Setelah berhasil menjadi juara dalam festival Ketua RT teladan di negeri Antah Berantah, Amaq Sumenah diberikan kesempatan untuk menerima penghargaan langsung dari Kementerian Urusan Masing-masing. Maka dia berangkat ke ibukota negara Antah Berantah. Tentu saja fasilitas penginapan telah disiapkan. Tidak tanggung-tanggung, Amaq Sumenah menginap di hotel bintang toejoe (poesing).
Saat check in, resepsionis cantik menyodorkan sebuah kartu kepada Amaq Sumenah. Dia sama sekali tidak berfikir bahwa kartu itu multifungsi.
Petantang petenteng Amaq Sumenah menuju pintu lift yang akan mengangkatnya sampai lantai sekian bangunan hotel pencakar udara itu. Tentu saja dia tidak sendiri. Sejumlah ketua RT dengan status perokok super aktif seperti Amaq Sumenah mendapatkan layanan kamar spesial.
Di lantai tujuan Amaq Sumenah tengak tengok mencari nomor kamar. Setelah mondar mandir macam setip pensil 2b akhirnya nomor kamar ditemukan. Tidak ada kunci di pintu. Hanya sebuah kertas bertuliskan "kamar ini sudah distrerilisasi" menjuntai di gagang kunci pintu.
Karena terlihat bingung sendiri di depan pintu, tamu hotel di depan kamarnya menawarkan jasa untuk membantu membuka pintu. Tamu itu mengambil kartu kamar dari Amaq Sumenah lalu ditempelkan pada kunci pintu sekaligus membukanya.
Saat masuk kamar lampu mati. Hal pertama yang dicari Amaq Sumenah tentu saja saklar. "Cetak.. cetok.. cetak.. cetok..!" Dia menekan sejumlah saklar yang ada dalam ruangan. Tidak satupun lampu nyala.
"Listrik hotel berbintang bisa korslet juga....!," Amaq Sumenah menggerutu pada dinding ruangan dan lampu kamar. Bantal, kasur, dan tipi LED yang menempel dengan anggun di salah satu dinding ruangan tidak luput dari gerutunya. Semua benda mati itu seakan ingin memberikan petunjuk. Tetapi barang-barang itu seperti sekumpulan orang tersedak.
Amaq Sumenah mencoba menenangkan diri dengan menyulut sebatang rokok lintingan tembakau 'bireng leceng'. Kepulan asap itu membuat pikirannya mulai sumringah. Dia kembali menekan-nekan saklar satu persatu. Tetap saja lampu-lampu itu tidak memiliki respon apapun.
Dalam situasi itu sifat sok pintar dan keangkuhannya luluh bagai lilin disulut api. Dia putuskan menghubungi ketua RT lain yang dikenalnya dan memberitahu kondisi listrik di kamarnya. Atas petunjuk temannya, Amaq Sumenah diminta memasukkan kartu ke lubang Energy Saving Switch (saklar listrik kartu) di dekat pintu kamar.
"Tareraaaang..!" Ruangan hotel terang benderang dalam satu tarikan napas setelah kartu itu dicelupkan. Semua lampu menyala. Dicabutnya kembali kartu itu dan dilempar ke atas meja. Sebelum kartu itu menghempas meja, lampu mati lagi. Amaq Sumenah mengambil kembali kartu itu dan memasukkannya ke kotak saklar. Lampu menyala. Dia melakukan hal yang sama sampai beberapa kali--memasukkan kartu dan mencabutnya kembali setelah lampu menyala. Nyala dan padam.