Mohon tunggu...
𝙔𝙖𝙢𝙞𝙣 𝙈𝙤𝙝𝙖𝙢𝙖𝙙
𝙔𝙖𝙢𝙞𝙣 𝙈𝙤𝙝𝙖𝙢𝙖𝙙 Mohon Tunggu... Guru - Ayah 3 anak, cucu seorang guru ngaji dan pemintal tali.

Guru SD yang "mengaku sebagai penulis". Saat kanak-kanak pernah tidak memiliki cita-cita. Hanya bisa menulis yang ringan-ringan belaka. Tangan kurus ini tidak kuat mengangkat yang berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Diary

Card Serbaguna dan Tayammum

7 Maret 2022   23:09 Diperbarui: 7 Maret 2022   23:18 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setelah berhasil menjadi juara dalam festival Ketua RT teladan di negeri Antah Berantah, Amaq Sumenah diberikan kesempatan untuk menerima penghargaan langsung dari Kementerian Urusan Masing-masing. Maka dia berangkat ke ibukota negara Antah Berantah. Tentu saja fasilitas penginapan telah disiapkan. Tidak tanggung-tanggung, Amaq Sumenah menginap di hotel bintang toejoe (poesing).

Saat check in, resepsionis cantik menyodorkan sebuah kartu kepada Amaq Sumenah. Dia sama sekali tidak berfikir bahwa kartu itu multifungsi.

Petantang petenteng Amaq Sumenah menuju pintu lift yang akan mengangkatnya sampai lantai sekian bangunan hotel pencakar udara itu. Tentu saja dia tidak sendiri. Sejumlah ketua RT dengan status perokok super aktif seperti Amaq Sumenah mendapatkan layanan kamar spesial.

Di lantai tujuan Amaq Sumenah tengak tengok mencari nomor kamar. Setelah mondar mandir macam setip pensil 2b akhirnya nomor kamar ditemukan. Tidak ada kunci di pintu. Hanya sebuah kertas bertuliskan "kamar ini sudah distrerilisasi" menjuntai di gagang kunci pintu.

Karena terlihat bingung sendiri di depan pintu, tamu hotel di depan kamarnya menawarkan jasa untuk membantu membuka pintu. Tamu itu mengambil kartu kamar dari Amaq Sumenah lalu ditempelkan pada kunci pintu sekaligus membukanya.

Saat masuk kamar lampu mati. Hal pertama yang dicari Amaq Sumenah tentu saja saklar. "Cetak.. cetok.. cetak.. cetok..!" Dia menekan sejumlah saklar yang ada dalam ruangan. Tidak satupun lampu nyala.

"Listrik hotel berbintang bisa korslet juga....!," Amaq Sumenah menggerutu pada dinding ruangan dan lampu kamar. Bantal, kasur, dan tipi LED yang menempel dengan anggun di salah satu dinding ruangan tidak luput dari gerutunya. Semua benda mati itu seakan ingin memberikan petunjuk. Tetapi barang-barang itu seperti sekumpulan orang tersedak.

Amaq Sumenah mencoba menenangkan diri dengan menyulut sebatang rokok lintingan tembakau 'bireng leceng'. Kepulan asap itu membuat pikirannya mulai sumringah. Dia kembali menekan-nekan saklar satu persatu. Tetap saja lampu-lampu itu tidak memiliki respon apapun.

Dalam situasi itu sifat sok pintar dan keangkuhannya luluh bagai lilin disulut api. Dia putuskan menghubungi ketua RT lain yang dikenalnya dan memberitahu kondisi listrik di kamarnya. Atas petunjuk temannya, Amaq Sumenah diminta memasukkan kartu ke lubang Energy Saving Switch (saklar listrik kartu) di dekat pintu kamar.

"Tareraaaang..!" Ruangan hotel terang benderang dalam satu tarikan napas setelah kartu itu dicelupkan. Semua lampu menyala. Dicabutnya kembali kartu itu dan dilempar ke atas meja. Sebelum kartu itu menghempas meja, lampu mati lagi. Amaq Sumenah mengambil kembali kartu itu dan memasukkannya ke kotak saklar. Lampu menyala. Dia melakukan hal yang sama sampai beberapa kali--memasukkan kartu dan mencabutnya kembali setelah lampu menyala. Nyala dan padam.

Karena semua lampu menyala, Amaq berasumsi bahwa listrik tidak kuat. Dicobanya mematikan sebagian lampu lalu kartu dimasukkan dan dicabut lagi. Tetap saja lampunya mati setelah kartu dicabut. Dia masih berfikir bahwa kapasitas listrik tidak kuat. Kali ini semua lampu dimatikan. Untuk mengontrol kondisi listrik, di-carge-nya smartphone yang memang sudah lowbat. Kartu masukkan. Arus listrik di smartphone tersambung.

Serangkaian eksperimen itu membawanya kepada sebuah kesimpulan bahwa kartu yg sdh dicelupkan tidak boleh dicabut kembali. Maka tindakan terakhir yang dia lakukan adalah membiarkan kartu itu dalam liangnya. Ternyata betul. Listriknya menyala tanpa mengeluh selama kartunya tidak dicabut.

Kisah belum selesai. Amaq Sumenah melangkah menuju "jeding" untuk wudlu' shalat ashar. Sebuah kran di mulut wastafel seakan menunggu kehadirannya. Dengan sedikit mengangkat ujung kran air mengucur keluar. Awalnya dingin tetapi arus air berikutnya mulai terasa hangat bahkan cenderung panas. Kran ditutup lagi. Beberapa saat berikutnya kran dia buka lagi. Suhu air masih panas. Kran ditutup lagi. Begitu seterusnya. Air tetap saja panas. Akhirnya Amaq Sumenah mengambil keputusan untuk tayamum.

Jangan percaya sepenuhnya pada cerita ini. Sisakan kepercayaan itu untuk pasanganmu.

Diunggah pada tgl 22 Mei 2021 pada Beranda Facebook

https://www.facebook.com/100004318352255/posts/2196119623875295/

Catatan:

Amak dalam bahasa Sasak berarti ayah. Kata di belakang Amaq disematkan berdasarkan nama anak paling sulung.

Bireng leceng (hitam pekat)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun