Mohon tunggu...
𝙔𝙖𝙢𝙞𝙣 𝙈𝙤𝙝𝙖𝙢𝙖𝙙
𝙔𝙖𝙢𝙞𝙣 𝙈𝙤𝙝𝙖𝙢𝙖𝙙 Mohon Tunggu... Guru - Ayah 3 anak, cucu seorang guru ngaji dan pemintal tali.

Guru SD yang "mengaku sebagai penulis". Saat kanak-kanak pernah tidak memiliki cita-cita. Hanya bisa menulis yang ringan-ringan belaka. Tangan kurus ini tidak kuat mengangkat yang berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Pantun Gimbal... Eh, Maksudnya Gombal!

11 Februari 2023   11:13 Diperbarui: 11 Februari 2023   11:15 615
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pantun sebagai sebuah seni memerlukan sampiran untuk menyempurnakan keindahannya. Unsur rima menjadi bagian penting untuk memberikan sentuhan estetis. Karenanya, sampiran merupakan unsur yang mutlak. Secara sederhana dapat dikatakan, tidak ada pantun tanpa sampiran.

Tidak semua orang bisa berpantun. Dibutuhkan kemampuan mengolah kata untuk menyusun rangkaian kata dan kalimat untuk menjadi sebuah pantun.

Pantun dikotomi dalam beberapa jenis, seperti, pantun agama, pantun nasehat, pantun remaja atau cinta, pantun teka teki, dan pantun jenaka.

Saya merasa tertantang untuk membuat pantun gombal yang ditawarkan Kompasiana. Saya pernah muda tetapi saya tidak pandai menggombal. Justru karena ketidakpandaian itu saya tidak ingin disepelekan.

Mari kita berpantun bersama-sama

Janganlah pergi tanpa sepengetahuan ibumu
Karena dia akan menghawatirkanmu
Tidak rugi kamu menerima cintaku
Pos ronda saja ku jaga apalagi hatimu

Pergi ke India membeli panci
Kembali ke rumah bawa gundu
Aku bisa lupa menaruh kunci
Tetapi tidak dengan senyummu

Jual kacang beli mentimun
Kapuas bukan Sungai Musi
Aku memang seperti Majnun
Puas melihatmu dalam ilusi

Dalai Lama dibuang ke India
Dia berjuang tanpa pedang
Sudah lama tak jumpa dia
Sekali jumpa lupa jalan pulang

Lombok Timur, 11 Februari 2023

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun