapi, jika kita kembali kepada nilai kehidupan paling mendasar, hal itu menjadi sesuatu yang luar biasa.
Beberapa hari terakhir, jagat TikTok dan media sosial juga dibuat terkesima dengan kejujuran seorang petugas cleaning servise sebuah mal. Dia menemukan dan mengembalikan dompet yang terjatuh milik seorang pengacara sekaligus pesohor tanah air. Dompet tersebut berisi uang senilai 70 juta rupiah.
Uang dengan jumlah itu merupakan sebuah nilai yang sangat fantastis bagi seorang petugas cleaning servis. Akan tetapi, lebih fantastis lagi kejujuran yang ditunjukkannya. Bisa saja uang itu tidak diberikan kepada pemiliknya tetapi dia lebih memilih mengembalikannya.
Pengalaman-pengalaman di atas tampak biasa. Namun, pada dasarnya memiliki makna yang sangat prinsipal. Menemukan milik orang lain dan mengembalikannya hanya dapat terjadi karena adanya energi positif yang sudah tertanam dalam diri seseorang. Energi positif itu adalah kejujuran.
Kejujuran merupakan nilai moral yang dapat menghasilkan energi untuk melakukan berbagai tindakan kebajikan. Kejujuran akan memberikan kekuatan kepada seseorang untuk tidak mengambil hak orang lain. Inilah salah satu pengaruh kejujuran terhadap perilaku seseorang dalam kehidupan sehari-hari.
Melatih Kejujuran pada Diri Sendiri
Dalam konteks Ramadhan, kejujuran menjadi salah satu orientasi mendasar dalam ibadah puasa. Ramadhan menjadi sebuah momentum ibadah yang melatih kita untuk menyemai nilai-nilai kejujuran dalam upaya menciptakan harmoni kehidupan.
Sudah banyak narasi yang menghubungkan ibadah puasa dan kejujuran. Namun kita kerap mengabaikan bagaimana nilai kejujuran bekerja dalam kehidupan pribadi dan kehidupan sosial.