Mohon tunggu...
Mohamad Ardin Suwandi
Mohamad Ardin Suwandi Mohon Tunggu... Full Time Blogger - PETUALANGAN

Dalam Hidup Hanya ada Karya

Selanjutnya

Tutup

Nature

Yang Tak Tersadarkan

30 Oktober 2019   15:45 Diperbarui: 30 Oktober 2019   15:56 7
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Matahari yang panas mamaksa manusia untuk berhenti sejenak dari perjalanan yang masih jauh.

Tetesan keringat akan menyaksikan apa pun itu, betul-betul bukti bahwa panasnya lebih panas dari keluhan yang ada dalam ruang-ruangan AC. Melupakan itu atau mengingat saat akan memasuki ruang yang sejuk, semua lain dari sekarang. Jalan yang masih panjang dengan keringat yang terus menetes dari wajah-wajah yang tidak lelah untuk berjuang kalah komitmen melampui dinding-dinding godaan yang menggiurkan.

Berjalanlah.....

Awalnya para pejalan itu adalah umumnya yang ada. Lama-lama manusia tidak kuat untuk melakukan perjalanan, sederhana itu kah perubahan yang sangat luar biasa dalam kehidupan?

Pertanyaan masih yang sama datang dari dinding-dinding yang tertuliskan "pohon-pohon tergantikan oleh kami". Oh sadarlah bahwa dulu ada pohon di situ, sekalipun menyadari itu biarlah diingat sebagai suatu ketidakmampuan untuk melakukan perbaikan yang berarti. Betul panas sekali rasanya itu, dari aspal yang berasap itu.

Benih-benih akan tumbuh di musim hujan, kesejukan dari pohon-pohon mulai lagi dirindukan. Semua itu adalah penyesalan yang harus segera dilakukan. Lakukanlah lakukanlah lakukanlah penghijauan untuk membesarkan benih-benih itu. Seorang bocah sangat riang gembira dengan memegang dua benih pohon ditangannya, mungkin yang ingin ia lakukan manfaatnya akan melampui apa yang dilakukan umuran di atasnya. Atau kah hanya sebuah permainan nya di masa umuran sebayanya?

Bocah nangis ingin ke wisata...

Ayolah ke ladang dan sawah-sawah itu. Pesannya pada bocah itu adalah nasi yang ia makan adalah kerja keras petani itu. Seorang kakek melewati bocah dengan topi dan cangkul di pundaknya, bersenyum dan menyapa keheranan bocah seumur itu ingin lihat sawah, apakah kurang asik itu kalau bermain dirumah, ah mungkin yang diinginkan adalah bertemu dengan belalang raksasa yang tempo hari ia lihat di tempat yang sama.

Sawah-sawah yang ada.....

Padi, sayuran, buah-buahan menjadi hasil panen saat musimnya.

Tanah tetap seperti biasa tanpa penyakit tanah, tanpa kuman tumbuhan. Terbayangkan orang dahulu menanam apakah ada penyakit, kalau begitu ada apa obatnya, bagaimana nenek-nenek dahulu menumbuhkan kebutuhan hidup. Apakah ilmunya masih ada?

Biarlah, biarlah, biarlah. Kini harus sadar bahwa permainan hidup adalah percandahan dengan penindasan yang di tindas dan yang menindas. Lahirnya alam adalah lahirnya kehidupan, hidup, pergi, berkembang dan akan seperti apa hidup yang akan dijalankan.

Perjuangan bagi orang yang sedang ditindas, perjuangan tidak mungkin datang dari penindas. Perjuangan adalah perjuangan sebagai manusia yang butuh hidup, berkembang, berkarya, berkarya dan berkarya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun