Mohon tunggu...
𝙔𝙖𝙢𝙞𝙣 𝙈𝙤𝙝𝙖𝙢𝙖𝙙
𝙔𝙖𝙢𝙞𝙣 𝙈𝙤𝙝𝙖𝙢𝙖𝙙 Mohon Tunggu... Guru - Ayah 3 anak, cucu seorang guru ngaji dan pemintal tali.

Guru SD yang "mengaku sebagai penulis". Saat kanak-kanak pernah tidak memiliki cita-cita. Hanya bisa menulis yang ringan-ringan belaka. Tangan kurus ini tidak kuat mengangkat yang berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Dari Hampers, Nganteuran, Munjung, sampai Ngejot

23 April 2022   08:46 Diperbarui: 23 April 2022   08:47 1429
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar lomboktimur.go.id

Sore kemarin saya login ke akun kompasiana. Saya mendapati menu notifikasi memerah menunjukkan adanya pemberitahuan pesan.

Klik. Saya menyentuh menu itu. Sebuah artikel telah tayang dengan topik hampers lebaran. Mungkin karena agak lelah, setelah seharian mengurus sebuah keperluan dengan birokrasi berbelit-belit, saya membacanya "pampers". Dari balik kaca mata plus saya memperhatikan dengan seksama ternyata tulisannya memang hampers.

Apa itu hampers? Saya kurang update. Saya baru baca istilah itu. Lingkungan memang memungkinkan seseorang mengenal hal-hal baru seperti istilah, kata, kebiasaan, dan berbagai prilaku gaya hidup baru yang terus membludak mengepung kesadaran setiap orang. Lingkungan kampung membuat saya tidak familar dengan munculnya lema baru dalam proses komunikasi sehari-hari dalam skala pergaulan yang lebih luas. Untung ada google yang dapat menampung kelompok sosial seperti saya yang terasing dari macam-macam informasi baru yang berkembang.

Saya mencoba memperalat google untuk mencari informasi tentang hampers. Ternyata hampers merupakan bingkisan atau kado dalam peringatan hari-hari tertentu yang bersifat istimewa, seperti, natal, lebaran, valentine, atau hari istimewa lainnya. Disandingkan dengan bingkisan lain, seperti parcel, hampers (dalam  idntimes.com) secara harfiah memliki makna yang lebih mengacu kepada wadah yang terbuat dari anyaman keranjang bambu.

Dilansir dari kompas.com, 18/04/2022, hampers pertama kali dikenalkan oleh William the Conqueror (William sang Penakluk), Tokoh yang juga dikenal dengan William si Haram Jadah itu adalah Raja Inggris pertama dari bangsa Norman. William menjadi Raja Inggris sejak tahun 1066 sampai mangkat pada tahun 1087. Pada masanya hampers mulai populer.

Hampers merupakan keranjang yang digunakan untuk mengemas makanan atau pakaian yang dibutuhkan dalam perjalanan jauh melintasi darat dan lautan. Sifatnya yang ringan dan tahan lama menjadi pilihan kemasan yang banyak digunakan.

Penggunaan hampers terus berkembang. Pada tahun 1800-an Ratu Victoria menggunakannya sebagai kemasan bingkisan bergengsi. Bingkisan hampers menjadi populer sebagai hadiah mahal kelompok sosial menengah ke atas.

Penggunaan hampers sebagai kado kini menjadi trend baru. Dalam peristiwa penting hari besar keagamaan atau hari ulang tahun bingkisan hampers menjadi salah satu media mewujudkan rasa hormat atau ekspresi kecintaan kepada keluarga, kerabat, atau sahabat.

Fungsi hampers sebagai bingkisan pada dasarnya tidak berbeda dengan cara masyarakat kampung di Indonesia yang suka berbagi pada saat lebaran. Jika esensi hampers untuk berbagi, pada hari raya lebaran juga ditemukan kebiasaan saling mengantarkan makanan antar sesama tetangga. Di kampung, tradisi berbagi bahkan lebih kental. Berbagi tidak semata pada hari-hari tertentu atau moment istimewa. Setiap hari kehidupan kampung itu menawarkan tradisi berbagi dengan tetangga. 

Jika hampers merupakan tradisi di dunia Barat, di Sunda ada nganteuran, sebuah tradisi saling hantar dan bertukar makanan antar tetangga atau kerabat terdekat. di jawa tengah ada tradisi munjung.

Di Lombok Ttimur ada tradisi ngejot. Tradisi ini ditemukan pada masyarakat Desa Lenek, kecamatan Aikmel, Lombok Timur. Ngejot merupakan tradisi mengantarkan bermacam dan jenis makanan yang dibawa dalam satu nampan wadah dulang atau disebut sampak. Dulang kemudian dipersembahkan kepada keluarga, orangtua dan pemimpin warga. Ngejot dilakukan untuk menjalin tali silaturahmi kepada keluarga, tokoh adat, tokoh agama, pemimpin desa, kerabat serta sahabat lainnya. Ngejot biasanya dilakukan menjelang atau seduah lebaran.

Tradisi berbagi di atas hanya sebagian kecil dari kebiasaan luhur yang di miliki Indonesia. Saya yakin setiap daerah memiliki kebiasaan mengekspresikan rasa empati dan kepedulian terhadap sesama. Tradisi-tradisi tersebut tidak menyandarkan diri pada kelas sosial tertentu dan bebas dari tendensi apapun. Jika hampers kadangkala dicurigai sebagai upaya gratifikasi, tidak demikian dengan budaya berbagi leluhur kita. Bebas dari tendensi pribadi dan kecenderungan kepentingan.

Lombok Timur, 23/04/2022

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun