Pantun sebagai sebuah seni memerlukan sampiran untuk menyempurnakan keindahannya. Unsur rima menjadi bagian penting untuk memberikan sentuhan estetis. Karenanya, sampiran merupakan unsur yang mutlak. Secara sederhana dapat dikatakan, tidak ada pantun tanpa sampiran.
Tidak semua orang bisa berpantun. Dibutuhkan kemampuan mengolah kata untuk menyusun rangkaian kata dan kalimat untuk menjadi sebuah pantun.
Pantun dikotomi dalam beberapa jenis, seperti, pantun agama, pantun nasehat, pantun remaja atau cinta, pantun teka teki, dan pantun jenaka.
Saya merasa tertantang untuk membuat pantun gombal yang ditawarkan Kompasiana. Saya pernah muda tetapi saya tidak pandai menggombal. Justru karena ketidakpandaian itu saya tidak ingin disepelekan.
Mari kita berpantun bersama-sama
Janganlah pergi tanpa sepengetahuan ibumu
Karena dia akan menghawatirkanmu
Tidak rugi kamu menerima cintaku
Pos ronda saja ku jaga apalagi hatimuPergi ke India membeli panci
Kembali ke rumah bawa gundu
Aku bisa lupa menaruh kunci
Tetapi tidak dengan senyummuJual kacang beli mentimun
Kapuas bukan Sungai Musi
Aku memang seperti Majnun
Puas melihatmu dalam ilusiDalai Lama dibuang ke India
Dia berjuang tanpa pedang
Sudah lama tak jumpa dia
Sekali jumpa lupa jalan pulang
Lombok Timur, 11 Februari 2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H