Masih tentang menulis. Jika pertemuan sebelumnya, peserta KBMN PGRI diberikan asupan tentang komitmen menulis setiap hari oleh Omjay, dalam pertemuan kali ini (ke dua), peserta "disuapi" dengan paradigma yang cukup penting bagi seorang penulis. Paradigma atau cara berpikir itu adalah dengan menempatkan kegiatan menulis sebagai passion.
Apa yang dimaksud dengan passion? Dilansir dari Gramedia, passion adalah gairah besar pada diri seseorang untuk melakukan secara serius sesuatu yang ia sukai dan dianggap penting.
Berdasarkan sumber lainnya, passion kerap disandingkan dengan semangat, keinginan yang kuat, ambisi, atau antusiasme yang menggebu-gebu.
Passion merupakan gabungan dua energi besar dalam diri seseorang, yaitu, motivasi dan emosi. Gabungan dua energi itu akan menghasilkan sikap dan tindakan positif dalam diri seseorang.
Passion merupakan dimensi mental yang perlu dibangun ketika seseorang akan mulai melakukan sesuatu atau menentukan sebuah pilihan. Hal ini penting untuk menjaga konsistensi dari pilihan itu sendiri. Passion merupakan unsur fundamental dalam upaya mencapai tujuan atau cita-cita tertentu, termasuk dalam menulis.
Sejauh ini ada persepsi yang berkembang bahwa menulis merupakan aktivitas yang hanya menghabiskan waktu; kegiatan yang hanya dilakukan oleh kalangan tertentu. Hal inilah yang menjadi tema utama pelatihan menulis pada pertemuan ke 2 dalam Kelas Belajar Menulis Nusantara PGRI.
Dimoderasi oleh Widya Setyaningsih, pertemuan yang dilaksanakan tanggal 11 Januari 2022, dimulai dengan perkenalan nara sumber melalui curicullum vitae yang dibagikan. Narsumnya adalah Dra. Srisugiastuti, M.Pd, seorang penulis, editor, dan motivator. Pengurus PGRI Surakarta Jawa Tengah ini juga seorang blogger sekaligus dikenal sebagai pegiat literasi Nusantara.
Sesuai dengan tema pertemuan ke 2, Narsum sendiri mengistilahkan passion merupakan renjana, gairah yang meletupkan semangat untuk mewujudkan keinginan yang disalurkan melalui sebuah tindakan nyata. Menulis sebagai passion, dengan demikian, berarti sebuah semangat melahirkan sebuah karya dalam bentuk tulisan.
Harus diakui bahwa menulis kerapkali ditempatkan sebagai sebuah keterampilan yang memiliki keunggulan yang khas. Pertama, Kemampuan menulis dipandang sebagai indikator intelektualitas dan kematangan berpikir. Pandangan ini cukup beralasan karena menulis memerlukan kemampuan berfikir, wawasan yang luas, dan harus didukung oleh pengetahuan yang memadai. Sebuah tulisan dihasilkan dari sebuah proses reflektif, pengejawantahan dari sebuah gagasan yang ditopang oleh kreativitas yang tinggi.
Ke dua, penulis merupakan profesi yang menempati posisi yang cukup bergengsi. Sebagai sebuah profesi yang melibatkan aspek intelektual, penulis merupakan status yang cukup dihargai. sebagai gambaran, saya sendiri baru mampu membuat artikel pada blog dan ketika rekan-rekan saya mengetahuinya, persepsi teman-teman tentang saya cukup respek. Artinya kemampuan menulis saya yang masih seadanya saja sudah membuat mereka cukup menghargai saya. Apalagi kelak jika saya dapat menerbitkan sebuah buku.
Menulis memang masih dipandang sebagai sesuatu yang sulit. Ada beberapa alasan yang menyebabkan berkembangnya pandangan itu tumbuh subur, yaitu, merasa tidak bakat menulis, tidak memiliki waktu, tidak memiliki ide, tidak mau dikritik, dan tidak suka menulis.
Ada sekelompok orang merasa tidak memiliki bakat dalam menulis. Satu hal yang diabaikan dalam hal ini bahwa setiap orang memiliki bakat, dilahirkan dengan sebuah kekuatan yang sering disebut dengan potensi. Bakat atau potensi itu perlu dilatih dan diasah. Semua penulis besar tidak dengan serta merta mencapai puncak karir sebagai penulis profesional tanpa latihan. Mereka mulai dengan belajar dan berlatih secara konsisten.
Ada pula yang merasa tidak memiliki waktu. Ini hanya persoalan pengelolaan atau manajemen waktu. Dikutip dari sepositif.com, paling tidak ada 10 aktivitas sehari-hari yang membuat waktu terbuang percuma. Aktivitas itu adalah media sosial, menjelajah dunia internet yang tidak penting, menonton siaran video atau TV yang tidak bermanfaat, bermain game, sering mengatakan ya, bermalas-malasan, begunjing, selalu memikirkan pandangan orang tentang dirinya, larut dalam penyesalan, dan memulai hari tanpa rencana,
Alasan bahwa tidak memiliki ide untuk menulis juga menjadi salah satu kendala purba. "Saya tidak memiliki ide," demikian alibi yang sering terdengar untuk membenarkan bahwa seseorang enggan untuk menulis. Padahal ide menulis itu berserakan di lingkungan sekitar. Ide menulis dapat ditemukan dalam kehidupan keluarga, bisa muncul saat bersenda gurau bersama keluarga, atau saat membersihkan rumput liar di halaman rumah.
Dalam skala yang lebih luas ide menulis bisa muncul saat ngobrol dengan tetangga. Seorang guru dapat menemukan ide saat proses belajar berlangsung. Aktivitas belajar di kelas pada dasarnya menyimpan ide yang sangat kaya sebagai bahan tulisan. Namun demikian, diperlukan proses refleksi atas etiap peristiwa yang dialami sehari-hari untuk menjadi sebuah tulisan.
Penyakit lain yang kerap menjangkiti seorang penulis pemula adalah munculnya semacam phobia terhadap kritikan. Seseorang seringkali diliputi rasa minder atas tulisan yang dihasikan. Sejauh ini kritik sering dipersepsikan sebagai upaya untuk mencari kesalahan. Dalam ilmu sastra, kritik merupakan upaya penilaian terhadap sebuah karya. Sebuah tulisan akan dapat dinilai apabila memiliki pembaca. Seseorang tidak mungkin mengetahui kelebihan dan keurangan tulisannya tanpa melibatkan penilaian atau kritik dari orang lain. Dengan kritik dari pembaca, seseorang akan dapat belajar dari kekurangan yang ada dalam tulisannya.
Kendala terbesar dalam menulis adalah tidak suka menulis. Jika sudah melibatkan perasaan suka atau tidak suka, akan sulit untuk mulai menulis. Ini menyangkut hobi. Kendala ini sebenarnya sangat tergantung pada lingkungan. Dengan selalu menjalin interaksi dengan komunitas yang memiliki interes dalam menulis hobi itu bisa tumbuh dengan sendiri. Sebuah pepatah yang cukup relevan dengan kegiatan menulis bisa dijadikan renungan.
"Bergaullah dengan penjual minyak wangi agar kamu tetap wangi!"
Lombok Timur, 11 Januari 2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H