Mohon tunggu...
𝙔𝙖𝙢𝙞𝙣 𝙈𝙤𝙝𝙖𝙢𝙖𝙙
𝙔𝙖𝙢𝙞𝙣 𝙈𝙤𝙝𝙖𝙢𝙖𝙙 Mohon Tunggu... Guru - Ayah 3 anak, cucu seorang guru ngaji dan pemintal tali.

Guru SD yang "mengaku sebagai penulis". Saat kanak-kanak pernah tidak memiliki cita-cita. Hanya bisa menulis yang ringan-ringan belaka. Tangan kurus ini tidak kuat mengangkat yang berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menulis sebagai Passion (Catatan Hasil Diskusi Kepenulisan bersama Sri Sugiastuti)

22 Mei 2022   23:14 Diperbarui: 5 Juni 2022   05:48 592
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menulis sebagai passion dapat ditautkan dengan semangat, keinginan, atau motivasi dasar seseorang dalam melakukan kegiatan menulis.

Passion, dalam pengertian motivasi, menjadi aspek yang penting dalam setiap aspek kehidupan, termasuk dalam kegiatan literasi, khususnya menulis. Menempatkan "menulis sebagai passion" penting bagi seseorang yang memiliki visi sebagai penulis profesional. Inilah cara berfikir yang perlu dibangun. 

Passion yang kuat, motivasi yang tinggi sangat memungkinkan seseorang memiliki komitmen, kesabaran, dan kesungguhan untuk menuangkan pikiran, perasaan, pengalaman atau gagasan dalam bentuk tulisan.

Menulis merupakan passion yang menjanjikan. Hal ini paling tidak didasari dua alasan. Pertama, kemampuan menulis dipersepsikan sebagai salah satu indikator tingkat intelektualitas seseorang. Persepsi ini tentu memiliki argumen yang cukup beralasan mengingat keterampilan ini masih dianggap sebagai kegiatan yang sulit. 

Menulis, pada saat yang sama, membutuhkan kemampuan berfikir, wawasan yang luas, dan harus memiliki referensi bacaan yang memadai. Kemampuan menulis juga memerlukan proses. Penulis-penulis besar memulainya dengan proses.

Ke dua, menulis (tepatnya penulis) merupakan salah satu profesi yang tergolong bergengsi dan mendapatkan tempat sebagai status sosial yang cukup dihargai dalam masyarakat. Menulis merupakan hasil kerja intelektual dan hasil kerja semacam ini mendapatkan tempat yang berharga dalam kehidupan sosial.

Di samping sebagai hasil kerja intelektual, menulis juga sangat memungkinkan pelakunya mendapatkan kompensasi material. Sejumlah penulis profesional membuktikan bahwa hasil karyanya dapat memberikan tingkat kesejahteraan yang cukup baik.(1)

Kendala dan Solusi

Kendala seseorang dalam menulis pada dasarnya sama saja dari waktu ke waktu. Secara umum kendala itu bersifat individual. Seseorang tidak memiliki bakat menulis merupakan kendala yang paling umum ditemukan.

Secara umum para penulis profesional bersepakat bahwa setiap orang memiliki bakat dalam menulis. Bakat, sebagai kemampuan potensial, dengan demikian perlu dilatih dan dikembangkan. Penulis-penulis besar tidak begitu saja mendapatkan keterampilan menulis  Mereka sampai pada titik maksimal melalui sebuah proses yang panjang. Penulis profesional mulai dari kerja amatiran.

Kendala lainnya, seseorang acapkali merasa terlalu sibuk, Padahal ada banyak waktu senggang yang dapat dimanfaatkan seseorang untuk menulis. Dengan kemajuan teknologi saat ini seseorang dapat menuangkan tulisannya melalui gawai yang menyediakan banyak fasilitas untuk menuangkan tulisan.

Sulit menemukan ide juga merupakan alasan tradisional yang masih memasung tumbuhnya potensi seseorang. Jika menulis disetarakan dengan obrolan atau kegiatan berbicara, seseorang dapat menyampaikan pengalaman sehari-hari secara detail. Artinya ketika seseorang bercerita dengan sendirinya sudah ada ide atau gagasan yang sedang disampaikannya. Jika kegiatan bercerita itu dilakukan secara tertulis maka akan lahir sebuah karya berupa tulisan.

