Apakah ada nilai yang pantas untuk bersanding dengan kekasih hati? Masihkah relevan ujaran kata tak beraturan yang menciptakan harapan? Sanggupkah kekasih hati memahami kerinduanku yang tak terucap dalam benakku? Atau mungkin itu tak terlihat karena keagungan-Nya yang menutupinya.
Semua harapanku hancur oleh dosa yang mengotori hatiku. Aku berharap ada sisa kebaikan di dalam kekacauan ini. Semuanya hanya ilusiku, ekspektasiku, dan khayalanku belaka. Aku sadar bahwa semua itu bukanlah wilayahku.
Namun, wilayahMu, ya Allah...
Dekatkan aku dengan kekasih hatiku, ya Tuhan. Dia yang membuka jalan bagi kehidupanku, yang menghancurkan segala bentuk penyembahan yang salah. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam.
Salam rindu untukmu, Muhammad, kekasih hatiku.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H