Mohon tunggu...
Mohamad Gozali
Mohamad Gozali Mohon Tunggu... Guru - Pendidik di Madrasah Ibtidaiyah

Di dalam sejuta wajah, terpikat keunikan luar biasa. https://bangsaremukan.blogspot.com https://antiquecarcorner.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Transformasi Pendidikan di Indonesia

13 Januari 2024   09:11 Diperbarui: 13 Januari 2024   09:15 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Input sumber gambar: kreasi AI-ku

Menerapkan Model Berbasis Multiple Intelegensi

Pendidikan di Indonesia mengalami transformasi yang signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Salah satu pendekatan yang semakin mendapat perhatian adalah pendidikan berbasis Multiple Intelegensi. Model ini diusung oleh Howard Gardner, seorang psikolog kognitif terkenal, yang berpendapat bahwa setiap individu memiliki lebih dari satu jenis kecerdasan. Sayangnya, masih banyak orangtua yang merasa tidak puas dengan capaian akademis anak-anak mereka, terutama jika nilai pada rapor menunjukkan penurunan. Artikel ini akan membahas mengapa pendekatan berbasis multiple intelegensi dapat menjadi solusi yang relevan di Indonesia.

1. Memahami Konsep Multiple Intelegensi:
   

Pendekatan ini meyakini bahwa kecerdasan tidak hanya dapat diukur dari segi akademis atau kecerdasan verbal-matematis. Ada berbagai jenis kecerdasan, termasuk kecerdasan interpersonal, intrapersonal, visual-spatial, musikal, kinestetik, linguistik, logika-matematis, dan naturalistik. Dengan memahami keberagaman ini, guru dapat merancang pengajaran yang lebih inklusif, mencakup berbagai gaya belajar dan potensi setiap siswa.

2. Menanggapi Kekuatan Unik Setiap Siswa:

Pendidikan berbasis multiple intelegensi memungkinkan guru untuk lebih memahami kekuatan unik setiap siswa. Banyak siswa memiliki kecerdasan di luar ranah akademis, seperti dalam seni, olahraga, atau interaksi sosial. Dengan menggali kekuatan ini, pendekatan ini dapat membantu meningkatkan kepercayaan diri dan motivasi siswa.

3. Mengatasi Tekanan pada Prestasi Akademis:

Tekanan pada prestasi akademis seringkali menjadi sumber kekhawatiran bagi orangtua. Pendidikan berbasis multiple intelegensi menawarkan alternatif yang lebih luas dalam mengevaluasi keberhasilan siswa. Guru dapat memberikan apresiasi pada prestasi di bidang-bidang selain akademis, seperti keterampilan sosial, seni, atau kepemimpinan.

4. Pengembangan Kurikulum yang Inklusif:

Pendidikan berbasis multiple intelegensi memerlukan pengembangan kurikulum yang lebih inklusif dan beragam. Guru perlu mengintegrasikan berbagai aktivitas dan proyek ke dalam pengajaran mereka, memungkinkan siswa untuk mengeksplorasi dan mengembangkan potensi mereka dalam berbagai aspek kehidupan.

5. Partisipasi Orangtua dalam Proses Pendidikan:

Orangtua memegang peran penting dalam mendukung perkembangan anak-anak mereka. Dengan memahami konsep multiple intelegensi, orangtua dapat lebih terlibat dalam mendukung keberhasilan anak mereka di luar prestasi akademis. Mendukung kegiatan ekstrakurikuler, mengenali minat khusus anak, dan mengajarkan nilai-nilai seperti kerja sama dan kreativitas dapat menjadi bagian dari dukungan tersebut.

Kesimpulan:

Pendidikan berbasis multiple intelegensi memberikan pandangan baru tentang kecerdasan dan perkembangan individu. Di Indonesia, di mana tekanan prestasi akademis seringkali mendominasi, pendekatan ini dapat membuka pintu untuk mengakui dan merayakan keberagaman bakat dan potensi setiap siswa. Dengan melibatkan orangtua, guru, dan sistem pendidikan secara menyeluruh, kita dapat menciptakan lingkungan pendidikan yang lebih inklusif dan mendukung bagi generasi mendatang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun