Mohon tunggu...
Didiet Fals Beneran
Didiet Fals Beneran Mohon Tunggu... lainnya -

Seuntai kata yang terurai- Lepas mengalir bagai mata air- Tak kuasa ku menahannya- Maafkan aku- "Bila mengusik masa itu- Biarkan ku beralun meski Kian lirih nadaku "

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Bacalah

7 Oktober 2014   21:49 Diperbarui: 17 Juni 2015   22:00 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ilustrasi : Koleksi pribadi DFB

Baca dan membaca segala rupa
Rona memerahmu yang menganga
Memudarkan pandang takjubku
Adakah amarahmu menyala ?

Aku eja jeda langkah
Gelap gerhana di beranda
Tak kuasa menata silau
Dua bola matamu membara

Baca dan membaca segala aksara
Ukiran mencercah di jiwa
Lelaki tak jua bercermin diri
Pulang dan pergi semau sendiri

Bacalah dengan bersarung
Segelas kopi di meja
Kan membuka mata
Kau jagalah segalanya

Bacalah alam semesta
Lestarikan kesejukannya
Adakah gelegar galunggung tercipta ?
Adalah ulah polah yang kau bawa ?

Bacalah suara gemericik air
Menetes beriring angin senja
Riuh renyah kehidupan
Seia sejalan selalu tertawan

Bacalah dan baca apa saja
Guru terbaik adanya
Keselarasan saling mengeja
Surga rumah hijau kan senantiasa
( tercipta )

Amin

--00Ooo--


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun