Mohon tunggu...
𝙔𝙖𝙢𝙞𝙣 𝙈𝙤𝙝𝙖𝙢𝙖𝙙
𝙔𝙖𝙢𝙞𝙣 𝙈𝙤𝙝𝙖𝙢𝙖𝙙 Mohon Tunggu... Guru - Ayah 3 anak, cucu seorang guru ngaji dan pemintal tali.

Guru SD yang "mengaku sebagai penulis". Saat kanak-kanak pernah tidak memiliki cita-cita. Hanya bisa menulis yang ringan-ringan belaka. Tangan kurus ini tidak kuat mengangkat yang berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Inilah Makna Logo Sekolahku

14 Desember 2022   23:09 Diperbarui: 15 Desember 2022   04:20 1133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setiap perkumpulan, institusi, lembaga, atau organisasi biasanya melengkapi diri dengan logo, sebuah ikon yang mewakili keberadaannya.

Gagasan membuat logo di sekolah saya bersumber dari 'pikiran liar' dari seorang guru belia bernama Lalu Akhmad Tamlihan alias Mamiq Nadhif. 

Padi dan Kapas

Awalnya simbol visual ini dibingkai padi dan kapas, mewakili kebutuhan sandang dan pangan sebagai kebutuhan dasar. Simbol tersebut relevan dengan simbol sila ke 5 Pancasila, keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Sebagaimana kehidupan manusia secara umum bahwa kebutuhan pangan dan sandang menjadi kebutuhan paling fundamental. Jika dihubungkan dengan dunia pendidikan, tidak mungkin guru dan siswa serta warga sekolah lainnya melakukan aktivitas untuk mendulang ilmu dengan telanjang, tanpa dibalut pakaian.

Padi sebagai ikon pangan juga mengandung pengertian bahwa diperlukan energi untuk hadir di sekolah. Untuk mendapatkan energi itu diperlukan makanan. Apa jadinya pergi berangkat ke sekolah dengan menggendong rasa lapar.

Gunung Rinjani dan Awan

Di tengah logo, sebuah gunung berdiri memasung bumi dengan selimut awan di puncak kulminasinya yang anggun. Gunung itu merepresentasikan ikon utama pulau Lombok, gunung Rinjani, kebanggaan masyarakat Sasak

Rinjani bagi masyarakat Sasak merupakan simbol kerukunan umat (terutama Hindu dan Islam). Di tempat ini umat Hindu Lombok melaksanakan ritual melarung sesaji yang bertujuan untuk memperolah keselamatan Sang Maha Kuasa.

Pada saat yang sama, banyak umat Islam juga sengaja mendaki Rinjani untuk sekadar berdoa di puncak Rinjani, memohon keselamatan saat purnama. Kedua ritual itu memiliki orientasi yang sama, memohon keharmonisan dalam kehidupan. selengkapnya baca di sini.

Rinjani merupakan simbol ekologis yang kerap diandaikan sebagai pasak gumi yang menjamin keharmonisan kehidupan dalam kelestarian dan keseimbangan lingkungan. Sebagai pasak bumi, sebagian masyarakat Sasak percaya bahwa Rinjani merupakan pusat kosmos, pusat semesta. Seorang tokoh masyarakat bahkan mengklaim bahwa Rinjani merupakan gunung tertinggi dan terbesar di dunia. Ini karena gundukan itu berada di sebuah pulau kecil. Berbeda dengan gunung besar lainnya yang berada di sebuah pulau besar atau di sebuah benua yang luas.

Rinjani sebagai kebanggaan masyarakat Lombok Utara dan masyarakat Sasak secara umum tercatat sebagai salah satu gunung berapi aktif yang termasuk dalam kategori tertinggi di Indonesia (sebagaimana dilansir kemdikbud.go.id). 

Pada puncak gunung bersemayam segumpal awan. Secara filosofi awan merupakan sumber keteduhan. Sekolah, dengan demikian, merupakan sebuah ruang yang memberikan keteduhan bagi anak-anak. Sekolah menjadi tempat paling nyaman bagi anak-anak setelah keluarga.

Tut Wuri Handayani

Kewibawaan gunung itu dibalut ikon Tut Wuri Handayani, simbol kebangsaan yang mewakili dunia pendidikan.

Penyertaan simbol pendidikan menjadi penting untuk menegaskan bahwa sekolah merupakan jantung pendidikan.

Ada sayap dan ekor burung Garuda yang merepresentasikan sifat dinamis, keperkasaan, kekuatan, dan keberanian melakukan pengembaraan di alam semesta. Demikian dikutip dari laman kemdikbudristek

Di antara kedua sayap itu terpasang sebuah belencong, suluh yang mengandaikan bahwa ilmu pengetahuan merupakan penerang bagi kehidupan manusia.

Sebuah buku pada dasar menggenapkan logo pendidikan. Jika ilmu dianggap penerang maka buku sebagai ilmu adalah sumber energi penerang tersebut.

Lumbung dan Embung

Lumbung merupakan bangunan tempat penyimpanan padi bagi masyarakat tradisional di Indonesia, termasuk masyarakat Sasak. Di beberapa tempat di Lombok lumbung dinamakan alang. Sebagian menyebutnya pantek.

Bangunan itu pula yang ditempatkan pada logo sekolah. Sebagai tempat penyimpanan hasil panen merupakan cara sederhana masyarakat Sasak membangun ketahanan pangan. Hasil panen atau padi tidak dijual tetapi disimpan di pantek atau alang.

Di dekat sekolah terdapat sebuah Embung Kandong, sebuah cekungan tempat menampung air untuk keperluan musim kemarau. Embung merupakan sarana irigasi pendukung utama untuk menghasilkan kebutuhan pangan. 

Lumbung dan embung adalah dua hal yang berbeda. Namun, keduanya memiliki fungsi yang sama, sebagai tempat penyimpanan. Salah satunya tempat menyimpan pangan. Satunya lagi tempat menyimpan air sebagai salah satu sumber kehidupan.

Lombok Timur, 14 Desember 2022.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun