Di malam yang mendung, daun-daun berguguran,Â
Menari dalam bisikan angin yang berhembus lembut.Â
Mereka jatuh, tak berdendam pada takdir,Â
Seakan mengerti bahwa hidup adalah perjalanan.
Mereka meluncur dari dahan yang pernah menjadi rumah,Â
Dalam setiap jatuh, mereka membawa pesan tersirat,Â
Bahwa keberanian tak hanya terletak pada kehadiran,Â
Namun juga dalam keberangkatan yang tanpa pamit.
Daun yang jatuh tak pernah membenci angin,Â
Mereka tahu, angin adalah sahabat setia dalam perjalanan.Â
Dalam pelukan lembutnya, mereka merasakan cinta,Â
Meski berpisah, mereka tak pernah benar-benar terpisah.
Seperti daun, manusia juga berjatuhan dalam hidup,Â
Terombang-ambing di dalam arus takdir yang tak terduga.Â
Namun, apakah kita bisa belajar dari keberanian daun?Â
Dalam setiap jatuh, dapatkah kita menemukan makna yang sejati?
Angin, penyayang yang tak lelah meniupkan semangat,Â
Menggenggam daun yang jatuh dalam lautan kehidupan.Â
Begitu juga dengan manusia, angin hati pun berhembus,Â
Menyelimuti kita dengan kasih dan kebaikan yang tak terbatas.
Malam yang kelam mengungkapkan keajaiban yang tersembunyi,Â
Melalui daun-daun yang jatuh dan angin yang melambai.Â
Bersama-sama mereka mengajarkan bahwa cinta adalah kekuatan,Â
Yang membawa kita melewati setiap kejatuhan dan penderitaan.
Jadi,Â
mari kita belajar dari daun yang jatuh dan angin penyayang,Â
Dalam malam yang sunyi,Â
biarkan hati kita terbuka dan bersimpati.Â
Karena di dalam keluhuran jiwa,Â
kita menemukan kehidupan,Â
Dalam kebersamaan dengan alam,Â
kita menemukan keberanian yang abadi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H