Salah satu problem mendasar dari pergeseran budaya di era kontemporer saat ini adalah adanya fenomena yang berseberangan dengan kelaziman. Di antara problem itu adalah cara pandang yang berubah tentang kehidupan berkeluarga.
Sepanjang sejarah peradabannya, alasan mendasar manusia untuk hidup berkeluarga adalah menimang anak, momong cucu, atau melanjutkan garis keturunan sebuah keluarga. Sejalan dengan pergeseran budaya, cara pandang terhadap keberadaan anak juga mengalami perubahan.
Anak sebagai bagian dari keluarga, bagi sekelompok orang, belakangan ini ditempatkan sebagai unsur keluarga dalam persepsi yang berbeda. Sebuah mazhab baru muncul dimana anak dalam keluarga tidak lagi diperlukan. Rumah tangga bebas anak atau childfree.
Adalah Gita Savitri, YouTuber, penyanyi, dan penulis, membuat huru-hara melalui instagram story karena mengeluarkan pernyataan tidak menghendaki keberadaan anak, childfree.
Cara pandang masyarakat Indonesia yang masih kental dengan pandangan "tanpa anak kehidupan keluarga tak berarti apa-apa" tentu saja membuat ramai dunia medsos tanah air. Ada pro dan kontra terhadap huru hara itu. Pilihan ini tentu terlepas dari faktor yang muncul di luar kehendak manusia, seperti kemampuan manusia dalam menjalankan fungsi reproduksinya.
Bagi masyarakat Indonesia hal ini merupakan gagasan baru dan tidak lazim walaupun kini di Indonesia sendiri telah muncul kominutas keluarga childfree (sebagaimana dikutip dari VOA). Bagaimanapun juga keputusan seseorang untuk tidak memiliki anak dianggap berseberangan dengan kehidupan keluarga pada umumnya.
Namun demikian itu soal pilihan. Setiap orang berhak tidak tunduk pada kelaziman yang ada. Ketika sepasang suami istri sepakat tidak memiliki anak itu merupakan pilihan, maka keputusan untuk memiliki anak juga pilihan.
Alasan childfree
Jika Gita memiliki alasan agar tetap awet muda dengan menjalani kehidupan keluarga tanpa anak, ada banyak alasan lain yang membuat pasangan suami istri menjatuhkan keputusan pada pilihan ini.
Dalam budaya Indonesia, hidup tanpa anak karena faktor di luar kehendak (childless) mendapatkan stigma sebagai pasangan yang perlu dikasihani. Stigma ini kerap dilekatkan pada pasangan yang menginginkan anak tetapi terkendala karena ketidakmampuan reproduksi, misalnya, mandul. Apalagi jika pasangan itu memang tidak menghendaki kehadiran seorang anak atau childfree.
Diperlukan lebih banyak pengetahuan dan pemahaman untuk mengklarifikasi pilihan individu yang bebas anak (childfree) dan menangani persepsi yang umumnya tidak adil dalam masyarakat.