Mereka berpikir bagaimana bisa bekerja dan menghasilkan sesuatu, entah itu secara finansial atau motivasi lain yang memberikan dampak positif bagi dirinya sendiri.
Anak dan sepupu saya merupakan anak-anak yang lahir dalam rentang masa di mana mereka dikelompokkan dalam generasi Z, antara tahun 1997-2012. Kelompok ini kerap juga diberikan label sebagai iGen.
Dalam istilah lain kelompok umur ini dikenal dengan kelompok generasi digital native. Mereka merupakan penerus generasi Y (millennial), dimana mereka tumbuh dengan teknologi yang sudah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari.
Generasi Z, iGen, atau generasi native digital yang sering dimasukkan dalam kelompok rentang umur 9 sampai 24 tahun merupakan generasi yang sangat familiar dengan smartphone, media sosial, dan internet.
Apa yang ditunjukkan oleh anak dan sepupu saya membuktikan bahwa mereka telah dibentuk menjadi generasi yang berbeda dengan generasi sebelumnya. Mereka dicirikan dengan perilaku produktif, sikap pragmatis, dan berpikir finansial.
Ciri di atas menjadi salah satu karakteristik generasi Z atau generasi digital native. Sebagian besar generasi ini tumbuh menyaksikan orang tua mereka mengalami pukulan finansial yang besar selama resesi hebat, sebagaimana dikutip dari blog Annie E. Casey,
Karakteristik ini mungkin terkesan negatif bagi para penentang sikap pragmatis dan pemikir anti materialisme. Akan tetapi sesungguhnya, sikap yang ditunjukkan oleh generasi Z pada dasarnya dapat dipandang sebagai sebuah kemandirian--salah satu karakter dunia wirausaha. Mereka berusaha menjadi pribadi yang mandiri.
Kemandirian itu membuat mereka berpikir untuk melakukan sesuatu yang produktif sehingga dapat memenuhi kebutuhannya lebih dari yang didapatkan dari orang tuanya.
Apa yang menjadi karakter generasi Z dengan sikap pragmatis dan pikiran finansialnya, ditunjukkan oleh seorang mahasiswa di desa saya. Sambil kuliah dia menjalani bisnis jual beli ikan asin yang dia datangkan dari luar daerah.
Sebuah percakapan dua anak muda di suatu barber shop menguatkan bahwa generasi sekarang ini mengalami kegelisahan bagaimana menghasilkan uang tanpa bergantung kepada orangtuanya.
Mereka ngobrol tentang bagaimana membuat makanan olahan yang menarik dari bahan tertentu yang bisa mereka pasarkan untuk orang-orang sekitarnya.