Mohon tunggu...
Mohamad ZanuarRafildy
Mohamad ZanuarRafildy Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Politik

Perilaku Pemilih sebagai Penentu Pemilu: Studi Kasus Pemilihan Presiden 2019

13 April 2022   23:29 Diperbarui: 13 April 2022   23:31 345
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jika berbicara sebuah pemilihan umum, pemilih merupakan aspek paling penting. Dan dalam sebuah pemilu perilaku dari pemilih sangat menjadi penentu dari hasil akhir sebuah pemilu. 

Terciptanya sebuah perilaku pemilih dalam sebuah pemilu terjadi karena adanya aspek psikologis dan emosional lalu diwujudkan melalui sebuah tindakan politis yaitu dengan memilih partai atau calon yang ada di dalam pemilu. 

Dieter Roth (2009) menyebutkan tidak ada teori yang pasti jika berbicara mengenai teori perilaku pemilih, namun ada tiga pendekatan yang dapat menjelaskan mengenai perilaku pemilih. 

Jadi pada hakikatnya perilaku pemilih pada sebuah pemilu ditentukan oleh beberapa pendekatan yaitu: Psikologis, Sosiologis dan rational choice, dari pendekatan-pendekatan inilah dapat ditentukan apa faktor yang menyebabkan pemilih dapat memilih salah satu partai atau pasangan calon.

Pada tulisan kali ini akan lebih difokuskan pada pendekatan sosiologis, karena isu politik pada pemilihan Presiden tahun 2019 sangat kental dengan agama. Pendekatan sosiologis yang melihat bahwa agama sebagai salah satu penentu perilaku pemilih dalam pemilihan umum. 

Pada pemilu 2019 yang mempertemukan Jokowi dan Prabowo, mereka berdua sama-sama menggunakan agama Islam sebagai pendongkrak suara. Jokowi sebagai petahana yang sebelum pemilu 2019 diisukan bahwa beliau itu tidak pro terhadap Islam dan anti Islam, secara mengejutkan mengusung Ma'ruf Amin sebagai calon Wakil Presiden yang notabenenya adalah seorang ulama yang memiliki nama di Indonesia.

Masyarakat yang tadinya ragu untuk memilih Jokowi karena isu anti Islam yang berkembang, namun langsung diyakinkan bahwa Jokowi tidak anti dengan Islam bahkan beliau langsung menunjuk pasangan Wakil Presidennya dari golongan ulama.

Dari analisis di atas dapat dilihat bahwa persepsi dan perilaku masyarakat dalam memilih di pemilihan umum itu disebabkan oleh adanya pendekatan sosiologis yaitu agama. Dan dapat dilihat juga bahwa pendekatan tersebut sangat penting, bahkan dibuktikan dengan terpilihnya Jokowi dan Ma'ruf Amin sebagai Presiden dan Wakil Presiden.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun