Tiba di Padang Bai penumpang harus berhadapan dengan transportasi laut yang juga lebih banyak yang afkir. Sejumlah kapal penghubung Padang Bai - Lembar yang sudah usang bisa membutuhkan waktu tempuh 5 jam terombang-ambing di atas permukaan gelombang selat Lombok yang termasuk selat terdalam. Belum lagi harus berhadapan dengan anak-anak penjual buah yang membuntuti penumpang yang masih pusing dengan perjalanan darat.
Satu hal yang penting bagi penumpang mahasiswa adalah menyiapkan makanan sebelum naik kapal. Makanannya bisa berupa nasi bungkus, roti, atau makanan dan minuman ringan. Lagi-lagi dengan alasan keuangan, membeli makanan di kantin kapal merupakan pantangan mengingat harganya yang berlipat dibanding harga di darat.
Saat memasuki kapal, penumpang dapat menemukan hiburan yang ditunjukkan oleh anak-anak yang terjun ke dalam air. Mereka berlomba menangkap uang logam yang dilempar penumpang. Anak-anak usia di bawah puluhan dan belasan itu dengan cekatan menyambar uang yang sudah masuk ke dalam riak pelabuhan.
Penderitaan di atas kapal menjadi lebih berkurang karena tidak duduk berdesak-desakan. Tetapi penderitaan akan berlipat jika penumpangnya mabuk kendaraan. Bau asap mesin dan goyang kapal meningkatkan rasa pusing dan mual bagi penumpang yang mabuk transportasi.
Tiba di Lembar perjalanan mudik tidak terlalu bermasalah. Berada di lembar seperti berada di halaman rumah sendiri. Di pemukiman sekitar pelabuhan ada keluarga yang siap menampung saya jika pulang kemalaman.
Lombok Timur, 28-04-22
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H