Kendala psikolgis lain yang sering muncul yaitu adanya kecenderungan sesorang takut pada kritik. Hal yang perlu dipahami bahwa bagus atau tidaknya tulisan seseorang harus mendapatkan penilaian dari pembaca. Penilaian itu akan memberikan gambaran tentang kualitas tulisan seorang penulis. Penilaian merupakan bentuk kritik yang dapat mendorong seseorang untuk meningkatkan kualitas tulisannya dari waktu ke waktu. Untuk itu, diperlukan latihan menulis secara konsisten bagi seseorang.

Kendala di atas cenderung personal. Di sinilah peran passion, motivasi, atau semangat sebagai solusi untuk membangun kebiasaan dan budaya menulis pada seseorang. Passion memungkinkan perubahan cara pandang seseorang tentang menulis dengan mengubah kendala menjadi kesempatan. Munculnya kendala ini merupakan cara pandang yang dapat ditransformasi menjadi cemeti untuk menjadi penulis serius. Kendala-kendala di atas dapat dianulir dengan mencari lingkungan sosial budaya yang mendorong tumbuhnya budaya menulis pada seseorang. Seserang dapat memperbanyak interaksi dengan penulis-penulis profesional atau mengikuti kelas menulis secara online yang berserakan pada media online.

Alasan Menulis

Dalam hal menulis, penting untuk mengajukan pertanyaan reflektif. Pertanyaan itu dapat diawali dengan "Mengapa kita menulis?", "Bagaimana kita mulai menulis?", dan "Kapan kita mulai menulis?".

Mengapa harus menulis? Pertanyaan ini bermakna filosofis karena dan mendasar karena sangat berhubungan erat dengan nilai, visi, dan misi kehidupan seseorang. Hidup seseorang harus meninggalkan nilai, semacam prasasti yang dapat dipahat melalui sebuah karya yang bermanfaat. salah satu bentuk prasasti itu adalah buku atau tulisan.

Menulis juga dapat menjadi visi dan misi hidup seseorang. Menulis sebagai visi memiliki makna bawa dalam sebuah tulisan ada gagasan masa depan tentang perubahan positif kepada para pembaca. Salah satu tujuan menulis adalah mempengaruhi pembaca untuk mengikuti idealisme penulis. Di sinilah visi penulis tertuang secara tersirat dalam tulisannya. Ini berarti bahwa menulis pada dasarnya memiliki visi perubahan sosial yang tertuang dalam tuliasnnya.

Menulis juga dapat diandaikan sebagai misi untuk menyebarkan ilmu pengetahuan melalui tulisan dalam rangka mewujudkan visi hidup seseorang. Sejarah menunjukkan bahwa salah satu bentuk perjuangan mencapai kemerdekaan dilakukan melalui tulisan. Kelompok intelektual pada masa perjuangan banyak bergelut melalui tulisan untuk membebaskan bangsa dari belenggu penjajahan. (2)

Pertanyaan berikut "Bagaimana mulai menulis?". Sebuah pertanyaan yang bersifat teknis dan paling banyak muncul pada berbagai diskusi. Menulis dapat dimulai dengan menuangkan pengalaman sehari-hari. Pengalaman itu bisa berupa realitas yang paling dekat dalam kehidupan, misalnya, keluarga, anak-anak, sahabat, atau tentang rutinitas kerja sehari-hari. Dari titik inilah, penulis pemula dapat mulai melatih kemampuan menulis karena peristiwa dan pengalaman sehari-hari lebih mudah digambarkan.

Pertanyaan terakhir, "Kapan mulai menulis?". Sebaiknya dimulai ketika sudah mulai berniat untuk menulis. Lakukan sejak bertemu dengan waktu senggang yang pertama, ke dua, ke tiga, dan seterusnya. Ubahlah fungsi gawai yang selama ini hanya untuk chat dan selfie menjadi media untuk menuangkan tulisan. Ubah arah aktivitas virtual dari sekadar kongkow dunia medsos menjadi aktivitas intelektual yang tertuang dalam tulisan.

Menulis memerlukan referensi tekstual. Maka penting bagi penulis untuk mengimbanginya dengan banyak membaca. Bukankah demikian?

Lombok Timur, 22 Mei 2022

Catatan :

Nara Sumber : Ditta Widya Utami, S.Pd

Moderator : Lelly Suryani

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun