Desa Sukalestari kembali diselimuti kesejukan pagi. Matahari perlahan menyembul dari balik bukit, memberikan kehangatan di setiap sudut desa. Di rumah keluarga Pak Rendra Cahya, aktivitas pagi sudah dimulai.
Hari itu, Pak Rendra memulai obrolan santai saat sarapan bersama. "Apa kalian ingat impian kita membangun rumah kecil di pinggir sawah? Tempat kita bisa berkumpul dan menikmati alam setiap akhir pekan."
Semua anak serentak mengangguk, bahkan Tasya yang masih kecil dengan semangat berkata, "Rumah kayu yang banyak bunga di sekitarnya, kan, Ayah?"
Pak Rendra tertawa. "Betul sekali, Nak. Tapi untuk mewujudkannya, kita harus bekerja sama."
Bu Amara menambahkan, "Rumah impian itu tidak hanya tentang bangunan, tapi tentang bagaimana kita selalu saling mendukung di dalamnya. Jadi, mari kita mulai menabung lagi untuk itu."
Perjalanan Anak-Anak
Setiap anggota keluarga memiliki peran dalam perjuangan ini. Arka Mahendra, si sulung, baru saja diterima bekerja di sebuah perusahaan di kota Jombang. Meskipun pekerjaannya cukup jauh dari desa, ia tetap pulang setiap akhir pekan untuk membantu keluarganya.
"Saya ingin sebagian dari gaji saya disisihkan untuk rumah impian kita," kata Arka pada ayahnya. Pak Rendra menepuk pundak anak sulungnya dengan bangga. "Kamu sudah dewasa, Nak. Ayah bangga pada keikhlasanmu."
Raditya Pratama, dengan energinya yang penuh semangat, menghabiskan waktu luangnya membantu warga desa. Hari itu, ia membantu Pak Sarman memperbaiki atap rumah yang bocor. "Aku ingin belajar bagaimana membangun rumah yang kokoh. Ini bisa jadi bekal untuk rumah kita nanti," ujarnya sambil tersenyum.
Sementara itu, Kiran Aditya memanfaatkan kreativitasnya untuk membuat desain rumah. Dengan pensil dan kertas, ia menggambar sketsa sederhana. "Ibu, bagaimana kalau kita buat taman kecil di depan rumah? Nanti kita bisa tanam bunga-bunga yang Ibu suka."