Mohon tunggu...
Mohamad Abyhafsy Al Ayuby
Mohamad Abyhafsy Al Ayuby Mohon Tunggu... Lainnya - Pelajar / XI MIPA 2 / SMAN 28

I'm a Student Of SMAN 28 and i'm proud to be it.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Di Balik Fenomena Panic Buying

30 Agustus 2020   09:06 Diperbarui: 30 Agustus 2020   09:27 275
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo by John Cameron

Panic Buying atau yang disebut juga dengan penimbunan berdasarkan rasa takut, adalah tindakan membeli barang dalam jumlah besar untuk mengantisipasi suatu bencana, setelah bencana terjadi, atau untuk mengantisipasi kenaikan maupun penurunan harga. Fenomena sosial ini sudah sering terjadi di beberapa kalangan masyarakat khususnya di titik perpusatan terjadinya interaksi sosial. 

Barang yang paling dicari masyarakat adalah barang-barang yang sekiranya berhubungan dengan fenomena atau sebuah kejadian krisis yang dimana barang tersebut memiliki dampak yang sangat signifikan pada pemakainya. Fenomena ini dapat mengubah beberapa masyarakat dalam psikologi sosial yang ia jalankan seperti sudut pandang sosial, tingkah laku, dan interaksi dalam masyarakat yang biasanya ia lakukan.

Kecemasan akan habisnya kebutuhan masyarakat menyebabkan mereka menjadi serakah akan halnya barang yang tersedia karena takut kalau mereka tidak kebagian barang yang mereka inginkan. Alhasil menciptakan sebuah kondisi yang disebut "kehilangan sense of control" atau kehilangan untuk mengendalikan perasaan diri. 

Hal ini membuat mereka akhirnya mencoba untuk menimbun suatu/beberapa barang untuk mempersiapkan diri di masa yang akan mendatang karena kecemasan yang mereka rasakan. Tingkah laku ini sebenarnya bersifat alami. Bahkan psikologi manusia menunjukkan bahwa manusia memiliki naluri (insting) untuk menghindari kecemasan di masa depan dan memenuhi kepuasan mereka sendiri. Rasa takut inilah yang akhirnya menular ke banyak orang sehingga meningkatkan rasa panik lainnya dan membuat kenegatifan dalam lingkungan masyarakat tersebut.

Panic Buying ini sendiri sebenarnya sudah sering terjadi di saat suatu masyarakat merasa dirinya sudah tidak merasa aman di dalam pemerintahannya sendiri. Seorang profesor psikologi di Universitas Hong Kong, Christian Chan, mengatakan, tingkat kecemasan yang terlihat dalam gelombang Panic Buying baru-baru ini mencerminkan kurangnya kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah. lantaran jika masyarakat mempercayai gerakan pemerintah dalam menyelesaikan suatu krisis, maka Panic Buying-pun mungkin dapat dikurangi. 

Tetapi munculah suatu pertanyaan "bagaimanakah caranya?". Karena sebuah himbauan serdahana saja tidaklah cukup untuk menghilangkan rasa takut masyarakat. Pemerintah harus menyiapkan segala bantuan dan akomoditas lainnya agar masyarakat dapat merasa aman, atau mungkin masalah sebenarnya ada di masyarakat itu sendiri. Karena kecemasan yang dihasilkan bersumber pada masyarakat yang kurang percaya dan kurang berpengalaman dalam memecahkan suatu masalah dalam kondisi yang kritis.

Photo by John Cameron
Photo by John Cameron
Kebanyakan mayoritas masyarakat modern ingin memiliki kehidupan yang normal dan nyaman baginya. Ya siapa yang tidak mau? semua orang pasti ingin memiliki hidup yang enak. Permasalahan yang ditujukan disini ialah orang-orang yang sudah terlalu lama hidup dalam zona nyaman. Sehingga mereka tidak siap menghadapi rintangan dan halangan hidup mereka pada saat kondisi diluar zona nyaman mereka. 

Rasa cemas dan takut pun mulai timbul karena mereka tidak tahu untuk berbuat apa kedepan. Kepanikan inilah yang akan menular dan memburuk jika dibiarkan. Semakin banyak orang pun yang nantinya akan berpikir hal yang sama dan seterusnya akan menular ke semakin banyak orang.

Akibat dari Panic Buying ini menimbulkan beberapa dampak buruk bagi beberapa pihak. Dari pusat perbelanjaan ke supermarket, sampai warung kecil pun mereka akan mengeluarkan persediaan cadangan mereka lebih awal. Stok kebutuhan yang tersedia pun menurun dan akan habis dengan waktu cepat. 

Pemerintah pun akan merasa dirugikan. Mereka-mereka yang menimbun barang dapat menggoyahkan ekonomi negaranya. Begitu pula para konsumen yang membutuhkan, menjadi tidak meratanya kebutuhan yang ia miliki. Belum juga kepanikan dan kecemasan mereka-mereka yang masih menularkan pemikiran buruk ke lingkungan masyarakat. Intinya dalam berbagai aspek sudut pandang, Panic Buying merupakan Fenomena sosial yang sangat merugikan suatu lingkungan sosialnya.

Mengatasi permasalahan tersebut, diperlukan perubahan pada masyarakat dan pemerintah. Dimulai dengan membuat pikiran tetap berada di atas tingkat kecemasan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun