Zahra, gadis kecil berumur sepuluh tahun dengan rambut dikepang dua, menatap kagum dari jendela kamarnya di lantai dua. Suara terompet dan sorak sorai terdengar sayup-sayup, menandakan pergantian tahun sudah dekat.
Malam itu, langit Jakarta bertabur bintang, meskipun kalah gemerlap dengan kembang api yang mulai bermunculan di sana-sini.Zahra tidak sabar. Ia sudah merencanakan petualangan kecil bersama sahabatnya, Budi, anak tetangga yang rumahnya hanya berjarak beberapa langkah. Mereka berjanji akan berkeliling kompleks perumahan setelah pukul dua belas, mencari "jejak tahun baru".
Tepat pukul dua belas, suara petasan dan kembang api meraung-raung di angkasa. Zahra bergegas mengenakan jaket tebal dan sepatu ketsnya. Ia mengintip ke luar jendela, melihat Budi sudah berdiri di depan rumahnya, melambaikan tangan dengan semangat.
"Ayo, Zahra! Kita mulai petualangan!" seru Budi dengan suara bersemangat.
Mereka berdua menyusuri jalanan kompleks yang sepi. Beberapa warga masih terlihat berkumpul di depan rumah, menikmati sisa-sisa kembang api. Zahra dan Budi berjalan beriringan, mata mereka awas mencari sesuatu yang menarik.
"Lihat itu!" bisik Zahra, menunjuk ke sebuah pohon di pinggir jalan. Di bawah pohon itu, berserakan kertas-kertas kecil berwarna-warni, sisa dari kembang api yang meledak di udara.
"Ini pasti jejak tahun baru!" seru Budi, memungut beberapa kertas dan memasukkannya ke dalam kantong.
Petualangan mereka berlanjut. Mereka menemukan berbagai macam "jejak", mulai dari bungkus terompet bekas, batang kembang api yang sudah padam, hingga confetti yang menempel di pagar rumah warga. Setiap menemukan sesuatu, mereka berdua tertawa gembira, merasa seperti detektif yang sedang memecahkan misteri.
Saat mereka melewati taman kompleks, Zahra melihat sesuatu yang berkilauan di bawah bangku. Ia mendekat dan mengambilnya. Sebuah gelang berwarna perak dengan liontin berbentuk bintang.
"Wah, gelang siapa ini ya?" tanya Zahra, mengamati gelang itu dengan seksama.
"Mungkin ada yang menjatuhkannya saat merayakan tahun baru tadi," jawab Budi.
Mereka berdua sepakat untuk menyimpan gelang itu. Jika ada yang mencari, mereka akan mengembalikannya.
Petualangan mereka semakin seru. Mereka berjalan hingga ke ujung kompleks, melihat pemandangan kota dari ketinggian. Lampu-lampu kota berkelap-kelip, menciptakan pemandangan yang indah.
Namun, saat mereka akan kembali, tiba-tiba hujan turun dengan deras. Mereka berdua berlari mencari tempat berteduh. Untungnya, ada sebuah pos ronda yang pintunya terbuka. Mereka berdua masuk dan duduk di bangku yang ada di dalam pos.
"Wah, petualangan kita jadi semakin seru karena hujan ini!" kata Budi, tertawa.
Zahra mengangguk setuju. Meskipun basah kuyup, mereka berdua merasa senang. Petualangan mereka di malam tahun baru ini akan menjadi kenangan yang tak terlupakan.
Setelah hujan reda, mereka berdua kembali ke rumah masing-masing. Zahra masuk ke kamarnya, masih dengan senyum di wajahnya. Ia mengeluarkan gelang yang ditemukannya tadi dan meletakkannya di atas meja.
Malam itu, Zahra tidur dengan nyenyak, memimpikan petualangan serunya bersama Budi di malam tahun baru. Ia tahu, tahun baru ini akan membawa banyak kejutan dan kebahagiaan
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H