Mohon tunggu...
Yamin Mohamad
Yamin Mohamad Mohon Tunggu... Guru - Ayah 3 anak, cucu seorang guru ngaji dan pemintal tali.

Guru SD yang "mengaku sebagai penulis". Saat kanak-kanak pernah tidak memiliki cita-cita. Hanya bisa menulis yang ringan-ringan belaka. Tangan kurus ini tidak kuat mengangkat yang berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Home Pilihan

Tower Penampungan Air di Atas Gazebo

27 Maret 2023   01:13 Diperbarui: 27 Maret 2023   01:15 596
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Air adalah sumber kehidupan. Dalam kehidupan rumah tangga hampir semua lini aktivitas memerlukan air; untuk minum, memasak, mandi, mencuci, menyiram tanaman, dan sebagainya. Dalam skala yang lebih luas, air tidak dapat dilepaskan dari aktivitas pertanian, perkebunan, dan bidang-bidang lainnya.

Tidak semua daerah memiliki keberuntungan dapat memperoleh air dengan mudah. Ada daerah yang memang berada di wilayah kritis, jauh dari sungai. Kondisi ini membuat mereka harus menggunakan air seirit mungkin. 

Jangankan untuk bercocok tanam, mendapatkan air bersih untuk kebutuhan rumah tangga saja banyak yang mengalami kesulitan. Mereka harus menanti pasokan air dari tempat lain lalu ikut dalam antrean panjang dengan membawa wadah berupa jerigen atau wadah lainnya.

Sebagian orang lainnya beruntung karena hidup di daerah dengan sumber air yang melimpah. Mereka dekat dengan sumber air dari pegunungan, sehingga tidak bermasalah dengan pemenuhan kebutuhan air bersih.

Salah satu cara paling umum yang dapat dilakukan adalah dengan membuat sumur gali. Apa itu sumur gali?

Dikutip dari nawasis.org, sumur gali untuk sumber air bersih adalah sarana untuk menyadap dan menampung air tanah dari akuifer yang dipergunakan sebagai sumber air baku untuk air bersih dan mampu menghasilkan air sebanyak minimal 400 liter setiap hari per keluarga, dibuat dengan cara menggali.

Pembuatan sumur gali untuk keperluan air bersih memang memerlukan sejumlah persyaratan kesehatan sebagaimana dijelaskan dalam laman indonesian-publichealth.com. Sayangnya tidak semua orang dapat membuat sumur gali dengan mudah. Hal ini disebabkan kedalaman air tanah di setiap tempat berbeda. 

Sebagai contoh, di sekolah saya yang berjarak sekitar 2 km dari rumah saya kedalaman sumur bisa mencapai 17-25 meter. Itupun mata airnya tidak maksimal. Air sumur akan meningkat jika musim hujan tiba. Bisa dipastikan ini merupakan rembesan air hujan.

Sedangkan di sekitar pemukiman saya, dengan kedalaman sumur hanya mancapai 7-10 meter, mata airnya sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan 1 sampai 2 keluarga. 

Saya sendiri menggunakan sumur gali sebagai sumber air. Setiap rumah tangga di sekitar juga memanfaatkan sumur untuk memenuhi kebutuhan air. Sebagian menggunakan pompa listrik sebagian lagi masih menggunakan timba atau gayung katrol.

Sumur di rumah saya kedalamannya sekitar 7-8 meter. Seingat saya saat biaya penggalianya sekitar 750 ribu sampai 1 juta. Sumur itu pernah digali ulang dengan tujuan mendapatkan sumber air dengan debit yang lebih besar. Kalau tidak salah ongkosnya sekitar 500 ribu. Ongkosnya cukup bersahabat kala itu. Tukang galinya warga sekampung sehingga tarifnya juga tarif internal kampung. Letak sumurnya cukup jauh dari septick tank, lebih dari 10 meter. 

Untuk mengangkat air yang ditampung dalam tower penampungan saya menggunakan mesin. Dan ini bagian dari cara menguras energi listrik. 

Pembuatan tower penampungan air di rumah saya memiliki riwayat agak unik. Saat itu saya memberikan gambaran kepada tukang bagaimana bentuk dan struktur tower penampungan yang ingin saya bangun. 

Struktur bangunannya dirancang dengan dua fungsi, sebagai bak penampungan air dan berugak (semacam gazebo). Di atas berugak itulah penampungan air ditempatkan. Lantai gazebo dibuat dengan model panggung dengan plat beton. Permukaan sumur dirancang rata dengan permukaan panggung gazebo. Sumurnya dibuatkan penutup beton sebagai lubang kontrol jika sesekali dibutuhkan.

Penutup lubang sumur (dokpri)
Penutup lubang sumur (dokpri)

Bangunannya dibuat persis di atas sumur. Atap atau penutup gazebo juga menggunakan plat beton bertulang, sama dengan lantai atau panggung gazebo. Di atas penutup gazebo itulah bak penampungan air ditempatkan. Bak penampungannya dibuat dengan pasangan bata merah. Untuk menghindari kebocoran, bagian dalam bak dilumuri dengan cat anti bocor.

Saya tidak ingat berapa biaya yang saya habiskan sampai bangunan itu selesai. Satu hal yang masih saya catat adalah kebutuhan besi beton menurut tukang hanya 15 sampai 20 biji dengan berbagai ukuran. Panjang masing-masing besi rata-rata 6 meter. Untuk mengantisipasi kekurangan besi beton saya membelinya sampai 25 biji.

Pengerjaan bak penampunganpun dimulai. Dalam sehari tumpukan besi itu sudah selesai dirakit menjadi kerangka beton. Lucunya besi yang saya beli itu hanya cukup untuk membuat tiangnya saja.

Saya benar-benar merasa dikibuli. Akhirnya saya membeli lagi bahan konstruksi itu sampai cukup. Kalau tidak salah volumenya mencapai 75 biji dengan berbagai ukuran. Ternyata tukang bangunan itu juga tukang kibul.

Dia terpingkal melihat saya pusing dengan pembengkakan bahan material. Tidak sesuai dengan perkiraannya. Tetapi tidak apa-apalah. Kalau bukan karena hasil kibulannya bangunan itu tidak akan jadi.

Bersamaan dengan pemasangan kerangka tiangnya, dipasang pula instalasi pipa untuk menaikkan/menurunkan air ke/dari penampungannya. Pipa-pipa itu ditanam pada tiang bangunan agar lebih praktis.

Pipa itu kemudian dihubungkan ke kran air di kamar mandi, dapur, dan beberapa titik di halaman rumah.

Pada awalnya bak hanya menggunakan penutup asbes bergelombang. Hal ini menyebabkan bak kemasukan debu jalanan. Asbesnya juga mengalami kerusakan sehingga diganti dengan plat beton tipis. Sekarang cukup aman.

Bak penampungan itu juga dilengkapi dengan lubang pembuangan untuk melakukan pengurasan jika hendak dibersihkan. Sejauh ini belum pernah terjadi penyumbatan pipa. Jika sampai terjadi kemungkinan agak sulit untuk melakukan perawatan karena semua pipa ditanam dalam tiang dan lantai rumah menuju kamar mandi dan dapur. Mudah-mudahan baik-baik saja.

Dokpri
Dokpri

Itulah sekilas struktur instalasi yang saya rancang sendiri bersama tukang bangunan sekaligus tukang kibul. Sebuah bangunan dengan fungsi ganda. Sebagai tower penampungan air dan tempat bersantai, menulis dan ngobrol dengan tetangga. 

Di gazebo itu saya melakukan beberapa hal seperti menyelesaikan tugas-tugas sekolah dan menulis sebagian artikel yang tayang di kompasiana. Dan saat Ramadhan, saya kadang-kadang menghabiskan waktu memainkan smarphone sambil menunggu waktu berbuka.

Lombok Timur, 27 Maret 2023

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Home Selengkapnya
Lihat Home Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun