Mohon tunggu...
Mohamad Gozali
Mohamad Gozali Mohon Tunggu... Guru - Pendidik di Madrasah Ibtidaiyah

Di dalam sejuta wajah, terpikat keunikan luar biasa. https://bangsaremukan.blogspot.com https://antiquecarcorner.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mungkinkah Anak Usia Dini dijejali Matematika?

10 Januari 2025   00:47 Diperbarui: 10 Januari 2025   00:47 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pernah nggak sih kepikiran, "Bisa nggak ya anak usia dini dijejali matematika?" Wah, kata "dijejali" itu sendiri kayaknya udah berat, ya. Bikin bayangan anak kecil yang duduk serius, kepala berasap, sambil menatap angka-angka di papan tulis. Tapi, sebentar dulu. Apa benar matematika itu selalu soal rumus-rumus yang bikin pusing?

Sebenarnya, matematika itu nggak semenyeramkan itu, kok. Kalau dipikir-pikir, kita semua udah "kenalan" sama matematika sejak kecil, bahkan tanpa sadar. Ingat nggak waktu kecil kita main tebak-tebakan, "Ada berapa kucing di gambar ini?" atau nyanyi lagu, "Satu-satu, aku sayang ibu"? Nah, itu semua adalah bentuk matematika sederhana. Jadi, kalau ada yang bilang anak usia dini nggak bisa belajar matematika, mungkin mereka cuma salah paham soal cara mengajarkannya.

Otak anak usia dini itu seperti spons, lho. Mereka lagi dalam masa emas untuk menyerap informasi. Tapi, bukan berarti kita harus langsung melempar soal perkalian atau pecahan ke mereka. Anak-anak usia dini lebih mudah belajar lewat hal-hal yang dekat dengan keseharian mereka. Misalnya, saat mereka membantu ibu menghitung jumlah sendok di meja makan, mengenali bentuk lingkaran pada roda sepeda, atau bahkan menghitung langkah kaki saat bermain "ular tangga."

Matematika itu ada di mana-mana, dan anak-anak sebenarnya udah akrab dengan konsep-konsep dasar tanpa mereka sadari. Mereka belajar mengenal angka, pola, ukuran, bahkan logika sederhana lewat permainan sehari-hari. Yang penting, pendekatannya harus santai dan menyenangkan.

Jadi, bagaimana cara mengenalkan matematika ke anak usia dini tanpa bikin mereka merasa "dijejali"? Kuncinya adalah bermain. Ajak mereka bermain dengan balok warna-warni, menghitung jumlah buah di keranjang, atau mengenali bentuk-bentuk di sekitar rumah. Misalnya, "Eh, lihat deh! Meja ini bentuknya apa? Kotak, ya? Nah, kalau pintu itu bentuknya apa?" Sederhana, kan?

Selain itu, jangan lupa gunakan bahasa yang mereka pahami. Hindari istilah-istilah yang terlalu teknis. Kalau kita bilang "ini segitiga sama sisi," anak mungkin malah bingung. Cukup bilang, "Ini segitiga, lihat deh, semua sisinya sama panjang!" Anak-anak akan lebih mudah menangkap konsep kalau kita membawanya ke dunia mereka.

Yang paling penting, jangan buru-buru. Anak-anak belajar dengan ritme mereka sendiri. Kalau mereka belum paham, jangan langsung panik. Ingat, tujuan utama adalah membuat mereka merasa nyaman dan senang dengan matematika, bukan malah takut atau stres.

Jadi, mungkinkah anak usia dini dijejali matematika? Jawabannya: mungkin banget, asalkan "dijejali" di sini artinya diajak bermain dan mengenal matematika dengan cara yang menyenangkan. Matematika itu nggak harus rumit, kok. Cukup hadirkan dalam keseharian mereka, dan lihat bagaimana mereka belajar sambil tertawa. Siapa tahu, dari permainan sederhana itu, mereka justru tumbuh jadi anak yang cinta matematika.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun