Mohon tunggu...
𝙔𝙖𝙢𝙞𝙣 𝙈𝙤𝙝𝙖𝙢𝙖𝙙
𝙔𝙖𝙢𝙞𝙣 𝙈𝙤𝙝𝙖𝙢𝙖𝙙 Mohon Tunggu... Guru - Ayah 3 anak, cucu seorang guru ngaji dan pemintal tali.

Guru SD yang "mengaku sebagai penulis". Saat kanak-kanak pernah tidak memiliki cita-cita. Hanya bisa menulis yang ringan-ringan belaka. Tangan kurus ini tidak kuat mengangkat yang berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Festival Bau Nyale, Tradisi Menangkap dan Menyantap Putri Mandalika

5 Februari 2023   23:50 Diperbarui: 9 Februari 2023   08:32 825
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mentari meringkuk di balik pekatnya lengkung langit. Kristal cair terus menghujani dedaunan, rumput liar, hamparan sawah. Sudah dua hari cuaca serupa berlangsung di sebagian besar pulau Lombok. Kondisi itu membuat ibu-ibu rumah tangga mengeluh karena jemurannya tak kunjung mengering. Para tukang sayur, tukang cilok, dan pedagang keliling lainnya membeku karena tidak dapat menjajakan dagangannya.

"Embuk nyale," kata orang tua Sasak. Embuk nyale sebuah istilah yang digunakan untuk menjelaskan fenomena hujan dengan intensitas tinggi sebagai pertanda munculnya nyale di pesisir selatan pulau Lombok. Embuk tengkong juga istilah lain yang menandai tumbuhnya jamur saat hujan mulai tiba.

Kemunculan nyale itu terjadi setiap tahun. Nyale merupakan istilah Sasak untuk menyebut cacing laut. Kemunculan cacing laut itu telah melahirkan sebuah tradisi unik masyarakat Sasak yang dikenal dengan bau nyale. Bau berarti menangkap dan nyale berarti cacing laut sehingga secara harfiah berarti menangkap cacing.

Salah satu perlengkapan yang harus dibawa para pemburu nyale itu adalah jaring. Karena akan bermalam, mereka juga menggenapkan diri dengan tenda, bekal makanan, dan kebutuhan lain layaknya orang sedang camping.

Suasana Festival Pesona Bau Nyale 2019 yang dihadiri ribuan warga dan wisatawan di pantai Seger Mandalika (sumber Tempo)
Suasana Festival Pesona Bau Nyale 2019 yang dihadiri ribuan warga dan wisatawan di pantai Seger Mandalika (sumber Tempo)

Tradisi bau nyale merupakan sebuah ritual menangkap nyale atau cacing laut secara bersama-sama yang diselenggarakan setiap tahun saat musim hujan. Tradisi ini diyakini telah berkembang sejak abad ke 16.

Kemunculan nyale selalu dapat diperkirakan dengan akurat. Dengan menggunakan metode tertentu, para sesepuh masyarakat Sasak dapat menjelaskan dengan tepat detik-detik kemunculan cacing laut tersebut. Jarang sekali perkiraannya meleset. 

Kemunculan nyale terjadi dua kali sehingga dikenal dengan nyale tunggak dan nyale poto. Nyale tunggak merupakan kemunculan nyale pertama sekitar bulan Februari sedang nyale poto adalah kemunculan nyale kedua atau nyale akhir yang muncul pada bulan Maret.

Dokpri (Jaring pemburu nyale)
Dokpri (Jaring pemburu nyale)

Pelaksanaannya pada waktu malam. Tahun ini bau nyale dilaksanakan pada hari Jumat-Sabtu tanggal 10-11 Februari 2023. Waktu pelaksanaan itu ditentukan berdasarkan estimasi kemunculan cacing laut. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun